44

272 12 1
                                    

"aku tuh berusaha berubah buat kamu! sedikit lah hargain!"

"berubah dari mananya? mulut sama tindakan kamu tuh ga singkron!"

lelaki itu mendengus kasar. menjenggut rambut nya ke atas dengan sedikit tekanan, lalu menatap pacarnya lagi.

"kamu mau apa sih?" tanya nya dengan suara rendah.

"aku cape bilang terus apa mau aku!" balasnya mulai menangis.

"aku gak akan tau kalo kamu gabilang!" lelaki itu semakin frustasi.

sementara perempuan itu semakin lelah, air matanya sudah mengalir keluar. tak sekali dua kali mereka bertengkar seperti ini, dan tetap saja pacarnya tak mengerti dirinya. ia tetap tak mengerti apa yang di inginkannya.

"terakhir! ini terakhir kali nya aku bilang apa mauku!" ucapnya dengan nada tegas.

lelaki itu mendengarkan. ternyata yang hanya di inginkan pacarnya adalah dirinya. ia butuh waktu bersama lebih banyak. ia merasa di simpan paling belakang di banding teman tongkrongan nya. lagi pula, tongkrongan nya itu dianggap tak baik. perempuan itu hanya ingin pacarnya terjauh dari hal negatif.

setiap akan kencan, selalu saja ada halangan dan masalah dengan tongkrongan. kalaupun mereka bertemu, lelaki itu akan terus membicarakan masalah komunitasnya sampai melibatkan polisi!

entah lelaki itu sadar atau tidak, bahwa kekasihnya itu menjadi malas saat topik itu di bicarakan.

"iyaa yaudah maafin aku ya ayy" ucapnya tulus berhasil meluluhkan hatinya kembali.

"aku mau bener bener usaha untuk berubah buat kamu, kamu tunggu dan sabar yaa sayang"

perempuan itu mengangguk lemah, lalu ditariklah kepala itu menuju dadanya yang bidang.













































Memilihmu









































Tahun baru pun tiba. hari yang di nanti-nanti keluarga Wisesa dan keluarga Bayu akhirnya tiba. setelah hiruk pikuk persiapan pernikahan, selesai sudah dekorasi tersebut yang terletak di Hotel Bandung.

mereka memutuskan acara pernikahan di langsungkan di Bandung saja. sengaja, katanya keluarga kedua pihak ingin berlibur juga ke Bandung.

Hiasan dekorasi nya terlihat simpel namun mewah. warna coklat, hijau tua, dan emas mendominasi ruangan tersebut. beberapa tambahan dekorasi nature seperti daun dan tanaman hias makin mempercantik suasana.

tradisi pingitan sudah dilakukan dengan baik dengan kurun waktu tiga bulan. cukuplah untuk membuat kedua calon mempelai tersiksa menahan rindu.

Citra baru tahu, ternyata sebelum pernikahan dilaksanakan banyak tradisi yang harus di tempuh. seperti, kakaknya ini harus mutih.
semacam hanya makan dan minum yang berwarna putih. entah apa maksudnya, tapi Dewi cukup cemberut karena tak bisa makan seblak.

Dewi juga tidak di perkenankan keluar rumah. katanya calon pengantin itu rawan. entah rawan dari apa, yang ia tahu keluarga sangat menjaga kakaknya itu dari hal buruk yang tak di inginkan.

sebelumnya juga, mereka sudah melakukan tradisi siraman. Dewi terlihat cantik saat memakai kemben dan untaian bunga di rambutnya. semenjak itu, rumahnya jadi harum bunga melati. sedikit horor, tapi ia suka.

MemilihmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang