32

254 8 0
                                    

kepala terasa berat, tubuhnya lemas tak bisa gerak. ia merasa ada sesuatu menempel di hidung dan tangan kiri nya terasa sakit. tapi tunggu, tangan yang satu lagi terasa hangat. ternyata ia sedang menggenggam sesuatu di tangan itu, jadi ia tekan lembut.

"hey citra?"

suara berat dari samping kanan terdengar kecil. ia penasaran itu siapa tapi terasa berat sekali untuk membuka mata.

" buka matanya.. bangun.."

suara itu terdengar lagi bersamaan dengan wajah nya terasa di tepuk-tepuk. ia berusaha membuka mata yang terasa panas ini, tapi entah mengapa sangat malas dan lemas.

"bangun! hey.. sadar!"

tangan itu kembali menepuk pipinya. ia sangat berusaha membuka mata, hingga sedikit saja yang nampak. ia melihat wajah berukuran besar di hadapan nya, tak jelas tapi terasa familiar. kemudian wajah itu menjauh menghadap ke arah lain.

sayup-sayup terdengar suara roda troli dan langkah kaki makin mendekat, hingga berhenti tepat di samping kiri.

satu wajah baru muncul di hadapan nya. tapi kali ini sambil menyalakan senter kecil pada matanya. tak begitu silau, tapi mengganggu.

"halo.. bisa lihat saya?"

tanya pria itu sambil mengarahkan cahaya ke kanan dan ke kiri bergantian. secara otomatis arah mata mengikuti. kemudian cahaya itu padam.

"yok sadar yok.. selamat sore"

pendengaran nya seakan memudar. suara itu belum jelas dan ia masih terasa malas untuk menggerakkan badan manapun.

"citra.. bangun cit.."

"cit.."

"citra!!"

jleb!

seakan dirasuki sebuah angin, kesadaran nya sekarang penuh. ia reflek meraih tangan besar yang memegang rahang nya. ia sedikit tersentak dengan suara di sekitar yang tiba-tiba terasa jelas.

suara TV yang sebelum nya tak terdengar, sekarang terasa nyaring.

"cit! hey.. hey!" suara pria di kanan nya terdengar lagi bahkan lebih jelas. ia kemudian melirik, menampakan wajah Dito yang terlihat risau.

lalu ia melirik ke arah kiri. disana ada pria dan wanita yang sepertinya dokter dan suster dilihat dari pakaian nya. berikutnya ia sedikit melihat sekitar dan kebingungan. tapi beberapa detik ia mengingat, wajar dia berada di ruangan ini. terakhir dalam ingatan nya, dia pingsan.

"its okay.. its okay.." Rifky menenangkan sambil mengelus kepala nya. "tolong cek, sus" Rifky menunjuk suster untuk melakukan pemeriksaan.

wanita cakap menghampiri, menempelkan termometer di ketiaknya, mengecek detak jantung lalu melakukan tes tensi darah.

selama pengecekan, Dito hanya diam memperhatikan dengan wajah tenang. sementara gadis itu pun diam dengan wajah linglung.

"huft.. syukur deh dit, gak sampe sejam dia udah bangun" Rifky menghela nafas lega.

"hm, Alhamdulilah" balas Dito dengan nada tenang tak seperti sebelumnya.

"tekanan darah normal, dok. suhu tubuh nya 38 derajat celcius" Suster itu telah selesai.

Rifky termangut-mangut. "okay, sekarang kita fokus sembuhin tipes nya. saya siapkan resep obat, sekitar 10 menit ambil di apoteker ya" ujarnya pada Dito.

"thanks, ky" balas Dito tersenyum simpul lalu bersiap mengantar mereka sampai pintu.

"get well soon, citra!" ucap Rifky sebelum berlalu pergi. gadis itu hanya menatap nya pergi.

MemilihmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang