50

248 10 0
                                    

Langit bergemuruh. Suara air berjatuhan mendentum payung hitam membuat jantung nya berhenti berdetak. Momen ini terasa melambat baginya. Mata tajamnya menyiratkan kekecewaan dan amarah. Pria itu diam di tempat, memegang payung dengan sangat erat hingga buku-buku tangan nya kian memutih. Sepatu putihnya dibiarkan semakin kotor terkena tanah.

Nafas gadis itu tercekat. Antara terkejut dan frustasi. Mengapa mereka harus bertemu lagi di momen yang salah?

"bang dito?" gumamnya dengan nada bergetar.

Pria itu melangkah maju, mendekati sepasang manusia yang sedang asyik berdua di tengah keramaian. Jantung nya tak karuan, ada semacam badai di hatinya. Sementara, Citra merasa ketakutan saat Dito menghampiri mereka dengan wajah seram. Sekilas ia menatap wajah Nandan lalu menundukkan pandangan, menatap mata gadisnya lekat.

"pulang" suara bariton yang selama ini hanya ia dengar dari laptop, sekarang tepat di depannya. Satu katanya begitu menusuk. Nada suara itu tidak ada kehangatan sama sekali di dalamnya.

Ia meraih tangan Citra, lalu ia tarik membawanya pergi. Baru hendak melangkah, ia merasa orang yang ia genggam tidak ikut maju. Dito menoleh ke belakang, ternyata Nandan yang menahan gadis itu pergi. Ia langsung memasang wajah seram, tatapannya takan pernah lari dari wajah Nandan.

Nandan memegang lengan gadis itu dengan tatapan teduh. "aku butuh jawaban kamu" ucapnya, langsung dapat di mengerti. Tapi apakah ia tidak sadar? bahwa waktunya tidak tepat! Dito sudah mengerutkan alisnya! bahaya!

"aku akan jawab, Nandan" balasnya, kemudian tangan itu dilepaskan. Lalu tiba-tiba ia merasakan lengan satunya di cengkram kuat-kuat oleh Dito. Spontan ia menoleh ke arahnya, sementara pria itu terus menatap Nandan marah. Ia mulai meringis kesakitan saat Dito menariknya kasar menuju mobil.

Nandan sedikit menyusul mereka, hingga membuat tubuhnya basah kuyup terguyur hujan. "perasaan ini bukan cuma rasa bersalah! selama empat tahun rasa ini utuh! disebut apa kalo bukan saya cinta sama kamu?!" teriaknya ke arah mereka. Mendengar itu hati Citra terasa sakit.

Brak!

Dito menutup pintu mobil dengan keras. Segera ia menyalakan mesin sesudah ia memastikan gadis itu duduk nyaman. Pikiran dan hatinya tak karuan. Ia melajukan mobil dengan kencang dan tak berbicara sama sekali.  Gadis itu sedikit ketakutan, ia bingung harus bicara dari mana? pria di sebelahnya pasti marah besar. Sepanjang jalanan gelap gulita tidak ada lampu jalan karena petir. Menyisakan mereka berdua yang duduk senyap, dengan pikiran yang sangat riuh.

Tiba-tiba Dito menepikan mobil di tengah perjalanan, membuat Citra terkejut. Pria itu memiringkan badannya menatap Citra panas. Orang yang di tatapnya hanya diam enggan menoleh. Kemudian Dito menarik paksa jaket navy yang ia gunakan. Perlakuan kasarnya itu sekali lagi membuatnya meringis kesakitan, pasalnya Dito mencakar pundaknya.

Dilempar lah jaket itu ke jok belakang dengan brutal. Citra terkejut dengan gerakan tiba-tiba itu.

"gak ada yang mau kamu jelasin ke saya?" jujur sedari tadi ia menunggu gadis itu membuka mulut. Setidaknya untuk menjelaskan apa yang ia lihat dan dengar. Dito mendengus kasar.

Citra menunduk dalam. Bibirnya membeku ketakutan, kebingungan, dan cemas. Baru kali ini ia melihat penampakan Dito saat marah besar! ternyata benar-benar membuatnya diam tak berkutik.

"saya ngomong sama kamu!" perasaannya semakin panas saat pertanyaan nya tak kunjung di jawab.

"liat tuh ke depan! saya disini bukan di bawah!" nadanya semakin tinggi, membuat dirinya enggan menjawab. Menatapnya pun takut.

Nafasnya kian memburu. Citra menyadari itu, ia merasa hidupnya tak akan lama lagi. Mungkin sekarang ia akan dimakan hidup hidup olehnya. "citra ayu!!" panggilnya tegas. Dito mati-matian menahan emosinya.

MemilihmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang