11

267 22 1
                                    

SELAMAT pagi, bos. Maaf saya telat!” ujarku hormat dan terus saja mengambil tempat disebelahnya.

Ini semua karena kejadian kemarin yang terus saja menghantui fikiranku membuat aku hampir saja melupakan acara interviu karyawan baru yang sudah dijadwalkan hari ini.

“ Tidak usah! Saya tahu kamu masih butuh waktu untuk bersiap. Lagipula, saya juga tahu kamu butuh pembantu secepatnya. Saya sudah mengambil Tin sebagai pembantu saya, jadi hanya tinggal kamu bertiga saja di team itu. Jadi saya tidak mahu kamu kesusahan sendiri jika Meen dan Pond turun ke lapangan.”

Aku hanya mengangguk saja tanda mengerti. Bos kan atasannya dan aku hanya karyawan yang dibayar tiap bulan, mana bisa berkata tidak.

Aku menghela nafas panjang. Lelah sudah mula aku rasakan karena acara ini masih berlanjut di sore hari. Ponselku yang terus saja bergetar dengan notifikasi dari Mile masih belum bisa aku balas. Apalagi panggilan telfonnya membuat pria itu membawa dirinya hadir ke perusahaan dan menunggu diruanganku.

Aku masih belum punya kesempatan untuk bertemu dengannya. Hadirnya juga aku ketahui melalui Tin yang baru saja tadi menghantarkan air minuman.

Waktu sudah semakin menghampiri angka 4 dan diluar sana masih sisa satu orang lagi dan tubuhku sudah benar-benar kelelahan. Ingin rasanya aku menyuruh seseorang untuk mengusir sisa satu calon itu untuk pulang saja!

Saat pintu ditolak, aku hampir berdiri dari dudukku setelah melihat wajah seseorang yang cukup aku kenali itu.

“ Imm!” kaget. Hanya itu yang bisa aku katakan saat ini.

“ Po!” dia membalas dan atasanku hanya memandang silih berganti.

“ Kalian saling kenal?”

Aku hanya mengangguk. “ Teman lama.” Ujarku tanpa niat untuk berbohong.

“ Silakan duduk.”

“ Bisa saya minta itu.” Aku menunjuk pada berkas hitam yang dibawa oleh Imm sebaik saja wanita itu duduk dikursi yang telah disediakan.

Dia terlalu berbeda dari terakhir kali aku melihatnya. Alisnya terlihat tipis, bibirnya merah dengan pewarna bibir dan pipinya yang terlihat sedikit berwarna. Cantik menurut standar orang-orang. Pakaiannya… untungnya tidak terlalu mencolok tapi tetap saja entah kenapa aku tidak suka. Ah, mungkin bukan pakaian atau cara wanita itu berdandan yang tidak aku sukai tapi kehadirannya.

“ Hanya lulusan SMA.” Maklumku pada bos setelah berkas hitam yang dibawa Imm berada ditanganku.

“ Kalau kamu merasa dia cocok, saya tidak masalah. Saat ini yang membutuhkan seorang karyawan itu kamu. SMA, S1 atau 2 sekalipun saya tidak akan mempermasalahkan asalkan kamu nyaman saat bekerja. Tong juga kamu sendiri yang memilihnya, saya hanya mengikuti.” Bos berbisik pelan.

“ Saya pamit keluar dulu Nattawin. Kamu bisa menguruskan hal sendiri bukan? Saya masih punya sedikit urusan dengan P&R Group.” Pria itu bangun dan langsung saja keluar dari ruangan tanpa menunggu kata balasan dariku. Pria itu, dia benar-benar menyerahkan semuanya padaku!

Siapa yang atasan dan siapa yang karyawan? Bos ku ini memang sudah seharusnya aku memberhentikannya dari menjadi atasanku sejak lama tapi itu mustahil akan terjadi. Namun jika difikir ulang ada baiknya juga pria itu menaruh kepercayaannya padaku dalam suatu hal dan aku tentu tidak akan mengkhianati kepercayaan itu.

Jujur, aku ingin pria itu menolak kehadiran Imm sebagai karyawan di perusahaan ini tapi semuanya hanya terserah padaku jadi aku hanya menganggap bahwa ini adalah sebuah kesempatan yang tidak akan aku lepaskan begitu saja. Ah, nyatanya masih ada dendam yang tersimpan dihati ini untuk Imm dan keluarganya.

“ Baik, begini. Perusahaan ini lagi membuka lowongan kerja sebagai pembantu keuangan perusahan. Dengan kata lain, kau adalah pembantuku. Kita semua bersetuju untuk memberikan peluang pekerjaan ini padamu jadi aku berharap kau bisa belajar dari yang lebih berpengalaman di perusahaan ini. Jika kau bersetuju, kau bisa hadir seperti biasa besok pagi. Soal gaji, semuanya sama seperti yang telah dinyatakan. Apa kau masih punya pertanyaan?”

“ Apa itu bermaksud kau menjadi atasanku?” dia dengan ragu bertanya.

“ Iya.” Tenang aku menjawab. “ Apa kau punya masalah?”

“ Memangnya kau bekerja sebagai apa disini?” lagi sebuah pertanyaan wanita itu lemparkan.

Aku hanya menggeleng kecil dengan sebuah senyuman sinis kuhadiahkan padanya.

“ Aku memintamu untuk bertanya seputar pekerjaan ini padaku bukan soal diriku!”

Imm hanya tersenyum malu. Sadar akan kesalahannya mungkin.

“ Tapi, jika kau benar ingin tahu soal diriku, kau bakal tahu sendiri nanti. Aku hanya ingin memastikan saja, apa kau setuju untuk bekerja diperusahaan ini? Tapi pekerjaanmu mungkin akan memaksamu untuk lembur." Tanpa sadar aku mengugutnya.

“ Aku setuju. Tapi soal gaji, apa bisa dinaikan sedikit?” aku tertawa kecil mendengar pertanyaan itu.

“ Kau… kau masih belum memulakan pekerjaanmu sudah meminta kenaikan gaji? Apa kau tidak punya rasa malu? Satu hal yang harus aku ingatkan disini, kau itu hanya lulusan SMA yang nilainya tidak juga bisa dikatakan baik.” Ucapku lembut denga penuh sindiran.

“ Mereka yang hadir kesini semuanya adalah lulusan yang terbaik. Lebih baik darimu malahan. You need to remind yourself Imm. You have nothing… so don’t be greedy. It’s not good for you. Bersyukurlah dengan apa yang telah kau dapatkan sekarang ini.” Sindirku dengan sengaja.

Aku bangun dari dudukku dan bersiap untuk keluar ruangan. Malas rasanya ingin berlama-lama di sini bersama orang tidak tahu diri itu. “ Sampai ketemu lagi besok! Ingat, jangan telat. Sharp eight thirty a.m!”

Hati ini mula kembali diamuk dengan dendam. Setelah bertahun lamanya aku tidak lagi melihat wajah itu, akhirnya dia sendiri yang hadir dihadapanku membawa bersama episode luka yang seharusnya aku tinggalkan.

Sememangnya takdir tidak akan membiarkanku untuk menikmati hidup dengan tenang. Sebegitu bencinya kah takdir itu dengan kehadiran sosok Apo Nattawin di dunia ini?

--------------------

Wah, makin pendek.. tapi tidak apa, ep selajutnya aku pastikan bakal panjang xD

11 more to go!!

Mungkin sedikit spoiler untuk kalian berjaga-jaga. Siapa tahu patah hati di cerita ini : -

roda itu berputar.

Mungkin ini saatnya untuk dia merasa bahagia di jalannya yang penuh duri.

Biarkan saja dia menikmatinya.

Dengan rasa sakit yang dia terima.

Semoga saja di penghujung jalan bukan lagi duri yang menemani.

1. Between Us [ MileApo ] ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang