SENYUMAN semakin melebar setelah mata ini menangkap sosok yang tentu sangat ku kenali.
“ Imm, I’m so sorry… to make you wait like this!” ucapku saat melihat dirinya yang menanti kehadiranku dengan wajahnya yang terlihat mengantuk – mungkin karena terlalu lama menunggu. Tubuh itu langsung saja berdiri dengan kantung mata yang terlihat berat untuk dibuka.
“ Apa kau baru saja sampai atau sudah lama? Aku punya urusan penting diluar makanya aku masuk sedikit lebih lambat dari biasanya. Sampai aku lupa untuk mengabarkan pada yang lain.”
“ Tidak apa.” Jawabnya pendek.
“ Mari, kita ke ruanganku.” Imm pantas mengikuti langkah kakiku.
Aku duduk di kursiku dan Imm mengambil tempat di hadapanku. Pandangan mata wanita itu terlihat sibuk memandangi seluruh isi ruanganku yang terlihat sedikit berantakan.
“ Maaf, ruanganku sedikit berantakan.”
“ Po… ruanganmu luas sekali.” Imm memuji dengan wajah kagetnya.
Iya, wajar lah. Aku bekerja di sini sebagai seorang akuntan perusahaan ini bukan OB, hati menjawab sendiri. Aku mungkin sedang berusaha untuk berdamai dengan diriku sendiri namun aku tidak bisa menafikan jika masih ada sedikit rasa marahku pada wanita ini.
“ Aku tidak menyangka bisa bertemu denganmu lagi. Setelah SMA, kita tidak pernah bertemu lagi dan lihat lah sekarang, kau malah menjadi atasanku setelah bertemu kembali!”
“ Aku masih seorang karyawan di perusahaan ini.”
Aku tersenyum tipis. Terlalu malas ingin menanggapi kata yang keluar dari celah bibir wanita itu jika bukan atas nama kerja.
“ Kemarin yang berbicara diruanganmu itu siapa?” Imm bertanya.
Terlihat binar ketertarikan dimatanya. Pasti orang yang dia maksud itu adalah Mile. Tapi kapan dia melihat sosok itu diruanganku?
“ Untuk apa kau bertanya?” aku bertanya balik seadanya.
“ Sekadar bertanya saja. Itu pacarmu ya? Tampan sekali.” Ucapnya dengan antusias disusul dengan senyuman di bibirnya yang entah kenapa aku tidak menyukainya.
“ Terus urusannya denganmu apa?” tanyaku sinis.
Imm tertawa kecil.
“ Iya kalau pria itu bukan pacarmu, aku mau!” dia berkata jujur.
“ Apa kau mengira dia itu barang mainan yang sering ibumu beli jika kau menginginkannya saat kau masih anak-anak?”
“ Jangan marah, Po. Tapi aku penasaran, sejak dulu yang mengejar dan tertarik denganmu pasti yang tampan. Kenapa ya? Apa jangan-jangan kau memakai sesuatu?” pandangan mata itu terlihat menyelidik dan jelas sekali binar sinisnya.
“ Terus aku harus melakukan apa?” aku mula membentaknya. Bukan salahku jika hal itu terjadi. Aku tidak pernah melayani sikap mereka yang merayuku jadi untuk apa juga dia peduli?
“ Jika dia bukan pacarmu, aku mau mencoba mendekatinya. Kapan dia datang lagi?” senyuman di wajah itu terlihat menjijikkan dimataku.
Aku benci melihat tingkahnya yang satu ini. Masih sama seperti dulu.
“ Hentikan! Tujuanmu berada di perusahaan ini adalah untuk bekerja bukan? Jadi jangan bertingkah seenaknya.” Kataku kasar menghentikan mimpinya yang memualkan itu. Imm mengangguk.
“ Pekerjaanmu di sini adalah untuk membantuku dan beberapa karyawan lain menyediakan laporan keuangan perusahaan. Kau akan sangat diperlukan di sini jika yang lainnya sibuk di lapangan. Aku juga terkadang harus ke lapangan dan waktu itu aku berharap kau bisa membantu. Aku akan mengajarkan mu dan aku berharap tidak malu untuk bertanya pada yang lain juga.” Aku menasihatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
1. Between Us [ MileApo ] ☑
FanfictionBook 1 : Fakta bahwa kisah diantara kita harus terhenti disini tanpa sebuah titik terang adalah sebuah kenyataan yang paling pahit untukku telan sendiri.