“ KENAPA malah diam saja sedari tadi? Katamu ada yang ingin kamu bicarakan, apa?” Mile mula memecah sepi yang menyelimuti. Sesekali pandangan matanya akan teralih padaku sebelum kembali melihat jalanan di hadapan.
Aku sendiri masih memilih untuk diam. Bukan tidak ingin menjawab jauh sekali abai dengan pertanyaannya. Aku hanya sedang bingung, bagaimana caranya aku ingin menyatakan perihal keluargaku padanya. Sibuk juga memikirkan reaksi apa yang akan berikan padaku.
“ Nattawin.” Suara itu kembali memanggil. Pandanganku beralih, memandang pada wajah tenang Mile yang terlihat fokus mengemudi sebelum kembali menunduk dengan keluhan berat yang terlepas dari belahan bibirku.
“ Um… Aku tidak tahu mau memulakannya dari mana…”
“ Bicara saja. Seperti biasanya kamu berbicara denganku.” Balasnya tenang.
“ Ayoh, bicarakan saja.” Bujuk Mile di saat aku masih saja tidak mengeluarkan kata apa pun.
“ Apa yang membuatmu sukar sekali berbicara, Nattawin? Apa ada sesuatu yang sedang kamu khawatirkan? Bicarakan saja, aku tidak menggigit!” Lagi – Mile berusaha membujukku dengan sedikit candaannya.
Aku mengumpulkan segala kekuatanku yang masih tersisa. Semuanya harus aku bicarakan hari ini. Apa pun yang akan terjadi setelahnya atau bagaimana reaksi yang akan dia berikan, aku akan berusaha menerimanya. Walau akhir dari hubungan ini adalah perpisahan sekalipun.
“ Aku… kondisi keluargaku bukan seperti yang kamu bayangkan, Mile… Aku dan keluargaku tidak sebaik yang kamu kira…” ucapku dengan nada yang sedikit gagap. Tidak tahu kenapa, di saat aku ingin mengutarakan kata itu, kekuatan yang aku punya seolah-olah hilang begitu saja. Hanya getaran kekhawatiran dan mata yang mula berkaca. Membuatku memilih untuk menunduk, melihat pada jari jemari tangan yang bermain sendiri.
“ Aku pernah menyatakan hal tapi mungkin kamu tidak mengingatnya. Aku menerima mu apa adanya Nattawin.” Mile meraih tanganku. Genggaman itu seakan memberikan jawaban pada setiap pertanyaan, keraguan dan kekhawatiranku selama ini.
“ Aku menerima mu Nattawin. Lupakan saja hal yang sudah lama berlalu, jangan di ingat lagi.” Mile mengulang kembali kata itu dengan nada yang lebih meyakinkan.
“ Kamu tahu dari mana?” tanyaku dengan nada yang bergetar menahan tangis.
“ Bunda dengan Kak Us yang membicarakan hal itu pada mama sewaktu keluargaku memutuskan ke rumah mu waktu itu. Dan setelahnya, mama membicarakannnya padaku. Tenanglah, itu bukan kesalahanmu. Tidak ada yang meminta untuk melalui hal seperti itu. Apa itu alasannya kamu menangis saat aku bertanya soal keluarga mu, soal ayah. Maaf, jika aku mengetahuinya, aku tidak akan selancang itu.”
Sungguh, aku bingung dengan reaksi yang aku tunjukan padanya. Hingga pada akhirnya aku hanya bisa menangis – terharu. Senang dengan penerimaan keluarga Mile dan tekad seorang bunda dan Kak Us hanya untuk mejaga kebahagianku.
Jadi itu alasan bunda dan Kak Us terlihat tenang dan bahagia di saat acara pertunanganku dan Mile berlangsung bulan lalu. Syukurlah karena Mile menerima ku dan keluargaku yang penuh dengan kecacatan.
“ Jangan menangis. Kamu tahu Natta, sewaktu aku mengetahui cerita itu aku malah kepikiran. Jadi itu alasannya kamu terlalu keras dengan dirimu sendiri. Dingin dan menghindar dari orang-orang disekelilingmu. Maaf karena aku terkesan memaksa untuk masuk di kehidupanmu!”
Air mata yang terlihat seakan tidak ingin meninggalkan wajahku, segara ku hapus.
“ Aku tidak tahu harus mengatakan apa!” komentarku.
Jari jemari Mile yang masih menggengam erat tanganku malah ku jadikan mainan.
Mile hanya tertawa.
“ Nattawin yang saat ini duduk di sampingku itu jauh berbeda dengan Nattawin yang ku kenal beberapa bulan lalu.” Ucap Mile lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
1. Between Us [ MileApo ] ☑
FanfictionBook 1 : Fakta bahwa kisah diantara kita harus terhenti disini tanpa sebuah titik terang adalah sebuah kenyataan yang paling pahit untukku telan sendiri.