1

56.8K 3.4K 141
                                    

Kupikir perjodohan tidak selalu buruk seperti Kasih Tak Sampai. Lagi pula, aku bukan Siti Nurbaya yang harus menikahi kakek-kakek kaya raya. Suamiku masih muda, ganteng, menarik, mapan, dan keluarganya berasal dari kelas atas. Seperti kejatuhan rembulan. Tidak semua cewek bisa berada di posisiku.

Lihat saja cowok yang duduk di sampingku ini. Dia sedang menikmati sarapan. Dalam balutan pakaian kerja yang kujamin harganya bisa membuatku muntah darah karena asam lambung, dia—suamiku—terlihat sangat menyilaukan. Setiap kali dia menyuapkan makanan ke dalam mulut, gerakan tangan itu, sangat elegan. Guru etiket pasti akan menangis haru menyaksikan betapa indah cara suamiku makan.

“Apa yang akan kamu lakukan?” tanyanya usai menandaskan sarapan.

Oh bahkan suaranya pun seksi. Aku bisa membayangkan dia menyanyikan Que Sera Sera dan membuat semua cewek kejang-kejang. Iya, aku yang kejang dan jatuh taksadarkan diri. Pasti.

“Nggak ada,” jawabku sembari berusaha menahan deguban jantung yang kian menggila. Pasti aku akan mati karena terpapar ketampanan dan jelas imun tubuhku tidak kuasa mempertahankan diri ... alias, aku receh!

Setelah itu dia tidak mengatakan apa pun. Langsung melenggang, pergi begitu saja—meninggalkanku seorang diri dengan pikiran kacau.

“Ahaha ... haaa. Kacau.”

***

Terserah mau percaya atau tidak. Ini kehidupan keduaku. Aku tidak tiba-tiba mendiami tubuh seseorang. Tidak juga terseret sistem yang mengharuskanku mengejar target poin. Dengan kata lain, aku tumbuh dan besar di dunia ini dengan bonus ingatan di kehidupan sebelumnya.

Pada awalnya kupikir hidupku damai. Aku, Hana Mayron, seorang jelata. Sebagaimana kaum mendang-mending, usai menyelesaikan kuliah di jurusan bahasa, aku pun bermaksud melamar pekerjaan di salah satu perusahaan periklanan. Baru saja berniat menerima panggilan pekerjaan, tiba-tiba sebuah sedan berisi seorang bapak yang ditemani dua orang ajudan mendatangiku.

Kupikir mendiang orangtuaku di kehidupan kedua terjebak utang. Jelas aku takkan sanggup membayangkan banting tulang siang malam demi menghidupi orang lain! Mau bagaimanapun juga aku ingin menikmati gaji pertamaku!

Akan tetapi, pikiran itu tidak terbukti. Lelaki itu, Mr. Gauthier memperkenalkan diri sebagai orang yang pernah diselamatkan oleh mendiang orangtuaku. Ayahku, tepatnya. Dia berkata ingin membalas budi dan dengan senang hati menawarkan pernikahan antara diriku dan putranya.

Awalnya kupikir ini, pernikahan, semacam jebakan! Namun, begitu sadar bahwa diriku ditawari cowok cakep, sumpah mati cakep, jiwaku tergoda dan mengabaikan alarm yang memperingatkan diriku agar menolak tawaran pernikahan.

Semua berjalan cepat. Kilat! Aku yakin Flash pasti kagum melihat kecepatan laju proses pernikahanku. Apalagi ketika aku melihat suamiku yang sungguh amat menawan. Mataku mengkhianati hatiku. Apa itu firasat? Pasti salah! Salah! Tidak semua orang bisa menjadi putri dalam dongeng. Barangkali giliran hidup santai sebagai istri rumah tangga akan menjadi milikku!

Dasar bodoh. Sekali lagi kukatakan kepada diriku sendiri, dasar bodoh dan tidak bertanggung jawab!

Semua sudah terlambat ketika aku menandatangani surat pernikahan. Namaku disandingkan dengan cowok bernama Ivan Gauthier. Barulah aku sadar novel mana yang kumasuki.

Demi kenyamanan bersama, alangkah baiknya kujabarkan hidupku dalam sebuah lagu: kacau.

Apa aku tokoh utama? Bukan.

Tokoh jahat? Bukan juga.

Sampingan? Iya, seratus! Benar!

Mengapa aku baru ingat?

Ahahaha maaf. Sebagai orang yang butuh hiburan, aku memilih membaca sebagai metode pelemasan saraf. Membaca bagiku bukan sekadar hiburan semata, melainkan sebentuk cara membuatku agar tetap bertahan hidup di tengah gempuran realitas yang pahitnya minta ampun! Orang bilang baca nonfiksi agar diriku mendapat ilmu. Ya maaf, dunia nyata sudah cukup pahit. Tidak perlu bagiku menambah daftar beban pikiran. Aku butuh hiburan!

Iyups, hiburan yang kupilih cuma satu: membaca novel dewasa xxx! Membacanya tanpa sensor pula. Begitu banyak, berjudul-judul, beragam tema! Mulai dari rasa ceri sampai nanas. Ampun deh!

Sialnya aku masuk ke dalam novel dewasa yang levelnya patut dipertanyakan. Ada adegan xxx dan xxx lalu xxx! Masalahnya aku tidak menerima xxx atau xxx. Jangan harap disayang Ivan, yang ada aku pasti akan berakhir tinggal nama!

Begini. Akan kujelaskan.

Ivan dulu tinggal bersama neneknya yang berasal dari kelas jelata. Ibunya kabur, tidak mau memberi tahu kekasihnya bahwa ia tengah mengandung Ivan. Malang, proses persalinan merenggut nyawa wanita itu. Tinggal Ivan dan neneknya saja.

Kehidupan Ivan tidaklah mudah. Dia menerima perundungan dari sejumlah pihak semasa SMA. Hanya ketika ayah Ivan tahu keberadaannya, dia pun menerima perubahan nasib.

Berhubung ini novel dewasa yang jenisnya “kamu tinggalkan saja otakmu dan pikirkan cara menikmati bacaan”; Ivan tipe yang di luar terlihat manis, tapi dalamnya....

Oke, salahkan aku yang doyan baca tema seperti itu. Silakan!

Di kemudian hari Ivan bertemu dengan salah satu perundungnya, female lead, bernama Ella Soraya. Dia menjebak Ella dalam hubungan satu malam. Adegannya sangat panas! Angin berembus, badai menerjang, huwoooo! Oh iya, itu tidak perlu kudeskripsikan. Tidak penting. For your information, Ivan dan Ella melakukan xxx ketika si Ivan sudah berstatus suami orang!

Oh itu belum termasuk sejumlah upaya yang Ivan lakukan demi membalaskan rasa sakitnya semasa SMA. Balas dendam yang membuatku mempertanyakan kewarasanku memilih tetap membaca kisahnya sampai akhir.

... dan sekarang aku menyesal.

***

Sekalipun aku sudah menikah, tapi kamar kami terpisah. Ivan beralasan tidak ingin menyentuhku sampai aku yakin ingin bersama dengannya. Padahal, PADAHAL, padahal ya tidak seperti itu. Novel menjelaskan obsesi Ivan terhadap Ella. Aku yakin dia tidak ingin menyentuhku karena permasalahan gejolak asmara membara syalala.

Untung sih. Lagi pula, aku tidak pernah siap. Jomlo sedari lahir. Dua kehidupan jomlo. Jomlo sejati. Status yang akan diganjar piagam single wow-wow-wow! Pengalaman bersosialisasi, minus. Adanya pengalaman pahit sebagai salah satu individu yang tercebur dalam masyarakat hobi gibah yang didominasi oleh emak-emak tukang pamer dan tingkat keingintahuannya tinggi—setinggi pohon kelapa. Tahu, bukan? Tipikal emak yang bertanya, “Kok kamu belum nikah sih?” Atau ada pertanyaan lain semacam ini: “Nggak kerja, ya? Kok di rumah terus?” Paling hebat sih ini: “Makanya coba jadi PNS. Minimal perangkat desa. Atau, kamu cari suami.”

Hehe hidupku memang asin sekali.

Pahit!

Berhubung aku sudah menjadi istri Ivan dan sepertinya cerita utama belum berlangsung....

Jangkrik! Aku tidak bisa menerima ini!

***
Selesai ditulis pada 30 Juli 2023.

***
Saya ingin menulis tema santai. :”) Semoga kalian tidak keberatan dengan tema isekai yang lagi-lagi saya tulis. :”) Terima kasih. Tulisan yang saya buat ini sekadar untuk santai saja. (0_0) Udah pahit di dunia nyata, seenggaknya baca ini bisa sedikit meredakan cenat dan cenut.

Selamat membaca~

Salam sayang dan cintaaaaaaa!

I love you, teman-temaaaaan!

GENRENYA SALAH! (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang