25

18K 2.1K 26
                                    

NOTE: EKSTRA EPISODE GENRENYA SALAH SUDAH TERBIT DI KARYAKARSA. Hehehe. :”) Selamat membaca.

***

Setelah sekian hari aku tersiksa oleh mimpi buruk, akhirnya hari yang kunantikan telah tiba. Ivan pulang!

Mengabaikan reputasi dan harga diri, aku langsung menyambut kepulangan Ivan dengan sukacita.

“Ivaaaaan!” teriakku sembari melompat ke dalam pelukan Ivan. Aku membenamkan wajah di dada Ivan, mulai menangis. Bukan air mata kesedihan, tentu saja, melainkan kebahagiaan. “Akhirnya kamu pulang! Buhuuu aku nggak bisa tidur nyenyak tanpa kamu di sisiku. Pokoknya kamu kalau bisa jangan lama rapat di luar!”

Salahkan mimpi buruk! Beraninya mimpi buruk mengusikku setiap malam! Orang bisa gila bila setiap malam ditampilkan masa lalunya yang kotor dan menyedihkan. Mentalku tidak sekuat Hercules! Aku tidak suka menyelami masa lalu menyedihkan!

“Tenang, aku akan berusaha nggak perlu menginap di luar kota. Oke?”

Aku mendongak, menatap Ivan yang menampilkan senyum sempurna. “Janji?”

“Janji.”

***

Setelahnya aku memaksa Ivan menemaniku di ruang santai. Kami tidak menonton televisi. Hanya duduk dan bertukar cerita. Dia menjelaskan mengenai audisi penyanyi cilik dan sejumlah ide mengenai pembuatan film animasi yang pengisi suaranya akan diambil dari bintang-bintang yang tengah naik daun.

Aku mendengarkan sembari menyenderkan kepala di lengannya. Sesekali aku menyuapkan es krim ke mulutku, membiarkan rasa manis mengalir ke dalam diriku dan meredakan perasaan waswas dan terancam yang beberapa hari membuatku ketakutan setengah mati.

“Kamu mungkin tertarik bergabung dengan salah satu proyekku?” Ivan menawarkan. “Khusus kamu, istriku, boleh memanfaatkan hubungan istimewa ini.”

Aku mengerutkan kening, membayangkan keuntungan menjadi istri seorang bos.

“Hmmm enggak,” aku menolak. “Ada proyek lain yang perlu kukerjakan. Lagi pula, pasti ada banyak orang berbakat yang bisa mengisi posisi yang kamu butuhkan saat ini.”

“Benarkah? Apa kamu nggak ingin mencoba menjadi tokoh utama wanita yang selalu mendapat keuntungan dari pasangannya? Persis seperti komik yang sering kamu baca?”

Mendadak pipiku panas! Ternyata Ivan juga tahu jenis bacaan yang selama ini kutekuni! Padahal sudah kusembunyikan dengan baik, uhuk, komik dan novel CEO yang mendominasi. Iiiih kenapa dia bisa tahu?

Ivan melingkarkan tanganya di pinggangku dan menarikku semakin rapat kepadanya. “Kamu nggak perlu merasa canggung kalau ingin mencoba menjadi tokoh utama semacam itu.”

Bukan canggung sih errr masalahnya dalam cerita yang kubaca ada adegan tokoh utama yang XXX di meja kantor lalu XXX di kursi. Hmmm aku tidak ingin mencoba yang seperti itu. Tidak usah. Pinggang dan tulangku bisa remuk! Aku mau yang normal saja!

“Ivan, apa kita sebaiknya sekarang tidur sekamar saja?”

“Boleh.”

“...” Mengapa mudah sekali meminta sesuatu dari male lead? Apa tidak ada keharusan bagiku merayu dengan cara memakai gaun seksi? Mengapa gampang begini?!

“Sedari dulu aku memikirkan mengenai kamu tidur sekamar denganku,” kata Ivan yang tidak sadar bahwa aku tengah memikirkan ‘udang di balik batu’ karena begitu mudahnya ia mengabulkan keinginanku. “Namun, tentu saja aku harus menunggu kesediaanmu.”

Aku mengangguk. “Apa itu artinya barang-barangku akan dipindah ke kamarmu?”

“Ada ruang kosong yang sepertinya bisa kita jadikan sebagai kamar baru. Kamu boleh memilih kamar baru kita. Atau kamu tertarik dengan ruang kosong yang ada di dekat pohon cemara?”

Aku tahu ruangan itu! Sial! Kamar mana pun boleh asal jangan ruang yang itu! Aku tidak mau membayangkan bangun tidur di tengah malam dan menyadari ada makhluk lain sedang mengamatiku. Terutama makhluk yang hobi menempel di pohon dan mengenakan gaun putih! Andai dulu aku tidak membaca pengalaman horor orang yang pernah berserempetan dengan makhluk semacam itu, mungkin aku dengan senang hati menerima ide Ivan.

“Ivan, jangan kamar yang itu. Pokoknya pilih kamar yang nyaman. Oke? Emm memangnya kenapa dengan kamarmu? Bukankah kita bisa menempati kamarmu saja?”

“Kamu suka kamarku?” Ivan mengangguk. Dia kemudian mengistirahatkan dagunya di puncak kepalaku. “Ide bagus. Kamu pasti suka dengan suasana di sana. Itu artinya aku akan meminta tolong agar barang-barangmu dipindahkan ke kamarku.”

“Sebetulanya ada hal lain yang ingin kubicarakan denganmu.”

“Apa ini soal Ella?”

Wow. Insting Ivan bukan main hebatnya. “Beberapa hari yang lalu, kan, aku sempat satu acara dengannya.”

“Yah aku melihatnya, Hana. Kamu sepertinya sangat dekat dengan Clive Stark, ya?”

“Kami hanya teman saja kok. Lagi pula, Clive hanya menyukai Milo. Andai bukan aku yang membuat Milo, dia akan mencintai siapa pun yang menciptakan Milo. Eh dia nggak penting. Itu ... Ivan, boleh tanya sesuatu?”

“Tanyakan apa saja yang ingin kamu ketahui,” Ivan menyemangati.

Aku memberanikan diri mengumpulkan segenap kekuatan. Keputusan ini perlu kulakukan agar tidak ada lagi dinding yang membatasi kami. Aku ingin melenyapkan jarak di antara kami. Aku pun ingin menerima seluruh diri Ivan termasuk masa lalunya.

“Apa alasan kamu bersedia menikahiku?” tanyaku. Kali ini aku menunduk, hanya berani menatap lantai. “Kamu bisa saja menolak, Ivan.”

“Apa kalau kamu tahu alasanku, maka itu akan membuatmu merasa lebih baik?” Ivan membelai rambutku. Lembut, penuh kasih sayang.

“Tentu itu akan membuatku merasa ... yah entahlah.”

“Aku bisa saja menolak permintaan Papa,” katanya membenarkan dugaanku. “Hanya saja itu tidak perlu. Kamu tahu pertama kali aku melihatmu bukanlah ketika kita akan menikah.”

Kali ini aku mendongak, melihat cengiran manis di wajah Ivan. “Hah?”

“Kamu barangkali tidak tahu, tapi kita pernah bertemu jauh sebelum Papa memintaku menikahimu.”

Hei ini tidak tertulis dalam cerita aslinya! Aku butuh spoiler!

“Nggak boleh setengah-setengah ketika cerita,” aku mengancam.

“Bagaimana, ya? Sayangnya aku nggak ingin membagi pengalaman itu denganmu.” Ivan terkekeh, menghadiahiku kecupan di pelipis. Dia memelukku erat dan terus tertawa seolah keingintahuanku terlihat lucu baginya. Ini menyebalkan. “Biar itu menjadi rahasia. Aku nggak ingin menceritakannya karena nanti kamu pasti nggak akan mau mengakuinya.”

Kerutan di keningku makin dalam. Woey aku penasaran. “Ayolah, Ivan,” bujuk semanis mungkin, “tolong beri tahu aku.”

“Nggak. Nanti kamu malu.”

Memangnya hal apa yang membuatku merasa malu? Selama ini hidupku, sebagai Hana, bersih dan jauh dari kata memalukan!

“Kamu nggak ingin memberi tahu?” Kini aku semakin kesal karena Ivan justru makin erat memelukku dan dia terus saja memamerkan cengiran itu! Cengiran konyol! Sekarang kuanggap itu cengiran konyol! “Ayolah jangan pelit.”

Ivan merapikan poniku seolah tidak mendengar permintaanku.

“...” Dia benar-benar tidak mau memberi tahu diriku apa pun!

Buhuuuu menyebalkan!

***
Selesai ditulis pada 30 Agustus 2023.

***
Maaf sedikit. :”) Semoga kalian nggak keberatan.

Salam cinta dan kasih sayaaaang!

Loveeee!

P.S: Jangan lupa makan sebelum kerja dan minumlah air putih secukupnya. Oke?

GENRENYA SALAH! (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang