Layar ponselku menampilkan promo film terbaru dari Ella Soraya. Berdasarkan pemberitaan dari beberapa situs di internet menyatakan bahwa film tersebut didanai menggunakan sumber pribadi dari Soraya. Sebuah film laga modern, penuh aksi, dan tentu saja bertabur bintang. Mengagumkan membayangkan kekayaan Soraya hingga mampu membayar sejumlah pekerja: sutradara, penulis skenario, bagian kostum, tata rias, dan aktor sekaligus artis. Pasti Soraya tidak main-main dalam upaya mewujudkan impian putri mereka.
Aku pun disibukkan dengan pekerjaan, sama seperti Ella Soraya. Desain kemasan produk di-ACC setelah pihak Clive meminta beberapa perubahan kecil mengenai pemilihan warna kemasan. Kemudian draft awal cerita terbaruku pun akhirnya mendapat lampu hijau. Kali ini aku memilih cerita mengenai balita yang bisa berbicara dengan seekor kucing hantu. Iya, hantu.
Begitulah kegiatanku. Tidak banyak perubahan. Aku masih berusaha modus ke Ivan setiap malam, gagal. Gagal. Lagi-lagi gagal. Rasa-rasanya aku perlu membaca novel dewasa dengan tokoh utama cewek agresif agar mendapat pencerahan!
Ketika aku dilema antara ingin memukul bantal kucing atau langsung memesan gaun tidur seksi, editor Melon menghubungiku dan mengabarkan mengenai suatu acara di salah satu stasiun televisi. Acara tersebut mengundang sejumlah bintang tamu dalam berbagai profesi, mewawancarai mereka, dan mengajak mereka ikut permainan.
Berhubung aku galau dan butuh pengalih perhatian, maka aku pun mengamini permintaan editorku.
Pada Sabtu malam, tepat pukul delapan, aku datang ke salah satu studio bernomor enam. Berhubung ini acara yang disiarkan secara langsung, maka aku memilih mengenakan dress berwarna peach. Jenis dress berlengan panjang dengan kancing mutiara. Rambutku dikepang menyamping oleh penata rias studio tersebut dan dia, si penata rias, begitu terobsesi mempercantik wajahku agar bisa menyamai salah satu karakter fiksi kesayangannya di komik Melon.
“Kamu tuh imut, manis, dan menggemaskan,” puji si penata rias bernama Star. Dia cewek tercantik yang memiliki kulit berwarna cokelat eksotis. “Peris Mili di komik yang kubaca di aplikasi Melon. Kalau aku cowok, sudah aku karungin kamu, bawa pulang, dan nggak memperbolehkan siapa pun menemuimu.”
“Hahaha ... ha.” Ogah! Aku bukan Ella Soraya dan tidak berencana merebut pengalaman diculik cowok. Tidak perlu.
“Nanti kalau ada artis yang berani mengganggu, kamu tendang saja. Pasti semua orang akan memaafkanmu.”
Saran yang tidak baik dan tidak perlu dipatuhi.
Setelah Star selesai meriasku, aku pun mengikuti staf yang mengarahkanku ke ruang siaran. Lampu langsung menyorotku begitu aku menjejakkan kaki di ruang tersebut. Ada banyak penonton duduk di kursi berwarna biru. Pembawa acara, seorang cowok berusia sekitar dua puluhan, menyambutku. Kami berjabat tangan dan dia mempersilakanku duduk bersama bintang tamu lainnya.
“...”
Mother fu*********! Ternyata Ella Soraya pun ikut menjadi salah satu tamu undangan. Dalam hati aku mencoba menenangkan diri, membuat sugesti bahwa malam ini akan baik-baik saja. Lagi pula, selain Ella Soraya ternyata di sana juga ada Clive dan dua orang yang tidak aku kenali: cowok dan cewek. Yang satu mengenakan gaun berkanji, yang cowok mengenakan setelan seperti Clive. Apa pun itu mereka berdua pasti orang penting.
Aku langsung memilih duduk di samping Clive. Pembawa acara mulai melontarkan pertanyaan kepada bintang tamu. Khusus Clive dia bertanya, “Apa nggak ingin mencari jodoh di sini?” Alis pembawa acara mulai bergerak seperti ulat bulu menari disko. “Omong-omong, semua cewek yang ada di sini, kan, masih jomlo.”
‘Aku sudah ada yang punya,’ kataku dalam hati.
“Kalau kakakku sudah ada calon,” jawab Clive melempar tanggung jawab, “baru aku pertimbangkan mencari jodoh.”
Semua cewek yang menonton pun langsung berdeham.
“Nah kira-kira apa kriteria Clive Stark?” Pembawa acara jelas mengendus bahan gosip. “Seperti Ella Soraya, Kirana Kristal, atau ... Hana?”
Enak saja! mengapa aku ikut diseret ke dalam kolam gosip?!
“Orangtuaku menyarankan mencari cewek yang bisa membuat kakakku jinak,” sekali lagi Clive melemparkan tanggung jawab kepada kakaknya. “Harus yang bisa membuat kakakku berubah jadi kucing penurut.”
Semua orang pun tertawa, sama sekali tidak menangkap perubahan ekspresi di wajah Ella Soraya.
Gawat! Jangan bilang ikan besar yang satu ini sudah masuk ke kolam milik Ella?
Kemudian pembawa acara pun beralih kepada bintang lain. Beberapa pertanyaan mengenai pekerjaan, proyek, dan sedikit gosip. Ketika tiba giliranku si pembawa acara tersenyum amat cerah hingga kupikir akan membuat mataku silau. “Nah boleh minta bocoran cerita terbaru setelah Milo?” tanyanya dengan nada suara yang terdengar amat antusias. “Aku juga salah satu pengikut Milo lho. Aduh sayang sekali waktu itu nggak bisa ikut di peluncuran album khusus yang Melon adakan.”
“Hmm masih akan berkaitan dengan kucing,” jawabku sembari tersenyum profesional. “Semoga kalian nanti bisa menyayangi kucing yang satu ini.”
Clive dan si pembawa acara menampilkan minat ... hei mengapa mereka mirip orang yang berusaha menyambar kesempatan menjadi yang pertama membaca?!
“Melon,” kata si pembawa acara, menatap salah satu kamera, “tolong undang aku sebagai MC untuk peluncuran album terbaru dari karya Hana, ya? Oke?”
Sekali lagi tawa membanjiri ruangan.
“Ella Soraya,” kali ini si pembawa acara mengarahkan perhatiannya kepada Ella, “kudengar film terbaru yang kamu bintangi menggelontorkan sejumlah dana yang fantastis. Apa film ini akan dipasarkan secara serempak di seluruh kota? Oh ya, apa menurutmu mengenai pandangan beberapa cewek yang menganggap pemilihan karakter yang kamu perankan tidak sesuai dengan image?”
“Nggak ada komentar khusus sih,” jawab Ella. “Aku percaya kepada kemampuan semua pihak yang bertanggung jawab dalam proyek film kami. Adapun pendapat pribadi ... yah nggak ada.”
“Bukankah salah satu aktor yang seharusnya berperan bersamamu berasal dari Luna Entertainment? Mengapa tiba-tiba terjadi perubahan? Bukankah semua orang berharap bisa melihat adu akting dua bintang besar?”
Luna Entertainment? Bukankah itu perusahaan yang ingin mengorbitkan Ella Soraya dalam cerita aslinya? Mengapa sekarang perusahaan yang satu ini tidak mau berurusan dengan Ella?
Clive, tidak seperti dugaanku, justru terlihat pucat pasi. Seolah mendengar nama Luna Entertainment disebut membuatnya terserang panik ... jangan bilang itu perusahaan milik kakaknya?!
“Wah mungkin Clive bisa memberi kami bocoran mengenai cara masuk ke Luna Entertainment?” Pembawa acara kembali memburu Clive. “Tolong, ya?”
“Kakak, kalau kamu nonton acara ini,” kata Clive, jelas sekali berusaha pura-pura tersenyum, “tolong pilih yang benar, ya?!”
“...”
Kupikir mencemaskan Clive merupakan kegiatan paling tidak berguna yang pernah kulakukan.
Sialan.
***
Selesai ditulis pada 25 Agustus 2023.***
:”( Maaf pendek. Semoga kalian nggak keberatan.Hiks.
Salam cinta dan kasiiiih sayang!
Loveeeee!
KAMU SEDANG MEMBACA
GENRENYA SALAH! (Tamat)
RomanceSuamiku merupakan male lead dalam novel dewasa yang level kebenciannya patut dipertanyakan. Dia mapan, tampan, berkarisma, dan apa pun yang semua cewek inginkan ada dalam dirinya. Sekalipun pernikahan yang kujalani hanya hitam di atas putih, tidak a...