Ivan benar-benar ajaib. Andai tidak membaca novel aslinya, maka aku pasti akan mengira dia sungguh jatuh hati kepadaku. Hei siapa cewek yang tidak salah sangka ketika diperlakukan sangat manis? Baper? Oh no, aku bahkan bisa salah tingkah dan berlagak seperti orang kasmaran ketika dipandangi Ivan!
“Kupikir kamu sibuk?”
Aku bergegas menghampiri Ivan yang sedang duduk, sibuk mengamati layar televisi yang kini menampilkan iklan minuman segar. Jas tersampir di kursi. Dua kancing teratas kemeja Ivan terbuka dan dasinya pun sudah dilepaskan. Lengan di kemeja pun telah disingsingkan hingga ke siku.
“Berusaha menyelesaikannya secepat mungkin,” Ivan menjawab pertanyaanku. Sekalipun sepertinya telah menjalani satu hari yang melelahkan, tapi senyum itu—senyum yang selalu Ivan tampilkan saat bersamaku—masih terpancar di kedua matanya. “Bagaimana dengan pekerjaanmu?”
Di meja terhidang sepiring buah anggur hijau yang sudah dipisahkan dari tangkainya. Ada garpu imut dengan hiasan bintang. Ah segelas minuman dingin ... sepertinya Ivan siap menikmati waktu santai.
“Luar biasa,” balasku sembari duduk di sampingnya.
Entah ada keajaiban ataupun sekadar kebetulan, mendadak layar televisi menampilkan iklan parfum yang dibintangi oleh Ella Soraya. Di sana dia mengenakan gaun hitam ketat yang menampilkan lekuk tubuh, belahan dada, dan paha. Dia tidak sendiri. Ada seorang aktor tampan yang juga tampil tidak kalah menarik daripada Ella.
Mendadak sesuatu menggelitik rasa keingintahuanku. Oh tenang, bukan mengenai adegan yuhu-ahaa-huuuu kok. Ini murni penasaran saja.
Aku berdeham, berharap bisa mengumpulkan energi positif.
“Ivan,” panggilku, lembut, “kamu kenal Ella Soraya?”
Hanya sedetik. Sedetik saja aku menangkap perubahan dalam diri Ivan, terutama di mata. Aku tidak tahu arti sebenarnya dari tanda tersebut. Semoga saja itu bukan hal buruk seperti ... emm ingin memukul pantatku karena aku tidak tahu diri berani menanyakan masa lalu? Ih aku tidak keberatan membaca adegan keras 21 plus. Hanya baca! Baca, bukan menjalaninya! Kulitku, kan, tipis dan mudah iritasi hehe.
“Tadi aku ketemu Ella Soraya,” ujarku berusaha memadamkan kecurigaan atau apa pun yang sempat muncul dalam diri Ivan. “Ternyata dia juga ikut serta dalam proyek yang kutangani. Emm ternyata dia aslinya sangat cantik dan seksi, ya?”
Alih-alih langsung membalas, Ivan memilih mematikan televisi. Kini tidak ada dengung mesin ataupun suara musik. Perhatian Ivan terfokus seratus persen kepadaku.
O o ow. Tidak mungkin Ivan akan langsung menyarankan cerai, ‘kan?
“Hana, jangan terlalu dekat dengan Ella, ya?”
Ivan menjulurkan tangan. Ia membelai kepalaku, amat lembut. Senyum kembali merekah, mengusir segala kebuasan yang sempat terbit. Kebuasan Ivan yang ... yang begitu. Tahu, bukan? Semua male lead dalam novel 21 plus biasanya akan langsung bergerak ketika melihat ceweknya terancam. Mungkin saja dia mengira aku sebagai ancaman bagi Ella Soraya. Dih jelas tidak mungkin sih. Aku, kan, kelas marmut. Bagaimana bisa mengalahkan Ella? IMPOSIIIIBLLLLLEEEE!
“Lebih baik jauhi dia,” Ivan menyarankan.
Selama sesaat aku terdiam. Pikiranku kacau. Ibaratnya petugas yang mengurus sistem otak langsung kebakaran jenggot ketika menyaksikan Ivan membelai kepalaku. Siaga merah! Siaga!
Mataku berkedip, berharap yang kulihat sekadar ilusi—produk imajinasi saja.
... dan ternyata tidak.
Ivan sungguh tersenyum. Tidak marah!
“Aku nggak sempat berinteraksi dengannya kok,” kataku susah payah. Jantung berdegup kencang, kerongkonganku seakan menyempit hingga bicara saja butuh ekstra paksaan. Oh terutama pipiku. Panas!
KAMU SEDANG MEMBACA
GENRENYA SALAH! (Tamat)
RomanceSuamiku merupakan male lead dalam novel dewasa yang level kebenciannya patut dipertanyakan. Dia mapan, tampan, berkarisma, dan apa pun yang semua cewek inginkan ada dalam dirinya. Sekalipun pernikahan yang kujalani hanya hitam di atas putih, tidak a...