13

19.9K 2.2K 63
                                    

Oknum yang kunantikan akhirnya muncul!

Ella Soraya. Dia mengenakan gaun berwarna merah delima. Jenis gaun yang mengingatkan diriku kepada putri duyung. Bagian lehernya dihias butiran rubi mungil. Sepasang sarung tangan jala terlihat menawan ketika melekat di tangan Ella. Tatanan rambut Ella Soraya mengingatkanku pada salah satu tokoh kartun Powerpuff Girls. Tepatnya, si sekretaris seksi yang selalu menemani wali kota yang tingginya tidak sampai betis wanita dewasa. Riasan? Dia bisa memenangkan posisi ratu vampir seksi! Berani taruhan, semua cowok rela lehernya digigit dan darahnya disedot habis oleh Vampir Ella.

Berbeda denganku yang mirip asisten kurcaci, Ella Soraya melenggang dengan gaya. Lagu Doja Cat sepertinya cocok sebagai latar pengiringnya.

Hei, perlu memastikan sesuatu. Ivan!

“...”

Suamiku sama sekali tidak menoleh maupun mengagumi Ella Soraya. Dia sibuk menatap sesuatu ... oh ternyata dia sedang mengamati meja yang tidak jauh dari meja kami. Tepatnya, meja si cowok yang sempat tersedak.

“Em, Ivan. Apa kamu nggak ingin ganti suasana?” Aku mulai menawarkan ide bagus. “Seperti mengamati Ella Soraya?”

Ivan menghentikan kegiatannya, dan sepertinya sedang mempertimbangkan sesuatu yang penting, hanya untuk memberiku seuntai senyuman yang indahnya menandingi rangkaian kalung mutiara.

“Apa kamu sedang menyemangati suamimu agar lekas berpaling ke wanita lain?”

Heiy noooo! “Enggak,” aku mengoreksi. “Kecuali kamu ada kemungkinan ... ya itu ... kan aku ... hmmm.”

Bagaimana caranya menjelaskan bahwa aku merasa kalah saing dengan Ella Soraya? Lihat sejumlah aset itu! Ketika ingin uhuk dan uhuk Ivan jelas bisa melakukan uhuk dan uhuk terhadap Ella! Aku? Bayangkan saja Ivan memeluk boneka Pororo!

“Aku hanya bercanda,” kata Ivan sembari menawarkan piringnya. Sepotong kue masih dalam kondisi utuh. Tampaknya dia selama beberapa menit ini hanya mengamatiku makan dan membiarkan miliknya menjadi jatahku. “Kamu sepertinya suka kue ini. Kapan-kapan akan kupesan kue serupa, ya?”

“...” Dia menganggapku setara balita! Apa dia tidak ada dorongan mengajakku mendaki gunung, lewati lembah, dan huh?! Hei aku merasa tidak berguna!

Kekesalanku tidak berlangsung lama karena pembawa acara mulai mengumumkan acara. Sejumlah nama disebutkan dan ketika giliran nama Ivan ... lampu sorot pun jatuh ke meja kami. Aku terdiam, tidak tahu harus melakukan pose Jojo atau ... biarkan Ivan yang menangani.

Ivan tersenyum, mengangguk, dan lampu sorot pun berpindah ke meja lain.

Kemudian aku pun memperhatikan setiap meja dan mencari keberadaan Ella Soraya. Saat aku berhasil menemukan meja si female lead, tatapan sengit langsung menghantamku.

“...” What the he....

Kupikir Ella Soraya itu akan memberiku senyum anggun. Dia justru memberiku tatapan mematikan. Andai kedua mata itu berubah menjadi anak panah, maka sudah pasti ratusan anak panah telah menghunjam ragaku. Begitu intens dan sarat kebencian. Sangat tidak menyenangkan hingga membuatku diriku ciut.

Tanpa sadar, atau barangkali naluri asliku, tanganku terjulur dan mencari-cari keberadaan Ivan. Begitu berhasil menggenggam tangan suamiku, aku pun merapatkan jarak di antara kami dan secara sepenuhnya menyerahkan beban tubuhku kepada Ivan demi bisa bersandar kepadanya.

Hitogoroshiiiii! Female lead-sama seperti oni!

“Kenapa kamu gemetar begini?” tanya Ivan dengan nada suara yang terdengar cemas. “Apa udaranya terlalu dingin?”

Tanpa menunggu jawabanku, Ivan melepas jas dan memasangkannya di bahuku.

Aku tidak berani mencuri pandang ke meja Ella Soraya. Apa pun yang sempat muncul, ide nakal, antara Ella dan Ivan-oke maafkan aku. Sekarang tidak ada lagi acara melepaskan Ivan kepada Ella. Aku butuh jaket pelampung!

“Ivan, kamu nggak ngiler dengan Ella, ‘kan?” Kali ini aku menatap penuh harap ke wajah Ivan. Dia tengah menunduk, memudahkanku mengamati dirinya. “Soalnya aku nggak bisa hidup tanpa kamu.”

Maksudku, nggak bisa selamat dari amukan female lead tanpa tameng male lead!

“Kamu ini terlalu banyak baca novel CEO yang meninggalkan istrinya demi artis,” kata Ivan sembari terkekeh. “Lebih baik kamu tonton film yang sebentar lagi akan diputar oleh tim. Aku akan sangat senang bila kamu bisa memberiku saran barang satu atau dua.”

“Memangnya kalau kubilang akting Ella Soraya mentah, kamu akan mencoret dirinya dari daftar?”

“Tentu.”

Persetan dengan Ella Soraya. Kaki emas male lead tidak akan kulepas sampai aku merasa aman. Nanti aku tinggal kabur dan menunggu cerita berakhir andai mereka berdua tetap jatuh cinta. Ide bagus! Aku pintar!

Akhirnya tubuhku bisa terasa sedikit ringan. Otot melemas. Pikiran tidak lagi kacau. Kufokuskan mataku di layar yang kini menampilkan sejumlah adegan. Semua orang pun tampak larut, fokus menonton film.

Film berkisah mengenai pemburu iblis yang jatuh hati kepada musuhnya, siluman gagak. Perempuan yang memerankan pemburu iblis ternyata bukan Ella Soraya. Anehnya, si Ella justru berperan sebagai siluman ular yang selama ini menaruh hati kepada siluman gagak. Karena cemburu, siluman ular menjebak si pemburu hingga akhirnya pemburu itu mati.

Bermacam ular bermunculan, berusaha menyembunyikan jasad si pemburu. “Kau tidak akan bisa memiliki dirinya!” teriak Ella.

“...” Kok rasanya dia sangat menjiwai peran tersebut, ya?

Siluman gagak datang terlambat. Dia menyerang siluman ular, mencabut jantungnya, dan memutuskan mengakhiri hidup. Di akhir cerita kedua tokoh tersebut bertemu kembali sebagai manusia. Masing-masing tidak memiliki ingatan kehidupan masa lalu mereka.

... dan cerita pun berakhir.

Tanpa terasa air mataku menetes. Aku sampai membersitkan ingus di tisu. Haru biru menyaksikan akting tokoh utama.

“Kamu boleh menangis sepuasnya,” kata Ivan sembari menyerahkan tisu baru kepadaku. “Kamu boleh makan es krim.”

“Mau satu ember es krim,” pintaku di sela-sela tangis.

Ternyata bukan hanya aku seorang yang menangis jelek. Beberapa orang pun bahkan ada yang lebih buruk daripada diriku. Menangis sembari mencengkeram dada, seolah jantung mereka akan remuk saat itu juga.

Tepuk tangan menggema, tanda semua penonton merasa terharu dengan film tersebut.

“Ivan, apa nanti kamu akan mencariku di kehidupan berikutnya?”

Kedua mata Ivan tampak meneduhkan. Seperti oasis yang mengusir dahaga. “Asal aku ingat, pasti aku akan mencarimu. Kalaupun aku tidak bisa mengingat dirimu, barangkali jiwaku yang akan mencarimu.”

Ada sesuatu yang membuatku merasa tidak nyaman. Aku ingin tahu alasan Ivan bersedia menerima pernikahan tanpa cinta ini. Demi bakti kepada ayahnya ataukah dia memang memiliki pendapat sendiri terkait pernikahan kami.

Setiap kali aku ingin bertanya mengenai hal tersebut, alasan Ivan bersedia menerimaku, maka lidahku seolah kaku. Semua kata-kata hancur dan lenyap sebelum mulutku mampu berucap. Sirna.

Barangkali hanya halusinasiku saja, tapi kulihat Ivan pun seakan menyimpan kegundahan serupa.

Akan tetapi, kata-kata memilih bersembunyi dalam keliman keragu-raguan, enggan menampakkan diri, dan memilih menunggu waktu membuktikannya.

***
Selesai ditulis pada 14 Agustus 2023.

***
Milky berantem lagi. Seperti biasa, dia kalah! (0_0) Kucing saya nggak pernah menang satu kali pun. Ujung-ujungnya pulang, minta makan, terus tidur.

Kucing jantan apa begini semua, ya?

Oh ya, semoga kalian suka bab kali ini. Ehehehehehehehe.

Salam cinta dan kasih sayaaaang.

Love youuuuuuu, teman-teman!

GENRENYA SALAH! (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang