Till We Meet Again (01)

291 34 16
                                    

Hai... Sorry banget baru update, karena lagi hectic irl. Ku membawa fic baru, yang idenya tiba-tiba muncul dan mendadak nulisnya, jadi maaf kalau agak kacau tulisannya :) Btw, Happy Gyuhao Day everyone ;)


*****

*****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Pemuda tujuh belas tahun itu mendecakkan lidahnya saat ia melihat ayahnya berada di ruangan khusus itu, lagi. Ruangan itu adalah sebuah ruangan yang menghadap ke arah laut, tempat dimana ayahnya melukis dan menyimpan lukisan-lukisan hasil karya. Hasil lukisan milik ayahnya tergantung di seluruh sisi dinding ruangan. Namun, semua lukisan itu hanyalah potrait dari satu orang, yang berbeda hanya gaya, teknik melukis dan sudut pandang lukisan. Wajah yang ada dalam potrait itu adalah wajah dari cinta pertama ayahnya, seseorang yang juga sudah melahirkan dirinya.

Pemuda itu hanya bisa menghela nafas setiap melihat ayahnya. Sudah tujuh belas tahun sang ayah tidak pernah melupakan cinta pertama yang entah pergi kemana. Tidak ada niatan bagi ayahnya untuk menikah lagi. Bahkan ayahnya merawat dirinya seorang diri sejak kecil tanpa mencari pasangan hidup lagi. Nanon tidak habis pikir, bagaimana ayahnya bisa sangat mencintai orang yang sudah meninggalkan mereka berdua.

Kebahagiaan jelas tergambar dari wajah sang ayah saat melakukan kegiatan melukis. Seorang Kim Mingyu selalu tersenyum saat menorehkan goresan demi goresan pada kanvasnya.

"Pa, lagi ngelukis?" Tanya Nanon sebelum ia melangkahkan kaki masuk ke dalam ruangan. Ia mendekati sang ayah, melihat apa yang sedang ayahnya lukis. Dan memang masih sama, sang cinta pertama dari ayahnya yang terlukis indah pada kanvas.

Mingyu menoleh dan memindai penampilan anaknya. Anaknya mengendong sebuah ransel dengan setelan pakaian main. "Ehh, Nanon. Iya, lagi ngelukis. Kamu mau kemana?"

"Aku mau belajar di tempatnya Chimon, Pa. Papa, kalo lagi ngelukis, jangan kelamaan mandangin laut sambil buka jendela. Nanti masuk angin...." 

"Iya, iya...." Jawab Mingyu sambil melanjutkan lukisannya, menyapukan kuas pada kanvas.

Nanon seharusnya segera pergi, tapi ia tidak bisa menahan mulutnya untuk bertanya, "Papa gambar dia lagi?" 

Mingyu menoleh ke arah Nanon, tidak percaya anaknya mengucap pertanyaan tidak sopan macam itu. "Kamu yang sopan! Dia itu orang yang ngelahirin kamu--"

"Ngelahirin aku terus ninggalin aku sama Papa gitu aja?" Tidak tahu apa yang ada di pikiran Nanon saat ini, ia mengatakan hal yang akan membuat ayahnya marah.

"...." Mingyu membisu, ia meletakkan palet dan kuas yang sedang dipegangnya.

"Siapa lagi namanya? Hao? Minghao?!" Nanon tidak bisa berhenti.

"Nanon!" Mingyu bangkit dari tempat duduknya dan kini berhadapan dengan sang anak.

"Tujuh belas tahun Pa, dia ga pernah balik! Dia ga pernah nemuin Papa, ga pernah nemuin aku. Aku ga pernah ngeliat langsung gimana sosok Minghao-nya Papa. Kalo ga dari lukisan Papa, aku ga akan pernah tau wajah orang yang ngelahirin Nanon, Pa! Mungkin dia ga balik karena dia udah mat--"

Shadows - GyuhaoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang