***
Mingyu berusaha menghubungi Minghao, tapi tidak ada jawaban dari cincin yang juga melingkar di jari tengahnya. Ia segera menuju ruang penyimpanan golem milik Jihoon, mengendarai sebuah golem kuda lalu bergerak cepat ke perbatasan. Ia sangat berharap tidak terjadi sesuatu pada Minghao.
Namun, harapannya pupus.
Di hadapannya nampak bekas pertarungan dan beberapa tubuh tak bernyawa --yang merupakan pengawal dari dukedom-- tergeletak di dekat kereta. Mingyu masih menyusur dan melihat sesuatu yang tidak ia inginkan. Kakinya mulai berjalan terhuyung, tubuhnya mulai bergetar hebat, matanya tidak percaya apa yang dilihatnya. Minghao.... Ia mendekati Minghao, bertelut dekat tubuh kekasihnya dan membawa Minghao lekat ke dalam pelukannya.
"Kau sangat menyukai bunga, kan? Aku sudah membeli bunga dari ibu kota untukmu. Aku berencana memberikan itu untukmu.... Iya, akan aku berikan semua bunga untukmu, untuk menghiasi kamar kita, menghiasi rumah kaca-- dan taman juga akan aku perlebar untukmu. Kau suka menyamar di tengah-tengah kota dan jalan-jalan saat perayaan bersamaku... aku juga sudah berencana mengajakmu setelah tugasku berakhir. Aku akan menyiapkan semua waktuku untukmu. Jadi bangun Minghao, buka matamu, marahi aku karena aku terlambat pulang." Mingyu terus meracau sambil memeluk Minghao.
"Untuk apa aku menyelamatkan kerajaan, padahal aku tidak bisa menyelamatkan kekasihku sendiri?! Minghao!! Minghao?! AAAGGRRHHH, please don't leave me..."
Sang profesor yang kehilangan satu golem kesayangannya, tiba di sana dan segera menyadari hal buruk yang terjadi.
"Hidupkan dia kembali, Jihoon! Hidupkan dia kembali dengan apa yang penyihir hitam itu lakukan... Aku mau Minghao-ku kembali..." Sang duke meraung sedih, memohon padanya untuk menghidupkan sang terkasih kembali.
"Duke! Kau harus sadar, Duke! Kau tahu kalau kita melakukan cara itu, iblis-lah yang akan mengisi tubuh dari kekasihmu, bukan jiwa dari pemilik tubuh sebenarnya. Kau tahu itu sendiri."
"Ta--tapi, aku tak mau kehilangan Minghao--Akkhh" Tenggorokan Mingyu seperti tercekat, isak tangisnya jadi tak bersuara. Mingyu menangis dalam diam. Air matanya tak henti mengalir, namun tak ada suara keluar dari mulutnya. Dadanya terasa begitu sesak, terasa begitu perih.
"Lakukan apa saja, asalkan dia bisa hidup kembali... hikss...." Mingyu tidak bisa menjalankan akal sehatnya lagi, semuanya kacau karena separuh nafasnya telah pergi. Segala cara akan ia lakukan, asalkan kekasihnya tidak pergi meninggalkannya.
Banyak orang datang dan pergi dari hidup Mingyu, namun tidak bisakah Minghao tetap bersamanya? Tidak bisakah Mingyu berharap Minghao tetap ada di hidupnya? Mengapa semua yang terjadi justru membuat Minghao pergi darinya?
Mengapa?!
Hatinya tak akan berhenti merindu, benaknya tak 'kan henti mengingat, jiwanya tak akan kuat tanpa Minghao di sisi. Minghao ada jauh di sana, bagaimana jika Mingyu ingin bertemu?
Bisakah kau kembali padaku? Jangan pergi....
"--Duke, Duke!" Teriak Jihoon menyadarkan Mingyu, "ayo bawa dia ke laboratoriumku! Cepat Tuan Duke sebelum semuanya terlambat!"
Masih dengan tubuh lunglainya, Mingyu membopong Minghao mengikuti arahan Jihoon. Tubuh itu ia peluk erat selama perjalanan menuju ke akademi kerajaan. Pandangannya kosong, sesekali berkedip menjatuhkan bulir air mata yang tidak henti berlinang.
"Lebih cepat lagi! Kumohon!" Pinta Jihoon pada sang pengemudi.
"Baik Tuan!"
Kendaraan itu melaju lebih cepat. Jalanan kota sudah Junhui bukakan bagi rombongan sang tuan yang akan berlalu.
![](https://img.wattpad.com/cover/347104255-288-k893767.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Shadows - Gyuhao
Fanfiction🔞Mature content! MDNI!🔞 [kumpulan shortfic/oneshot gyuhao, BXB (homophobic DNI), tulisan ga jelas dari ide yang gajelas jg, cerita cringe & random, sebagian besar nsfw, minors please do not interact!!!!] "Stay with me at any moment, in the shadow...