Bagian: Lima Belas

115K 4.8K 20
                                    

Sudah 10 menit lamanya Aarav hanya memandang langit-langit Kamar seolah hanya itulah objek menarik saat ini. Pikirannya masih terus terpatri pada kejadian beberapa saat lalu, dimana saat Sahla yang mencoba untuk membalas ciumannya.

Tak pernah terpikir dalam benaknya bahwa Sahla menginginkan untuk bisa membalas ciuman Aarav, sekedar bisa memagut bibir Sahla saja sudah membuat Aarav sangat senang. Namun, kejadian tadi tak lepas dari kepala Aarav terus berputar-putar.

Aarav menyentuh bibir tebalnya, senyum tipis cowok itu terbit. Lagi-lagi kembali mengingat saat bibir lembut Sahla mengikuti pergerakan bibirnya, bibir lembut gadis itu bahkan sempat menyesap bibir Aarav sukses membuat cowok itu hampir gila karenanya.

Saat ini Aarav tidak tahu apa yang dilakukan Sahla, setelah menyelesaikan ciuman keduanya Aarav lantas pergi ke Kamar. Dia tidak tahan jika harus berada di dekat Sahla. Bagaimana jika Aarav terus mencium Sahla tanpa henti?

Shit!

Hanya dengan memikirkannya saja Aarav menginginkan ciuman itu lagi. Namun, bukan dengan tempo perlahan. Aarav ingin lumatan, Aarav ingin Sahla membalas lumatan bibirnya.

Drrrttt... Drrrttt... Drrrttt...

Getaran dari ponselnya menarik perhatian Aarav, cowok itu menoleh pada benda pipih yang terus bergetar di atas nakas. Sebuah panggilan masuk, tertera nama Haikal di sana.

"Apa?" Tanya Aarav dengan nada malas.

"Bos, lo udah tidur?"

"Kalau gue udah tidur terus siapa yang ngangkat telepon lo? Tolol."

Terdengar kekehan kecil di seberang sana. "Kali aja jin qorin lo yang angkat."

"Sialan. Mau apa lo telepon gue?"

"Jadi, gue mau date malam ini sama gebetan baru. Kebetulan baju-baju gue masih di laundry lupa belum gue ambil."

"Hm. Terus masalahnya sama gue apa?"

"Pinjem baju lo dong, Bos. Eh bukan baju, jaket aja."

"Lo ambil aja sini. Langsung masuk Kamar gue, gue lagi di Kamar."

"Siap, Bos. Lo emang bestie gue yang paling keren."

Sudah hal biasa bagi Aarav dan keempat temannya untuk saling meminjam barang. Aarav tak masalah akan hal itu karena dia sudah menganggap mereka seperti keluarganya sendiri.

Setelah telepon terputus Aarav memilih untuk men-scroll sosial medianya sembari menunggu kedatangan Haikal, mencoba mengalihkan pikirannya yang terus terbayang-bayang gadis yang tinggal bersama dengannya.

Selang beberapa menit kemudian, terdengar derap langkah yang mendekati Kamarnya. Tanpa mengetuk cowok bertopi itu membuka pintu lantas masuk ke dalam Kamar Aarav dengan senyum lebarnya.

Melihat Haikal yang sudah berada di dalam Kamarnya lantas membuat Aarav beranjak dari atas kasurnya.

"Cewek mana lagi yang lo ajak jalan?" Tanya Aarav.

Haikal mendengus, dia tak terima dengan perkataan Aarav. Meskipun dia terbilang tak pernah serius dengan yang namanya perempuan, tapi untuk mengatakan 'cewek mana lagi' pada Haikal sepertinya kurang tepat. Dia tak seperti Bara yang mengencani banyak perempuan.

"Lagi? Anjir, gue baru 3 kali jalan sama cewek."

"Sama aja." Timpal Aarav.

Haikal mengidikkan bahunya. "Gue pinjem jaket yang pernah lo pake waktu latihan kemarin."

"Yang mana?"

"Itu lho jaket denim." Jelas Haikal.

Aarav akhirnya mengerti dengan penjelasan Haikal. Cowok itu lalu membuka lemarinya dan mengambil jaket yang dimaksud Haikal.

Roommate With BenefitsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang