"Satya." Panggil Sahla. Gadis itu terlihat panik saat tak menemukan dompet miliknya di dalam tas.
"Kenapa? Lo kelihatan panik gitu, La." Balas Satya.
"Dompet gue gak ada, gue mau bayar roti yang tadi." Jelas Sahla.
"Roti lo udah gue bayar." Timpal Satya dengan santai.
Sahla menatap Satya merasa tak enak pada cowok di hadapannya. Sudah dua kali Satya membayarkan makanan milik Sahla.
"Gue jadi ngerasa gak enak sama lo. Udah dua kali lo bayarin gue."
Satya mengembangkan senyumnya. "Santai aja kali, kayak sama siapa aja lo."
"Tapi tetap aja gue ngerasa gak enak sama lo. Kapan-kapan biar gue yang bayarin lo deh."
Satya mengangguk. "Oke, nanti gue tagih."
"Siap, lo hubungi gue aja. Nanti giliran gue yang traktir lo dan lo gak boleh nolak."
"Gue gak bakal nolak. Btw, gue belum punya no WA lo." Ucap Satya. Cowok itu lantas menyodorkan ponselnya pada Sahla, tentu Sahla menerima lalu mengetikan nomor WA-nya di ponsel Satya.
---
Aarav: Send a picture
Aarav: dompet lo ada di gue tadi gue liat dompetnya jatuh waktu lo keluar kamar
Aarav: kalo mau ambil ke studio musik aja, gue di siniSahla: Gue gatau studio musik dimana
Aarav: deket lab bahasa
Sahla menghembuskan napas pelan, kalau saja dompet itu Aarav biarkan tergeletak di dekat Kamarnya pasti saat ini Sahla tidak perlu capek-capek menuju studio musik yang Aarav maksud. Bukan tanpa sebab, setahu Sahla Lab Bahasa itu cukup jauh dari gedung fakultasnya.
Dengan langkah gontai Sahla melangkahkan kakinya, pikiran Sahla saat ini sangat mumet efek dari hari pertama datang bulan ditambah matkul yang diisi oleh dosen killer.
Sampailah Sahla di depan sebuah pintu bertuliskan studio music. Tanpa mengetuk Sahla memutar kenop pintu, melihat ke dalam gadis itu mendapati Aarav yang tengah sibuk dengan ponselnya. Perlahan Sahla masuk sembari menutup pintu.
"Mana dompet gue?"
Aarav mendongak mendapati Sahla yang berdiri tak jauh darinya.
"Gak ada ucapan terima kasih?" Tanya Aarav.
Sahla mendengus pelan, dia menatap datar kearah Aarav. Ayolah, hari ini Sahla sedang tidak mood berdebat dengan Aarav.
"Makasih buat apa?"
"Gue udah bawain dompet lo." Jawab Aarav.
"Makasih. Sekarang mana dompet gue, gak kuat gue mau pulang." Sahla menjulurkan tangannya meminta pada Aarav agar memberikan dompet miliknya pada Sahla.
Aarav terkekeh pelan, cowok itu menyimpan ponsel miliknya di atas nakas yang tersedia di studio tersebut. Aarav berjalan melewati Sahla, mengunci pintu lalu berbalik menghadap Sahla.
Melihat gerak-gerik Aarav yang mengunci pintu, membuat Sahla merasakan adanya sinyal bahaya. Mengapa Aarav harus mengunci pintu?
"Kenapa lo kunci pintu?" Tanya Sahla.
"Supaya lo gak kabur."
KAMU SEDANG MEMBACA
Roommate With Benefits
Fiksi Remaja⚠︎18+ // mention of kissing!!! "Let's start our kiss contract." Sahla Imelda mengira bahwa pertemuannya dengan cowok yang tak sengaja dia cium akan menjadi pertemuan pertama dan terakhir. Namun apa boleh buat, takdir berkata lain. Sahla dipertemukan...