"Tan, binder gue hilang. " Sahla tampak panik saat tak menemukan bindernya di dalam tas. Sahla berdecak kesal, binder itu sangat penting bagi Sahla karena berisi rangkuman materi-materi kuliah.
"Coba lo cari dengan benar. Kali aja kesalip." Balas Tania.
Sahla menggelengkan kepala, tercetak sekali raut panik di wajahnya. Gadis itu kembali memeriksa isi tasnya, namun hasilnya tetap nihil, Sahla tak menemukan binder miliknya.
"Perasaan tadi gak lo masukin tas deh, jatuh mungkin."
Sahla menepuk jidatnya, dia baru ingat saat tadi dirinya memang tak memasukan binder tersebut ke dalam tas. Sahla merutuki dirinya sendiri yang teledor.
"Tadi kan kita ke Kantin Fisip otomatis ngelewatin gedung FEB. Antara 2 tempat itu. Gue mau cari sekarang." Ucap Sahla.
"Sorry, gue gak bisa bantu, Taufan telepon gue minta dijemput."
"Gak pa-pa lo duluan aja, gue bisa cari sendiri." Balas Sahla.
Setelah Tania pergi, Sahla menggendong tasnya lantas mulai melangkahkan kaki menuju Kantin Fisip. Lagi-lagi Sahla merutuki dirinya sendiri yang ceroboh.
"Sahla." Panggil seseorang membuat Sahla memberhentikan langkahnya. Gadis itu menoleh dan mendapati cowok jangkung berkulit putih bersih tengah tersenyum kearahnya. Satu hal menarik perhatian Sahla.
"Binder gue." Pekik Sahla.
"Oh iya, tadi gue nemuin binder lo di depan Kantin Fisip." Ucap cowok itu sembari menyodorkan binder milik Sahla.
Sahla langsung menerima binder tersebut dengan raut sumringah. "Makasih ya ini penting banget buat gue soalnya. Eh, lo Satya kan?"
Satya mengangguk masih dengan senyumannya, jangan lupakan lesung pipinya yang terlihat jelas menambahkan kesan manis.
"Sama-sama, lain kali jangan ceroboh. Atau lo masukin tas biar gak jatuh."
"Biasanya gue masukin tas kok, kalau tadi kayaknya lupa deh." Timpal Sahla. Tak mau kejadian serupa terulang, langsung saja Sahla memasukkan binder tersebut ke dalam tasnya.
"Untung aja lo kasih nama, kalau enggak mungkin gue gak bakal tahu siapa pemiliknya."
"Sekali lagi makasih ya, Satya. Karena lo udah nemuin binder milik gue, gimana kalau gue traktir lo? Mau gak?" Tawar Sahla.
Satya terkekeh pelan dengan anggukan kecil, tak butuh waktu lama untuk cowok itu mengiyakan tawaran Sahla.
---
"Lo mau rasa apa?" Tanya Sahla pada Satya yang berdiri di belakangnya.
Kini keduanya tengah berada di kedai ice cream yang berjualan tepat di sebrang Kampus. Sahla sempat menawarkan pada Satya untuk membeli makan, mamun cowok itu menolak. Satya mengatakan dia ingin memakan yang manis-manis.
"Gue vanilla aja." Jawab Satya.
"Mas, vanilla satu matcha satu." Ucap Sahla.
Hanya menunggu 5 menit saja pesanan Sahla dan Satya sudah siap. Saat Sahla hendak merogoh tasnya untuk mengambil dompetnya, tiba-tiba saja Satya memberikan uang pada penjual ice cream tersebut.
"Kan gu-"
"Gue aja yang traktir." Potong Satya sembari membawa dua cup ice cream pesanan mereka.
Sahla hanya bisa diam, matanya mengikuti pergerakan Satya yang duduk di bangku depan kedai tersebut. Perlahan Sahla mengikuti Satya lantas duduk di depan cowok itu.
Pikiran Sahla mengarah pada perkataan Aarav yang mengatakan kalau Satya tipe cowok mata duitan. Tapi melihat sikap Satya barusan membuat Sahla mengubah pandangannya terhadap Satya. Sepertinya Aarav berbohong.
"Kenapa diam aja? Makan nanti keburu cair." Titah Satya.
Sahla mengambil cup ice cream miliknya. Makan yang manis dan dingin ditengah cuaca yang panas memang akan sangat nikmat.
Netra Satya tak berhenti lepas dari Sahla yang begitu lahap memakan ice creamnya. Senyum tipis terukir di bibir Satya.
"Lo suka matcha?" Tanya Satya.
"Suka banget. Cobain deh ini enak." Jawab Sahla sembari menggeserkan ice cream miliknya agar lebih dekat dengan Satya.
Satya hanya bisa menurut, dia mengambil secuil ice cream berwarna hijau itu, tentu menggunakan sendok ice cream miliknya. Lantas memasukkan kedalam mulutnya.
"Gimana enak kan?" Tanya Sahla.
"Sedikit." Jawab Satya.
Sahla mengerucutkan bibirnya. "Padahal ini enak tahu. Kenapa orang-orang bisa gak suka matcha sih? Apalagi orang yang bilang kalau matcha rasa rumput, berarti orang itu pernah makan rumput. Aneh banget kan?"
"Kembali lagi ke selera masing-masing, La. Apa yang kita bilang enak belum tentu buat orang lain itu enak, begitupun sebaliknya. Kita gak bisa memaksakan orang lain untuk menyukai hal yang sama seperti apa yang kita suka."
Sahla mengulum bibirnya merasa malu karena telah berkata demikian. "Gue cuma kesel aja sih, meskipun gak suka harusnya gak perlu bilang rasanya sama kayak rumput."
"Gue setuju sama lo. Kalau kita gak suka sama sesuatu hal yang orang lain suka, gak perlu sampe menjelekkan." Balas Satya.
"Lo bijak banget pantes temen gue suka."
"Maksud? Suka?"
"Temen gue tuh fans garis keras band lo, terus dia bilang bias dia di band 0X1 itu lo."
Satya menyunggingkan senyumnya. "Lo sendiri gimana?"
"Belum ada, waktu itu gue gak nonton penampilan tiap band fakultas soalnya gak terlalu tertarik. Tapi buat festival nanti gue pasti nonton."
"Gue harap penampilan gue nanti bisa menarik perhatian lo."
Kini Sahla mengarahkan pandangannya pada Satya. Seketika Sahla terperangah saat melihat cowok itu tengah tersenyum, sangat tampan.
Satya itu memiliki tipe wajah yang innocent, lesung pipi yang akan terlihat jelas saat cowok itu tersenyum dan garis rahang yang tegas. Sahla yakin siapa saja yang pertama kali melihat Satya pasti akan jatuh hati. Pantas saja Tania menjadikan Satya idolanya.
Dan kini... Apa Sahla akan merasakan itu juga? Jatuh hati saat melihat Satya?
"Hey, kenapa diam?" Tanya Satya.
Sahla sedikit tersentak. "S-sorry, gue kepikiran sesuatu. Tadi lo ngomong apa?"
"Enggak, untung lo gak dengar."
"Kenapa bukan lo yang jadi ketua? Menurut gue lo lebih pantes yang jadi ketuanya deh." Ujar Sahla.
"Gue gak mau. Band ini terbentuk karena Aarav, jadi gue sama yang lain sepakat kalau Aarav lebih pantas jadi ketua."
Sahla mengangguk paham. Setelahnya, mereka kembali larut dalam obrolan yang tak berkesudahan. Hanya dalam hitungan menit mereka sudah nyaman untuk bercerita satu sama lain.
-Roommate With Benefits-
Jangan lupa untuk vote dan comment yaa
Terimakasih🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Roommate With Benefits
Ficção Adolescente⚠︎18+ // mention of kissing!!! "Let's start our kiss contract." Sahla Imelda mengira bahwa pertemuannya dengan cowok yang tak sengaja dia cium akan menjadi pertemuan pertama dan terakhir. Namun apa boleh buat, takdir berkata lain. Sahla dipertemukan...