Bagian: Empat Puluh Tujuh

78.4K 4.3K 222
                                    

600 vote dan 150 komen untuk next part~

Terdapat kata-kata kasar. Please, be wise!

Happy Reading!

~~~

     Jam menunjukkan pukul 7 malam. Terlihat Sahla yang sedang mengerjakan tugasnya di Ruang Tengah, ditemani oleh Aarav yang fokus memainkan ponselnya.

Sahla sudah tidak merasakan kram lagi diperutnya dan dia bisa kembali mengendalikan emosinya. Hal itu tentu saja membuat Aarav senang karena pasalnya cowok itu tidak akan kena semprot cercaan dari Sahla lagi.

"La, lapar gak?" Tanya Aarav.

Sahla menoleh sebentar pada Aarav lantas pandangannya kembali fokus pada layar laptopnya.

"Enggak sih, lo lapar?"

"Hm, baru ingat hari ini belum makan nasi." Jawab Aarav.

"Yaudah, tinggal makan." Timpal Sahla kelewat santai.

"Gue mau bikin nasi goreng kalau gitu." Seru Aarav.

Aarav lantas beranjak dari duduknya sembari memasukkan ponsel ke dalam saku celana. Cowok itu berjalan santai menuju Dapur untuk memuaskan cacing-cacing di perutnya yang sedari tadi sudah berontak minta diisi.

Ting Tong!

Langkahnya belum sampai di Dapur, Aarav mendengar seseorang di luar memencet bel. Dahi cowok itu mengernyit bingung karena tidak biasanya ada tamu jam segini. Jika itu Ibun, pasti Ibun akan langsung masuk dan tidak akan membunyikan bel. Dan tidak mungkin juga teman Aarav, biasanya mereka akan memberi pesan dulu pada Aarav sebelum berkunjung ke Apartemennya.

Karena penasaran siapa yang membunyikan bel, perlahan Aarav berbalik melangkahkan kakinya menuju pintu. Cowok itu membuka pintu dan tampaklah seorang gadis tengah tersenyum ke arahnya.

"Aarav."

Cewek itu lagi. Dan seketika amarah Aarav memuncak, demi apapun ingin sekali Aarav membuat gadis itu pergi jauh dari pandangannya.

Tanpa malu Aruna masuk ke dalam Apartemen Aarav lalu berdiri tepat di hadapan cowok itu.

"Aku gak akan nyerah sampai kamu maafin aku." Ujar Aruna.

Aarav menghela napas pelan guna mengontrol dirinya untuk tidak melampiaskan amarahnya saat itu juga. Dengan tangan yang terkepal Aarav menatap nyalang Aruna yang berdiri tak jauh darinya.

"Dari siapa lo tahu Apartemen gue?"

Aruna mengembangkan senyumnya. "Dari Haikal, dia baik banget ngasih tahu aku letak Apartemen kamu."

Aarav semakin mengepalkan tangannya karena kesal. Haikal sialan! Lihat saja apa yang akan Aarav lakukan pada cowok itu.

"Pergi! Pergi sebelum gue berbuat kasar sama lo." Geram Aarav.

"Gak mau, Rav. Maafin ak-"

"Siapa, Rav?" Tanya Sahla. Gadis itu perlahan berjalan mendekati Aarav dan Aruna.

"Hai, kamu adiknya Aarav ya? Aarav pernah cerita kalau dia punya adik tapi aku gak pernah ketemu kamu." Aruna dengan mata yang berbinar menyapa Sahla.

Sahla hanya diam sembari memandang gadis itu tidak suka. Dari caranya berbicara saja sudah membuat Sahla jengkel.

"Dia pacar gue." Ujar Aarav.

Aruna menoleh pada Aarav dengan pandangan tak percaya. Gadis itu tertawa pelan dengan kepala yang menggeleng seolah tidak menerima apa yang Aarav ucapkan.

Roommate With BenefitsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang