Chapter 3

2.3K 552 557
                                    

⚠️TYPOS⚠️


Setelah menghitung perkiraan pengeluaran dan sisa tabungan yang ada di dalam akun bank nya, Bianca benar-benar harus mengubah gaya hidup dan berhemat.

Dia baru saja membayar kurir ekspedisi yang mengantarkan barang-barangnya dari apartemen. Karena jarak tempuh yang sangat jauh, Bianca harus membayar ongkos kirim yang lumayan mahal.

Untuk itu, Bianca sudah bertekad akan berhemat, ia juga memikirkan cara untuk mencari uang dan bertahan hidup.

Bahkan Bianca tidak menyewa tukang untuk membersihkan halaman depan rumah nenek.

Dengan dandanan heboh yang dipikirnya adalah outfit yang paling cocok untuk bekerja membersihkan semak belukar, pagi yang cerah itu, Bianca melangkah riang dari balai desa tempat tinggalnya sementara menuju rumah nenek.

Bianca akan membersihkan rumah itu sendiri.

"Selamat pagi Teteh..."

Bianca bertemu Asep di tengah-tengah jalan.

"Mau ke mana Teteh bawa parang sama cangkul? Wah mau berkebun ya?"

Bianca memangku tangan. "Nama lo Asep kan?"

"Betul! Ada yang bisa Asep bantu teh?"

"Saya denger dari pak RT, kalau aliran listrik dan air di rumah Nenek itu awalnya disambung dari rumah Richard ya?"

"Iya betul."

Duh, bakal susah ni...

Sementara Bianca perlu biaya yang tidak sedikit untuk memasang jalur listrik baru.

"Oh, Teteh mau bersihin rumah ya? Kenapa enggak manggil tukang aja?"

Bianca berdeham, tidak mungkin mengatakan bahwa ia sedang berhemat karena jatuh miskin bukan?

Itu sangat memalukan.

"Gue bisa kerjain sendiri. Lagian kalau nyuruh orang nanti engga sesuai kerjanya!"

Asep mengangguk-anggukan kepala. "Teteh udah sarapan belum? Mau ikut sama Asep enggak? Kebetulan tiap pagi warga yang mau bertani suka sarapan bareng."

Wah, sarapan gratis ni! Yakali enggak?

"Sebenernya gue lagi diet, tapi kalau lo maksa, gue bisa apa?"

"Nah iya betul! Ayo naik aja teh."

Bianca susah payah naik ke atas bak sepeda motor itu dan mulai merasakan keseruan saat udara dingin pagi yang sejuk tanpa polusi, menyapu wajahnya dan rambutnya hingga berterbangan.

Cantik. Sampai-sampai membuat petugas pos yang biasa mengantarkan paket dari kota terjerambab ke sawah. Karena Bianca.

"Kalau Asep boleh tau, kenapa Teteh pindah ke kampung? Padahal ya Asep pengen banget tinggal di kota."

"Di kota udah enggak enak sep. Jangan mau lah." Bianca mengatakan demikian karena terpana dengan pemandangan sawah dan perkebunan buah sejauh mata memandang.

After BadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang