Chapter 16

3.1K 458 306
                                    

⚠️TYPOS⚠️


Atas keinginan Bianca, Richard setuju bahwa untuk sementara waktu mereka akan berpura-pura satu sama lain di depan warga agar hubungan mereka tidak terendus.

Pagi-pagi sekali Richard mengantar Bianca pulang ke rumah, setelah berciuman cukup intim di balik pintu, Richard dengan berat hati pergi lebih dulu menuju balai desa.

Lengkap dengan pakaian bertani sehari-hari, dia menjadi yang lebih dulu datang dibanding ibu-ibu yang biasanya menyiapkan sarapan untuk yang lain.

"Tumben Aa udah dateng? Eh seharian kemarin ke mana kok enggak keliatan?"

Richard menyeruput kopinya sebelum menjawab, "kemarin saya seharian meriang, bu..."

"Oh gitu? Udah dikerok? Masuk angin itu a."

Richard mengangguk, tapi bercak merah di sekujur tubuhnya saat ini bukan bekas kerokan, melainkan ulah nakal Bianca.

Richard refleks melirik jalan, di saat para petani yang lain sudah berkumpul dan menyantap, Bianca masih belhm terlihat batang hidungnya.

Bianca sebelumnya sudah bertekad akan bertingkah seperti gadis miskin kelaparan lagi seperti sebelumnya, hal itu membuat Richard menggeleng-gelengkan kepala karena dedikasi Bianca agar tidak ketahuan warga.

"Selamat pagi buibu pabapak!"

Suara riang dan menyenangkan itu membuat Richard bereaksi, melihat Bianca datang memakai pakaian bertani yang manis. Pria itu refleks menggeser posisi duduk tanpa mengundang curiga para warga.

"Hari ini Bian kerja di kebun mangga Aa, mohon kerja samanya ya!!!"

"Nah gitu dong neng, mau kerja. Hidup di mana pun itu susah uang, harus mau cape." Petuah si ibu-ibu.

"Iya—hhh, eh iya maksudnya..." Bianca meringis kecil lalu menahan erangan saat tangan Richard bermain nakal di bawah meja.

Bianca menepuknyan pelan hingga dia berhenti dan kembali menyantap sarapan.

Sudut bibir Richard terangkat mendapati celana dalam Bianca basah hanya karena sedikit sentuhan.

Bianca berulang kali melirik Richard hanya untuk mengagumi sandiwaranya di depan warga, wajah datar tidak pedulinya berbanding terbalik dengan tangannya yang kini kembali terselip pada celana dalam yang Bianca pakai.

"Biar saya yang cuci piringnya, bapak-bapak sama ibu-ibu duluan aja..." tukas Richard.

Setelah Richard memaksa, ibu-ibu pasrah.

"Eh neng Bianca bantuin Aa, harusnya kamu yang cuci piring, Aa itu udah bayarin makan kita semua tau!"

Bianca mencebi meskipun dalam hati berseru riang. "Ya udah iya!"

Setelah warga berlalu tanpa tersisa, Richard menarik Bianca ke dalam bilik toilet balai desa, mereka punya cukup waktu untuk menuntaskan satu ronde sebelum menyusul yang lain ke kebun.

~oOo~

"Kok mereka enggak malu ya ngakuin hamil di luar nikah kayak gitu."

After BadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang