Chapter 11

3.3K 606 1.5K
                                    

⚠️TYPOS⚠️


"Sep?"

"Iya halo? Suara Aa kurang jelas, sinyalnya jelek. Asep lagi di hutan ambil madu."

"Balik jam berapa? Saya udah transfer uang ke rekening kamu, nanti beliin Teteh makan malem."

"Teteh?"

"Bianca. Saya lagi di kota, ada urusan."

"Sebentar... Aa nyuruh Asep beliin makan malem buat Teteh?"

"Iya, saya punya hutang ke dia." Richard memang tidak pernah segamblang itu kepada orang-orang, sekali pun itu Asep.

"Pasti kalian berantem dan taruhan lagi?"

Richard tidak menyahut, matanya sejak tadi mengintai pasangan yang tengah menghabiskan kopi panas mereka di dalam kafe, di tengah-tengah hujan deras.

Richard menatap mereka dari dalam mobil.

"Ya udah nanti Asep beliin."

"Hindari makanan pedes." Karena seingat Richard, kemarin malam Bianca mengeluh sakit perut.

Setelah menutup sambungan telfon, di saat bersamaan pasangan yang sejak tadi bercengkrama diselingi tawa keluar buru-buru dari kafe dan meninggalkan tempat itu.

Richard melirik galak pada lampu lalu lintas dan untungnya dia tidak terlambat membuntuti mereka.

Dia pria yang nyaris tidak pernah merepotkan diri dengan hal-hal semacam itu, tapi keputusannya kali ini dilandasi obsesi kuat tentang keinginannya yang melenceng dari tujuan awal.

Atau memang sejak awal obsesinya tertuju pada hal itu.

Pada Bianca seorang.

"Hallo?" Aruna menjawab panggilan Richard di dering ketiga.

"Kamu di mana?"

"Aku? Di rumah sakit, kebetulan lagi jaga IGD, jadi lumayan sibuk. Kenapa? Kamu ke kota?"

"Aku lagi di kota."

Seperti yang Richard duga, Aruna terdiam selama beberapa saat.

"Tadinya mau mampir sebentar, sandwich yang kamu pengenin minggu lalu, aku udah beli. Tapi kalau kamu sibuk, aku titip di resepsionis aja ya?"

"O-oh... iya, maaf banget yang aku lagi sibuk banget, gimana kalau kamu nunggu di apart dulu, nginep kan? Aku juga kangen pengen ketemu."

"Aku enggak nginep, padi belum kelar panen semua."

"Yaahh... emangnya enggak kangen?"

Richard menatap Aruna dari kejauhan, itu bukan IGD, melainkan pelataran luas sebuah apartemen.

"Aruna."

"Iya?"

Kalimat Richard tertahan ketika di saat yang sama melihat kedua orang tua Aruna datang, menghampiri mereka dengan senyum lebar.

"Kapan aku bisa ketemu orang tua kamu?"

"Hum?"

Mereka semua terdiam di tempat, reaksi Aruna terhadap pertanyaan Richard membuat mereka kompak bersandiwara.

"Kamu bilang mau serius? Aku udah pikirin sejak kemarin."

"Aku... aku telfon Papa Mama dulu, mereka pasti seneng."

"Kamu?"

"Ya?"

"Kamu seneng?"

"Iya dong! Makasih sayang, besok atau lusa kita kumpul ya? Aku denger-denger hari ini Papa sama Mama lagi di luar kota."

After BadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang