Chapter 14

3.7K 483 316
                                    

⚠️TYPOS⚠️


Pakaian mereka akhirnya berserakan di lantai.

Lutut Bianca bergetar hebat, bahkan nyaris luruh jika Richard tidak lebih dulu menahan perutnya, setelah memberi wanita itu puncak hebat dalam keadaan bertumpu.

Permainan intim mereka begitu intens hingga Bianca tidak bisa bereaksi banyak selain menumpahkan rasa lelahnya di ceruk leher Richard yang dia peluk erat.

Bianca tidak mengatakan apapun di sana, tapi sedikit protes saat Richard hendak memulainya lagi.

"Oke..." Richard mengontrol diri dan mengalah.

Keduanya kini berbaring di ranjang sambil menatap langit-langit kamar.

Richard bangkit kembali setelah mendengar ponselnya berdering. Dia berdiri menghadap jendela dan mengangkat telfon dari pengacaranya.

"Ya?"

Bianca melihatnya tampak serius hingga menciptakan satu tanya.

Dengan siapa Richard mengobrol?

"Baik."

Obrolan itu singkat, Bianca tidak punya petunjuk pasti dan cukup penasaran, tidak pernah melihat Richard tenggelam dalam  wajah yang begitu serius.

Pria itu menutup telfon lalu kembali ke ranjang dan mengecup dahi Bianca, setelahnya dia berbaring dan memejamkan mata.

Richard tidak seperti biasanya, dia terlihat lesu dan tidak bersemangat.

"Ke sini..."

Richard membagi lengan agar Bianca masuk ke dalam dekapnya.

Tapi si cantik sedang begitu tidak menyukai pria itu karena sikapnya yang keterlaluan.

Alasan untuk kemarahannya pada pria itu sangat masuk akal, Bianca dikurung dan seolah dijadikan pemuas nafsunya.

"Aa sayang kamu."

"Tiba-tiba?"

"Enggak, dari dulu."

"Enggak waras."

"Hn. Gara-gara kamu."

Bianca ingin sekali meninju wajah yang bereaksi seolah perbuatannya tidak memberi efek apapun.

Selain terlihat lesu, Richard juga tampaknya cukup sibuk, terbukti saat ponselnya kembali berdering dan itu panggilan kedua.

Rambut Bianca diusak sebelum Richard bangkit lagi dan kali ini mengangkat telfon interlokal.

Bianca sedikit terperangah saat Richard membuka mulut dan berceloteh dengan bahasa asing.

Bianca tidak yakin, tapi terdengar seperti bahasa Belanda.

Richard berbalik, sambungan telfon masih berlangsung saat dia menatap Bianca dan memastikan wanita itu tidak mengerti apa yang dia bicarakan.

"Bunuh..?" Bianca mengerti satu kata yang Richard lontarkan, tidak sia-sia sok akrab dengan klien asal Belanda saat bekerja di perusahaannya dulu.

After BadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang