⚠️TYPOS⚠️
•
•
•Setelah kelopak matanya terpejam cukup lama, Bianca akhirnya pulih dari alam bawah sadar.
Dia mengerjap lemah dan mendapati dirinya masih di ranjang yang sama.
Entah sejak kapan sprei dan pakaiannya diganti.
Dia sempat meringis karena pergelangan tangannya yang ngilu, borgol yang semalam membelenggu telah lenyap, meninggalkan bekas kecil yang tidak seberapa.
Satu tanya yang kini memutari otak tentu tentang Richard.
Itu pukul tujuh pagi saat dia melirik jam dinding, kemudian terakhir menancapkan atensi pada sarapan yang tersaji di atas meja.
Ponselnya berdering, timing yang akurat.
Bianca menyeret tubuhnya ke samping dan terheran-heran karena itu ponsel baru.
Bukan ponselnya.
"Udah bangun?" Suara berat Richard terdengar normal di seberang sana, tidak seperti semalam.
"Ini hp siapa? Di mana hpku?"
"Itu hp mu. Mulai sekarang."
Bianca memijit dahinya yang pening.
"Jangan lupa sarapan."
"Kamu di mana?"
"Di belakang kamu."
Bianca refleks memutar tubuh dan tercekat melihat Richard di seberang kamar, jendela itu cukup besar untuk melihat ke arah luar, itu adalah samping halaman rumah, Bianca baru tahu ada fasilitas gym di sana.
Richard terlihat menjeda dirinya yang kini berkeringat hebat di atas treadmil.
Dia turun lalu melangkah ke arah jendela kamar.
Tralis besi menjadi penghalang keduanya.
Bianca sempat bertanya-tanya apakah pria itu baik-baik saja?
Mengingat Richard begitu kacau semalam.
Tatap mereka masih lekat dan keduanya sama-sama bungkam selama beberapa saat.
"Kamu kemanain hp ku?"
"Saya buang."
Bianca menahan dirinya yang nyaris tercengang hebat. "Kenapa?"
"Kamu enggak perlu itu. Ah, saya udah kasih konfirmasi ke pria itu, kalau kamu batal pergi."
Bianca melirik pintu, mencoba menebak bahwa bahkan Richard menguncinya di sana.
Dan benar saja ketika melihat pria iu memamerkan kunci kamar di tangannya.
"Aa sadar? Yang kamu lakuin sekarang ini—"
"Demi kamu. Demi kita."
Bianca menggeleng kecil. "Bagian mananya yang kamu pikir ini semua demi aku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
After Bad
RomanceSetelah menjadi korban dan dilimpahkan tanggung jawab atas kesalahan yang tidak dilakukannya, Bianca dipecat secara tidak hormat. Dedikasinya selama bertahun-tahun di perusahaan yang selama ini dia yakini sebagai rumah kedua itu tercoreng, Bianca di...