41

1.7K 318 108
                                    

Sinar matahari menyinari wajah Jisoo yang terlelap. Kerutan muncul di dahinya saat tidurnya terganggu oleh sinar itu. Matanya mengerjap pelan sebelum erangan pelan muncul di bibir hatinya yang terlihat pucat.

Setelah rasa mencekik yang dialami nya selepas kepergian Jennie. Jisoo tidak ada tenaga sama sekali hanya untuk beranjak dari tempat nya. Jisoo tertidur atau lebih tepatnya pingsan di padang rumput dekat danau karena rasa sakit yang dia alami.

Gigitan serangga serta nyamuk tidak Jisoo pedulikan sama sekali. Bahkan tidak akan ada orang yang datang menemukan nya meski waktu sudah hampir siang hari. Pasalnya, Bodyguard yang dikirim kakek nya menghalangi siapapun untuk mendekat pada Jisoo.

Para bodyguard, yang menjadi saksi bisu di setiap pertengkaran yang terjadi antara Jennie dengan Jisoo. Mereka adalah saksi yang tidak bisa bertindak apapun. Mereka hanya disuruh mengawasi tanpa diperbolehkan campur tangan. Meski Nona muda mereka meraung kesakitan, Meski Jennie memelas dengan air mata. Mereka hanya bisa menatap dalam diam setiap momen yang terjadi.

Dan ketika Nona muda mereka terlihat perlahan terbangun dari tidurnya di ruang terbuka. Mereka hanya bisa diam dengan hati yang tercubit, karena sekali lagi, Nona muda mereka mulai berbicara sendiri, lagi.

Jisoo mulai membiasakan cahaya yang masuk ke matanya. Badan nya terasa kaku dan rasa gatal memenuhi tubuh Jisoo. Tiba-tiba sebuah bayangan jatuh di wajah Jisoo. Wajah ceria dan pipi gembul muncul di atasnya menutupi sinar matahari dari Jisoo.

"Selamat pagi, chu!" Ucap Nini dengan gembira.

Jisoo berkedip, suaranya terdengar lebih serak dari biasanya. "Kukira kamu ninggalin aku"

Nini terkekeh kecil. Dia dengan lucunya bergerak dan berakhir tidur tengkurap diatas tubuh Jisoo sambil membelai pipi Jisoo.

"Gimana bisa aku ninggalin kamu yang kayak gini, Jichu?" Nini berbicara dengan lembut. "Aku gak bisa ninggalin kamu, gak bisa, sebelum kamu sendiri yang lepasin aku"

Jisoo tersenyum miris. Ya.. Nini nya benar. Dia tidak bisa pergi karena pada dasarnya, Nini memang imajinasinya sendiri.

"Jichu... " Nini memanggil pelan. "Berhenti menyakiti dirimu sendiri. Jennie tidak bersalah, Kamu juga nggak" Nini menatap Jisoo dengan sendu saat dia duduk diatas perut nya. "Kamu takut pada hal yang tidak nyata Jichu. Buktinya setelah ingat, Jennie tetap tidak membencimu---"

"Dia membenciku Nini" Jisoo berbicara dengan serak. "Dia hanya menerimaku kembali karena bayi kami. Andai tidak ada bayi, dia pasti lebih benci aku karena membohonginya selama ini"

Jisoo menutupi wajahnya dengan lengan saat air mata kembali mengalir dimatanya.

"Ini semua salahku, Nini. Harusnya dari awal kita tidak boleh berhubungan. Harusnya aku tidak pernah mengajakmu pacaran waktu itu. Harusnya aku tidak berpura-pura diculik." Suaranya terdengar gemetar saat dia kembali bermonolog. "Ini semua salahku, karena keegoisan ku semuanya hancur. A-Aku... "

"Ya.. Ini memang salahmu" Lengan diwajah Jisoo perlahan di singkirkan. Mata Jisoo bertemu dengan Nini remaja, yang menatap nya dengan hangat. "Tapi, apa pantas kamu menanggung semuanya sendirian? Apa perlu menghukum dirimu sendiri seumur hidupmu, Jichu?"

"Ya.. Aku---"

"Tidak, kamu tidak, Jichu" Nini menggeleng pelan saat dia membungkuk untuk mengecup bibir Jisoo singkat. "Lihat orang-orang disikitarmu. Lihat seberapa khawatir nya mereka sejak kamu mulai menghukum dirimu sendiri. Kita berdua tau, Jichu. Kamu tau, kalau orang-orang lebih senang kamu berhenti menyalahkan dirimu sendiri."

My Weird Hubby (Jensoo G!P) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang