14

1.6K 326 66
                                    

Jisoo berjalan gontai saat meninggalkan klub. Bahkan saat melewati pintu masuk. Jisoo harus jatuh tersungkur ke depan. Untung saja penjaga yang ada disana dengan sigap menahan tubuhnya.

"Nona, Hati-hati"

Melihat yang ditolong adalah orang yang masuk kesana belum lama ini, yang membuang sepedanya sendiri. Alis penjaga seketika mengerut. Tapi, Dia tidak banyak bicara karena mengira Jisoo limbung karena terlalu mabuk.

Jisoo dengan kasar menepis tangan penjaga itu. Dia kemudian berlari kearah sungai dan mulai memuntahkan seluru isi perutnya disana.

"Bos!" Suara Taehyung terdengar dan suara langkah kaki yang berlari terdengar di belakang Jisoo. "Bos? Kamu baik-baik saja? Apa kamu mabuk? Kamu perlu sesuatu?"

Jisoo mengelap bekas muntah nya ke lengan jaket nya. Dia kemudian berdiri dan melihat kearah Taehyung. Tanganya mulai bergerak untuk berbicara dengan bahasa isyarat kepadanya.

"Masuk dan naik ke lantai dua. Ada Lisa disana. Urus seseorang yang baru saja aku pukuli"

Taehyung terdiam. Jisoo baru saja bicara beberapa menit yang lalu. Dia kira Jisoo sudah berhasil sembuh. Tapi, saat tiba disini, Bos nya itu kembali bicara dengan bahasa isyarat.

"Bos, ada apa?" Taehyung bertanya dengan khawatir. Tapi, Jisoo dengan kasar mendorong tubuhnya menjauh dan menatap tajam kearahnya.

"Lakukan saja apa yang aku perintahkan!"

Jisoo kemudian berjalan pergi meninggalkan area klub itu. Sedangkan, Taehyung hanya bisa melihat nya pergi karena dia sendiri takut dengan Jisoo entah kenapa.

*

Entah berapa lama Jisoo berjalan. Namun, sinar keemasan dari timur menandakan pagi hari sudah tiba.

Jisoo tidak peduli dengan kakinya yang sakit akibat berjalan terlalu lama. Tidak, saat dadanya lebih sakit dari apapun. Bahkan bernapas saja rasanya sangat sulit untuk Jisoo.

Jisoo menopang tubuhnya pada tembok Ruko yang tutup. Dia mencengkram dadanya dengan kuat saat air mata mulai mengalir di matanya.

Perkataan jahatnya pada Jennie terus berulang di kepalanya, memori tentang kedua orang tuanya menghantui pikiran dan hatinya. Jisoo kemudian jatuh berlutut diatas trotoar dan mulai menggerang penuh kesakitan saat memukuli dadanya sendiri.

Masih terlalu pagi dan Jisoo berada disekitaran area Ruko. Sangat jarang orang akan lewat disini. Jadi, Tidak ada yang tau saat Jisoo menjerit kesakitan tanpa suara disana.

Jisoo tidak tahan. Matanya mulai memerah dengan air mata yang mengalir. Darah kembali keluar dari bibirnya yang sobek karena dia mengigit nya dengan kuat, berharap rasa sakit di dadanya tergantikan dengan itu.

Jisoo berusaha berdiri, kaki gemetar saat napas berhembus dengan susah darinya. Jisoo dengan susah payah kembali berjalan menuju tempat yang bisa membuat rasa sakit nya itu hilang.

Ke Psikiater nya.

Satu jam dengan berjalan kaki. Satu jam dengan siksaan rasa sakit. Jisoo akhirnya tiba di tempat tinggal Psikiternya. Itu adalah sebuah rumah di komplek perumahan biasa. Rumah gaya minimalis satu lantai yang setengah bangunan nya dijadikan klinik.

Jisoo berdiri didepan pagar hitam yang menjulang tinggi. Masih setengah tujuh pagi dan tentu saja tidak ada klinik psikiatri yang buka pada jam segitu.

Jisoo memencet bel yang ada disana dengan gila. Tidak ada jeda, sungguh sangat menganggu orang yang berada di dalamnya.

Seorang pembantu keluar dan berjalan dengan tergesa-gesa kearahnya. Dia sedikit khawatir saat melihat tampilan Jisoo yang menyedihkan.

My Weird Hubby (Jensoo G!P) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang