Pelajaran telah dimulai. Siswi tadi terus-menerus bertanya dan menjawab soal yang telah bu Rossa berikan. Siswa-siswi yang ada di kelas ini hanya bisa bertepuk tangan dan memuji siswi tadi.
Tidak terasa bel telah berbunyi. Menandakan datangnya waktu istirahat.
"Baiklah anak-anak, selamat menikmati waktu istirahat kalian. sampai bertemu lagi, minggu depan.." Ucap bu Rossa yang setelah itu pergi meninggalkan ruangan kelas.
Siswa-siswi bangkit dari tempat duduk mereka, untuk segera menuju ke kantin. Ada juga yang tetap tinggal di dalam kelas untuk menikmati bekal yang telah mereka bawa dari rumah.
Sedangkan aku, tetap di dalam kelas dan berdiam diri. Sebelum siswi tadi menghampiriku.
Dia berjalan ke arahku. Dengan senyumnya dia menyapaku.
"Hai..?"
Aku balik menyapanya.
"Oh! Hai juga.."
Dia pun mengusir siswi yang duduk dibangku yang ada tepat di depanku, padahal siswi itu sedang asik menikmati makanannya.
Hanya supaya ia bisa duduk di depanku dia dengan kasarnya mengusir siswi yang sedang menikmati makanannya.
"Pergi lo." Perintahnya dengan kasar.
Siswi yang duduk didepanku tadi hanya bisa patuh menurutinya dengan anggukan. Dan berjalan meninggalkan kami.
Setelah puas mendapatkan apa yang dia mau, dia segera membalikkan kursinya ke arahku.
"Namaku Celine, salam kenal ya Artea!" Ucapnya sambil mengulurkan tangan.
Celine, huh? Seperti yang di harapkan dari seseorang yang memegang kendali kelas ini.
Haruskah aku bersikap baik padanya?
Aku menjabat tangan Celine. "Salam kenal juga ya, Celine.."
Mata Celine sedikit terbuka lebar. Namun dia segera mengatur ulang kembali ekspresinya.
Dia lalu melepaskan jabat tangan kami. "Tadi aku dengar bahwa kamu berasal dari keluarga Levans, ya..?"
Oh~ jadi dia ingin bertanya tentang itu ya.. terlihat jelas sekali tujuannya.
"Benar."
Celine lalu memegang tanganku kembali. "Hebat! Aku juga berasal dari keluarga ternama, jadi bagaimana kalau kita berteman?" Ajaknya, antusias.
"Boleh-boleh saja." Ucapku singkat.
"Kalau begitu, boleh kah aku main ke rumahmu?~" Tanya Celine.
Padahal kami baru saja kenal, dia sudah berani saja ingin main ke rumahku.
Dasar dia ini, gak tau adab atau apa?
"I-itu, sepertinya agak sulit."
Karena ada ibuku yang sedang sakit di rumah. Bisa-bisa rahasiaku sebagai anak yang diadopsi akan terbongkar lebih cepat. Aku masih memerlukan nama keluarga Levans sebagai tamengku.
Jadi, maaf ya Celine..~
Wajah Celine terlihat kecewa. Senyum yang dia pasang seketika luntur, seolah semuanya hanya kebohongan. Tanganku yang digenggam seketika dia lepaskan.
Celine berpikir sejenak. Dia lalu mengeluarkan sebuah handphone dari dalam sakunya.
Handphone yang dia pegang adalah handphone keluaran terbaru, iPhone 14 Pro Max. Memang ya, seperti yang diharapkan dari seorang putri keluarga ternama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alana Telah Tiada!
Teen FictionAlana dan Artea telah bersahabat sejak mereka masih kecil. Namun, tiba-tiba saja datang sebuah berita yang sangat mengemparkan. Berita yang langsung berhasil membuat Artea terkejut setengah mati. Dalam berita itu, dinyatakan bahwa Alana telah melaku...