9. Kesepakatan

74 8 0
                                    

Mata Axelio terbuka lebar.
Atau harus aku panggil dia Alexio?

Pasti ia tak akan menyangka, kalau aku bisa mengetahui identitas penyamarannya.

Orang yang harusnya mati itu, malah hidup lagi, bukankah itu sama saja, menyeramkan?

Matanya yang terbuka lebar segera kembali datar. Bibirnya pun mulai terangkat. "Hmm..~ bisa gawat kalau ada seseorang yang tau soal rahasiaku ini..~ biasanya aku akan langsung menyingkirkan mereka begitu saja, toh dari pada rahasiaku terbongkar dan kehidupanku yang damai ini juga akan terancam, lebih baik menyingkirkan mereka yang menghalangiku. Itu lebih meyakinkan. Jadi, aku harus bagaimana nona?.."

Tatapannya padaku yang semula tersenyum ramah, kini berubah menjadi tajam dan dingin.

Sebenarnya, kami berdua cukup mirip.

Aku dan dia sama. Dia yang juga harus memainkan peran sebagai orang lain hanya untuk bertahan hidup. Sama sepertiku yang harus menggantikan Vlora. Hanya untuk bertahan hidup.

Aku menghela napas panjang.

Menghadapi orang ini memang butuh kesabaran extra. Karena terlalu pintar, dia sampai lupa menggunakan otaknya sendiri saat berbicara dengan orang lain.

"Jadi, mau coba menyingkirkanku nih ceritanya..? Coba saja.." Tantangku dengan santainya.

Mungkin dia akan menyingkirkanku dengan mudahnya kapan saja jika dia mau. Bahkan sangat mudah baginya untuk menyingkirkanku. Karena aku ini bukan apa-apa baginya.

Menakutkan.

Dia bahkan tidak pernah bermain-main dengan apa yang telah dia ucapkan. Sudah banyak orang yang dia singkirkan tanpa harus mengotori tangannya sendiri dengan banyak nyawa yang akan melayang nantinya.

Dia hanya perlu membuat orang itu pergi dari hidupnya dengan sendirinya, membuat kehidupan orang itu sengsara dan tersika, bahkan membuat orang itu bungkam dan tak akan bisa bicara lagi soal rahasianya itu, banyak sekali metode yang telah dia gunakan untuk menghancurkan hidup seseorang tanpa harus mengambil nyawanya.

Yah, tapi itu juga akan membuat orang lain berpikir lebih baik mati dari pada hidup menderita dan sengsara, yang sama seperti di neraka itu.

"Sayang sekali nona~ tapi aku harus tetap menyingkirkanmu.."

"Berhentilah bercanda Alexio. Lo buang-buang waktu gue tau gak." Ujarku.

"Pftt... Lo juga, berhenti manggil gue dengan nama sialan itu, atau mau gue panggil lo 'Artea Levans' biar adil?"

"Terserah."

"Haha.. Oke, kita berhenti. Jadi, gimana lo bisa tau kalau gue Alexio? Gue jadi penasaran." Tanyanya penasaran.

"Rahasia. Dari pada itu, gue penasaran.. gimana hidup lo setelah buang nama lo sendiri, Alexio."

Brak!!!

Setelah menggebrak meja, tangannya sudah melingkar di leherku. "Sialan lo, jadi, lo mau gue beneran singkirin sekarang?"

Akhirnya muncul juga sifat aslinya.
Dasar orang gila.
Dia mau mencekik ku?
Dia sungguh-sungguh ingin membunuhku?

Benar-benar deh orang gila!

"Dasar gila! Lo perlu periksa deh ke rumah sakit jiwa sana! Lagian lo gak akan bisa bunuh gue! Udah lepasin!!" Teriakku yang kesakitan berusaha melepas tangannya dari leherku.

Kedua alis Axelio terangkat. "Oh? Kenapa gue jadi gak bisa bunuh lo? Emang apa alasannya??"

"Orang gila! Lepasin gue!! Gue bisa loo bocorin soal rahasia lo sekarang, tau?!!!"

Alana Telah Tiada! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang