26. Yang Lebih Cocok

26 7 0
                                    

Keesokan harinya..

Semua mata menatap tajam ke arahku. Tanpa peduli dengan semua pandangan tajam yang menatap ke arahku, aku tetap lurus meneruskan langkahku.

Banyak dari mereka yang mulai berbisik-bisik di setiap langkahku melewati mereka satu per satu.

"Wah! Lihatlah! Dia bahkan masih berani pergi ke sekolah dan menunjukkan mukanya!! Apa dia tidak punya rasa malu sama sekalii??!!"

"Dasar kejam! Bahkan tidak tahu diri!! Setelah semua yang terjadi, dia tetap bersikap biasa saja seolah tak terjadi apa-apa."

"Dasar! Dia itu memang IBLISS!!"

Setiap kata-kata yang keluar dari mulut mereka bahkan hanya masuk lewat telinga kananku setelah itu keluar begitu saja dari telinga kiriku. Aku tidak peduli sama sekali dengan apa yang mereka semua katakan. Semua itu hanya seperti angin lalu bagiku. Mereka yang bahkan tidak tau apa-apa, namun dengan mudahnya cepat sekali menyimpulkan. Memang ya, orang itu hanya bisa menyimpulkan tanpa menyelidiki kebenarannya terlebih dahulu.

Di setiap lorong yang ku lalui, selalu terdapat pemandangan yang sama. Terdapat sekumpulan siswa-siswi yang berbisik-bisik mengucapkan sumpah serapah kebencian mereka padaku dan menatap tajam serta sinis seolah aku ini adalah seorang penjahat yang benar-benar sangat jahat yang bahkan tak pantas menerima ampunan.

Yah, bodo amat.

Aku segera mempercepat langkahku menuju ke kelas. Di kelas, pemandangan masih sama saja dengan yang tadi. Tidak ada yang berubah sama sekali.

Ah, tidak! Ada satu yang berubah. Yaitu, Celine..

Tidak seperti biasanya. Di saat seperti ini dia seharusnya sudah mulai mengumpulkan anak-anak kelas untuk membentuk sebuah lingkaran dan menyudutkanku. Tapi apa ini? Dia bahkan hanya diam seribu bahasa.

Tidak hanya itu, kenapa dia malah duduk di dekat jendela bahkan, dia duduk di bangku yang ada tepat di depanku? Apa dia salah makan? Atau jangan-jangan, dia punya masalah yang cukup besar hingga membuatnya sedih sampai-sampai duduk menyudut dibangku pojok seperti itu?

Celine hanya menatap kosong ke arah jendela.

Lebih bagus kalau dia membullyku. Dari pada dia diam saja seperti ini! Tidak seperti dia yang biasanya! Kalau seperti ini, malah lebih menyeramkan..

Siswa-siswi di kelas terus membicarakan hal-hal tentangku.

Namun, aku tak sengaja mencuri dengar.. bahwa, Celine telah melepaskan mereka semua dan tidak lagi menjadi penguasa kelas ini lagi. Tidak hanya itu, Celine bahkan keluar dari grupnya Lusia.

Aku kemudian memanggil Celine, untuk memastikan kebenarannya. Namun, tak ada respon darinya. Sehingga, aku terpaksa menepuk pundaknya, yang membuat dia terkejut dan membuat dia seketika tersadar dari lamunannya. Celine kemudian memutar badannya ke arahku.

"Apa?" Tanya Celine datar.

"Kenapa lo tiba-tiba keluar dari Lusia grup?" Tanyaku balik pada Celine.

Celine diam sejenak. Selang beberapa detik dia angkat bicara. "Gak apa-apa, cuman pengen keluar aja." Jawabnya, menghindari kontak mata diantara kami. Seolah dia berbohong.

"Ya, ya.. ketahuan banget bohongnya. Pasti ada apa-apa kan?" Tanyaku kekeh, ingin memastikan lagi.

Celine mulai sedikit jengkel. "Kenapa sih lo mau tau banget urusan orang! Suka-suka gue dong mau ngapain, hidup-hidup gue, mau tau aja sih lo!"

Aku menghela napas, sabar menghadapi Celine. "Gue butuh info, lagi pula bentar lagi gue kan mau nerima hukuman. Siapa tau kan, gue bisa dapat info dari lo gitu.. ya, buat sedikit ngeringanin hukuman gue."

Alana Telah Tiada! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang