Hari penentuan hukuman telah tiba.
Ruang kepala sekolah telah di penuhi oleh orang-orang yang mengaku sebagai 'korban.' Bahkan beberapa orang tua dari mereka juga ikut turut hadir di sini. Tak terkecuali, Lusia dan Arven.Semua orang duduk di sofa masing-masing. Bu Zenia berada di tengah-tengah di antara mereka semua.
"Baiklah.., kita semua di sini akan membahas dan menentukan hukuman apa yang cocok untuk Artea. Artea memang telah ditetapkan sebagai pelaku bullying. Dengan bukti-bukti yang sudah ada sejauh ini.. namun tetap saja, saya ingin mendengar kesaksian dari korban dan juga pembelaan dari Artea sendiri. Jadi sebelum itu.. saya harap pembahasan kali ini akan berjalan dengan kondusif." Terang bu Zenia, memperingati semua yang ada di sini. Semuanya menyanggupinya.
Bu Zenia kemudian menyuruh Lusia memulai argumennya. Argumen yang sama, hanya berisi tentang drama-drama yang khas dengan Lusia. Yang terus menyalahkan aku sebagai pelakunya.
"Menurut saya, Artea sudah tentu pelaku bullying. Lihatlah bu Zenia, mereka semua yang menjadi korban kekejaman Artea! Mereka hanya anak-anak lemah yang selalu ditindas oleh orang-orang seperti Artea! Apalagi, Artea bahkan berasal dari keluarga ternama.. keluarga Levans yang pernah berada dipuncaknya, itu pasti menjadi salah satu faktor yang mendorong Artea sampai-sampai membully siswa-siswi yang lemah. Padahal semua hanya ingin menjalani kehidupan sekolah mereka secara damai. Saya meminta bu Zenia untuk segera mengeluarkan Artea dari sekolah ini! Semua ini untuk kebaikan semua orang. Saya juga sudah memiliki bukti-bukti yang cukup kuat."
Tidak cukup berargumen panjang lebar, ternyata Lusia juga menyiapkan beberapa bukti-bukti. Ia meletakkan bukti tersebut di atas meja. Menatanya agar semua orang melihatnya dengan jelas. Sejumlah foto yang sudah dicetak, yang membuatku yang melihatnya merasa sudah sangat deja vu.
Apa-apaan itu, dia bahkan menambah fotonya.
Dimulai dari foto aku yang mendorong Zevanya, foto saat aku menumpahkan coffee cup di atas kepala Irin, dan bahkan bukti yang tak ku sangka-sangka. Itu adalah sebuah foto saat aku bersekolah di sekolah lamaku. Sebuah kenangan lama yang sangat menyesakkan.
Tidak hanya membawa-bawa nama keluarga Levans, ternyata tidak disangka-sangka Lusia juga mengikut sertakan kenangan gelap lamaku. Kenangan yang ingin kuhapus.
Foto yang hampir mirip dengan foto yang sekarang namun dengan kepribadianku yang berbeda.Dia mungkin bisa membongkar semua rahasiaku, tapi dia salah jika berpikir aku akan marah hanya karena hal yang sepele seperti itu..
Yang dia lakukan sekarang hanya untuk memancing amarahku. Dengan begitu, semua ini akan cepat berakhir.Hal itu sudah berlalu sekarang. Itu hanyalah sebuah kenangan lama. Aku bahkan sudah melupakannya. Tidak, seiring dengan berjalannya waktu, aku dipaksa untuk melupakannya.
Bianka yang turut hadir dengan sejumlah luka yang diperban, mulai membantu Lusia. "Bu Zenia, h-hari itu.. saya bersaksi bahwa tiba-tiba saja Artea datang mencari Lusia dan marah-marah. Padahal kami semua yang ada di sana saat itu, menanyakan dengan baik-baik apa tujuannya mencari Lusia. Namun, yang terjadi malah.. seperti yang bu Zenia lihat hari itu.."
"B-benar itulah yang terjadi hari itu!!"
"Iya! Benar!"
"Kami bahkan sudah bersikap baik padanya, tapi dia tiba-tiba saja malah menyerang kami!"
Disambung dengan ucapan semuanya, membuatku tersudut.
Tidak cukup hanya dengan itu, para orang tua tiba-tiba saja juga mulai ikut angkat bicara.
"Saya tidak terima ini bu Zenia, anak saya yang tidak salah apa-apa.. tiba-tiba saja masuk ke rumah sakit dengan sejumlah luka memar. Padahal selama ini, dia adalah siswi yang baik-baik. Tapi, anak saya malah menerima perlakuan bullying seperti ini!! Saya tidak terima!! Mohon hukum anak bernama Artea ini, dialah yang membuat anak saya Bianka sampai kesakitan selama beberapa hari! Kalau perlu, saya meminta agar dia dikeluarkan dari sekolah ini. Jika bu Zenia tidak bertindak secara tegas, saya yang akan menyeret Artea sendiri ke kantor polisi karena dia telah menganiaya anak saya!!" Ucap ibu dari Bianka memulai pembicaraan dengan penuh amarah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alana Telah Tiada!
Teen FictionAlana dan Artea telah bersahabat sejak mereka masih kecil. Namun, tiba-tiba saja datang sebuah berita yang sangat mengemparkan. Berita yang langsung berhasil membuat Artea terkejut setengah mati. Dalam berita itu, dinyatakan bahwa Alana telah melaku...