12. Anak Mereka

64 8 0
                                    

"Nak, apakah kamu mau menjadi anak angkat kami berdua..?" Tanya sepasang suami istri padaku.

Mereka berdua dengan hangatnya mengulurkan tangan mereka padaku. Aku yang tak punya pilihan lain, terpaksa harus menerima uluran tangan mereka.

Menurutku, ini adalah cara yang terbaik, lagi pula dari pada mati kelaparan di sini, lebih baik aku mengikuti mereka.

Menjadi anak angkat mereka berdua adalah pilihan yang bagus untukku. Itulah yang ku yakini saat itu.

Aku tinggal bersama dengan mereka berdua, rumah mereka yang megah seperti istana membuatku sangat kagum. Mereka memberiku baju baru, makanan yang enak, mainan yang banyak, kamar yang mewah, dan hal yang sangat ku inginkan sejak lama. Yaitu, kasih sayang kedua orang tuaku.

Dengan menjadi anak angkat mereka saja, aku sudah sangat-sangattt... bahagia. Ku pikir mungkin inilah yang dirasakan oleh Alana setelah keluar dari panti asuhan itu. Menjadi anak angkat dari pasangan suami istri yang berasal dari keluarga kaya raya. Mungkin akhirnya, bisa saja aku memiliki peran yang telah lama ku impikan.

Aku sekarang merasa seperti menjadi Alana. Mungkin sekarang, aku ikut merasakan kebahagiaannya juga.

Namun, semua itu ternyata tak bertahan lama.

Aku melakukan semua hal yang terbaik untuk menjadi putri yang sempurna bagi mereka berdua. Aku mengurung diriku sendiri untuk belajar dan terus belajar. Agar mereka berdua, suatu saat nanti bisa mengakuiku sebagai putri 'asli' mereka. Agar mereka berdua tak akan kecewa karena telah memilihku.

Namun, semua itu sia-sia.

Mereka selalu memanggilku dengan nama Vlora, dan bukan Artea. Mereka juga memperkenalkanku sebagai Vlora, bukan sebagai Artea.

"Vlora, apakah kamu baik-baik saja?"

"Vlora, kamu adalah anak kebanggaan kami berdua!.."

"Vlora.."

"Vlora..."

"Vlora...."

Semakin lama, aku semakin menyadari, tidak ada yang melihatku sebagai Artea. Aku semakin muak, aku lelah, nama Vlora hanya menjadi belenggu tersediri untukku.

Hingga akhirnya Vlora yang telah lama menghilang, tiba-tiba saja kembali lagi. Putri asli mereka. Mereka yang telah lama dan setia menunggu kedatangan putri mereka yang telah lama hilang, hingga menempatkan orang sepertiku untuk menggantikannya agar Vlora mereka tetap dianggap hidup. Lalu apa yang akan terjadi padaku selanjutnya?

Setelah itu, aku pun tersingkir dan dibuang begitu saja. Seolah semua yang telah mereka berikan padaku, semuanya adalah palsu. Semuanya hanyalah angan-anganku, jika aku mengharapkan sebuah keluarga yang bahagia dan utuh. Itu semua terlalu berlebihan untukku.

Mengingat hal itu saja membuatku terlihat seperti orang yang menyedihkan. Sampai-sampai aku dengan menyedihkannya memohon kepada mereka..

"Kumohon.. tolong cintailah aku, tidak apa-apa.. meskipun semua itu hanyalah pura-pura."

Aku menggigit bibirku, semua kejadian itu hanyalah sebuah potongan ingatan dari memori masa lalu. Hal seperti itu adalah hal yang harus aku singkirkan. Mengingatnya hanya akan membuat diriku semakin menderita.

Aku maju beberapa langkah mendekat ke arah ibuku. "Sudah cukup anda memperlakukan saya layaknya seperti sampah. Mulai sekarang, saya tidak akan menuruti perintah anda lagi." Tatapku dingin.

Ibuku terlihat gemetaran. "K-ka-mu.. Vlora.. t-tidak m-ungkin..
me-mbentak..-"

Vlora? Aku bukan Vlora!

Alana Telah Tiada! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang