Panther bersayap ini terbang dengan sangat cepat. Aku bisa melihat sebuah bunga yang akan segera mekar di ujung tebing. Aku mulai menghitung mundur sembari menyiapkan artefak sihir khusus yang berfungsi untuk mengawetkan tumbuhan.
Tanganku terulur.
Tiga,
Dua,
Satu!
Bunga berwarna biru itu mekar dengan sangat indah. Cahaya birunya terpancar terang dan keharumannya membuatku terlena. Tapi itu tidak membuatku lupa untuk mencabutnya dari akar dan segera memasukkannya ke dalam artefak sihir.
Cahayanya padam saat aku menutup kotak giok di tanganku. Senyuman lebar muncul di wajahku, tentu saja aku sangat puas. Dengan ini, Myles akan selamat. Memang Myles tidak akan langsung sadar saat menggunakan bunga ini, tapi setidaknya harapannya untuk hidup sekarang bersinar dengan terang.
Aku mengarahkan panther hitam itu untuk turun. Dia kemudian membungkukkan tubuhnya untuk menurunkan aku dan Loye.
"Berubahlah."
Panther itu menyusut menjadi seekor kucing hitam. Aku meregangkan tubuhku, entah kenapa aku merasa sangat kelelahan. Mungkin karena sebelumnya aku terjatuh ke jurang yang sangat dalam, menggunakan sihir yang jelas-jelas di batasi, belum lagi aku diseret oleh dewa sialan itu... Aku merasa hari ini sangat sial.
"Tidak heran aku merasa tubuhku seperti akan hancur. Sialan."
Tapi aku pikir perjalanan ini sangat menguntungkan. Aku mendapatkan dua item ilahi, dua binatang suci, dan bahkan kekuatan ilahi. Aku tidak bisa terlalu mengeluh kan?
"Hanya saja, sial... Kenapa tubuhku sangat lelah, aku bahkan tidak sanggup menggerakkannya. Eh. Tidak, tunggu... Ku rasa aku melupakan sesuatu..."
Bukankah tubuh ini telah dikutuk? Sialan! Aku lupa tentang itu. Kutukan yang menguras fisik dan mental... Sial! Sial!
Tanpa sadar, aku mencengkram lengan Loye yang sedang memandang ke arah jalan dimana kita datang. Dia tampak terkejut dan dengan sigap mengulurkan tangannya untuk membantuku berdiri.
"Maaf Yang Mulia, saya... Saya merasa kurang sehat."
Entah apa yang ada di pikirannya, tapi dia tiba-tiba mengangkat ku dan bergerak menuju sebuah batu besar. Dia meletakkan tubuhku di atas salju dan membungkusku dengan jubahnya.
"Anda bisa kedinginan Yang Mulia."
"Saya sudah biasa kedinginan."
Oh, itu sedikit menyentuh hatiku. Ku pikir itu adalah salah satu kenangan buruk yang dia alami. Nah, ini bisa menjadi kesempatan untuk masuk ke dalam hatinya~
Aku mulai mengendurkan jubah yang menyelimuti tubuhku, menarik Loye untuk mendekat dan kembali membungkus kami berdua dalam satu jubah.
"Meskipun terbiasa... Itu bukan berarti anda akan baik-baik saja, Yang Mulia."
Aku sedikit menunduk dan menghela nafas dalam sebelum mengangkat kepalaku, menatapnya dan tersenyum pahit.
"Karena itu... Anda tidak boleh terbiasa dengan apapun yang membuat anda terluka."
Wah wah... Lihat wajah ini... Ekspresi bingung, terkejut, dan haru bercampur menjadi satu. Semuanya berpadu dengan harmonis di wajah tampannya itu... Benar-benar mahakarya dari dunia novel fantasy.
Aku merasa seolah dia akan runtuh dan menangis dengan keras. Tapi aku tau ini masih terlalu awal untuknya mencurahkan segala keluh kesahnya kepadaku. Bagaimanapun, aku masihlah orang asing yang membuatnya bingung mengenai benar dan salah. Tapi ini hanyalah masalah waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Greatest Villain [ON GOING]
FantasyWeb novel berjudul 'Revenge', menceritakan kisah seorang Putra Mahkota yang tahtanya di renggut oleh seorang Grand Duke dari wilayah utara yang di penuhi dengan salju. Kekaisaran itu hancur berkat pemberontakan dari Grand Duke Kenneth Jayne De Leon...