“sayang, maaf.” tutur laki-laki yang sedang menatap kekasihnya yang duduk dengan wajah datar.
“sayang, aku minta maaf, seharusnya aku ga ninggalin kamu cuma demi dia,” ucapnya seraya menyesal berusaha mengambil tangan lembut pacarnya yang tetap tidak menggubris.
“sayang-”
“stop!” muak, gadis itu langsung mengangkat tangan nya untuk menghentikan ucapan berulang kali yang entah sudah ke berapa yang kekasihnya itu ucapkan.
Gadis itu menatap sinis laki-laki yang sedaritadi meminta maaf, mereka sedang di taman, dan duduk di hamparan rumput hijau.
Ia hampir tidak percaya bahwa lelaki di depan nya hampir bersimpuh hanya untuk mendapat maaf nya, untung saja ia mencegah sebelum hal memalukan itu terjadi.
Bodoh sekali.
Sayang nya, ia pun mencintai lelaki ini dengan sangat.
Mereka berdua memang bodoh.
“udah, Kai.” gadis cantik dengan rambut di gerai bernama Kayshiel itu menitah pacarnya untuk duduk dengan benar, yang dituruti dengan patuh.
“sayang, maaf-” sekali lagi, Kayshiel benar-benar di buat kesal dengan tingkah Kaiden.
“apasih, Kai? Iya aku maafin, lebay banget sih kamu, ninggalin aku cuma demi ambil dompet aja sampai minta maaf segininya.” omel Kayshiel menatap Kaiden garang yang kini menunduk bagaikan anak kecil yang dimarahi ibu nya.
Kayshiel menghembuskan nafas nya dengan sabar, mengingat lelaki bertato dengan badan yang gagah ternyata hanya tampilan nya saja, saat bersama nya bagaikan anak kecil yang selalu caper pada ibu nya.
“harusnya aku minta maaf karena udah repotin kamu, bawa hadiah segini banyak nya,” ujar Kayshiel, walaupun sebenarnya biasa saja mendapatkan hadiah seperti ini, Namun, bukan hadiah nya tetapi effort yang lelaki itu berikan, “aku marah bukan karena kamu lama tinggalin, tapi apa yang kamu lakukan buat aku, aku ngerasa ini-”
“ini buat kamu, hadiah ini mungkin ngga seberapa sama apa yang Abang kamu kasih setiap minggu, atau hadiah yang sering kamu terima dari orang yang kagum sama kamu.” tuturnya lembut.
Tangan nya menarik lembut tangan kekasihnya, mengusapnya pelan, dengan senyum tipis yang mulai muncul. “tapi, izinkan aku mencintai kamu dengan cara ku sendiri, kamu menerimanya nya kan? Baik buruknya sosok Kaiden?” Kayshiel terdiam sejenak, apakah keputusan nya ini tidak akan berdampak buruk pada masa depan mereka?
Namun, Kayshiel akan menerjang semua hal buruk yang terjadi pada hubungan mereka, asalkan di lalui bersama-sama.
“aku menerimanya, tapi, aku tidak akan pernah menerima satu hal, ” ada jeda beberapa detik dalam keheningan tersebut.
“apa itu?” Kaiden menatap bola mata coklat terang milik Kayshiel.
Begitu dalam.
Begitu tulus.
Semua orang juga bisa merasakan cinta yang begitu besar dari Kaiden untuk Kayshiel lewat pancaran matanya.
“perselingkuhan.”
Namun, pancaran yang begitu besar akan cinta itu mulai meredup.
Kayshiel langsung terbangun dalam mimpi nya, astaga kenapa hal itu kembali lagi mengisi pikiran nya.
Padahal kejadian itu sudah lewat satu tahun yang lalu, sewaktu hubungan mereka masih manis-manisnya dan tidak ada pengkhianatan di antara mereka.
Kayshiel sedikit merinding melihat siluet seseorang melewati balkon nya, dengan cepat ia memeriksa balkon kamarnya namun tidak ada siapa-siapa.
Ia kembali memilih tidur setelah mengunci pintu balkon kamarnya.
Namun, bayangan siluet seseorang nampak muncul melewati gorden yang terbuka sedikit untuk melihat Kayshiel yang sudah tertidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kayshiel
Teen Fiction"buka selalu mata kamu, sampai aku dikebumikan." Kayshiel begitu mencintai Kaiden, tunangan hasil perjodohan orang tua nya. Mereka tidak saling membenci atau bahkan berusaha untuk memutuskan perjodohan itu, keduanya saling mencintai. Namun, itu semu...