“sensor wajah pria itu, dan biarkan wajah kekasihnya ter-ekspos ke media.” ucap Kayshiel pada salah satu awak media yang sering ia hubungi.
Kepala Kayshiel berdenyut saat notifikasi ponselnya mulai berbunyi saat pesan-pesan dari orang-orang setelah perilisan video perselingkuhan dan adegan penuh drama miliknya ia sebar.
Walaupun begitu, ia puas, benar-benar puas saat bagaimana membayangkan betapa malu dan murka nya pria itu.
Setelah selesai dengan pekerjaan nya, ia pun bersiap untuk segera tidur karena jam sudah menunjukan pukul dua belas malam lewat.
Gadis yang masih berusia sepuluh tahun itu nampak khawatir melihat seorang remaja laki-laki dengan peluh yang banyak, seperti di kejar seseorang.
Ia pun menghampiri dengan cepat, saat menyadari ada sosok pria besar di belakang remaja itu, menarik nya bersembunyi di balik tumbuhan tinggi yang merambat membalut papan kayu usang.
Dengan sigap ia menutup mulut laki-laki di samping nya saat menyadari setapak kaki menginjak ranting dan dedaunan pohon.
Setelah cukup lama memastikan, akhirnya gadis itu melepas tangan nya, ia sudah memastikan pria dewasa itu sudah tidak ada.
Saat menoleh ke samping, mata nya langsung beradu dengan bola mata jernih berwarna hitam kelam.
“hai, kita bertemu lagi” sapa Kayshiel riang, dengan senyuman nya yang lucu.
“halo? Nama kamu siapa? Tadi waktu kita pertama kali bertemu, kita tidak sempat untuk saling mengetahui nama” ujarnya yang tidak di hiraukan lawan bicaranya.
Saat wajah laki-laki di depan nya semakin jelas terlihat, ia termangu dalam sesaat.
Wah tampan sekali.
Keduanya larut dalam kekaguman mereka masing-masing, dengan angin yang menyapu keduanya, membuat mereka semakin terpesona pada insan yang mereka tatap.
“terimakasih sudah menolong ku, siapa nama mu?”
Tangan itu terulur untuk berjabat tangan, gadis itu masih diam.
senyum tipis nya, bola mata hitam nya dan tangan yang putih walaupun terdapat banyak bercak darah yang menutupi, ia menyukai semua nya, semua yang ada pada sosok di depan nya.
“Kayshiel,” membalas jabatan tangan laki-laki di depan nya.
Ia tidak masalah walaupun tangan nya menjadi kotor akibat darah yang menempel akibat tautan tangan mereka.
“nama yang cantik, salam kenal Kayshiel,” remaja itu sempat menjeda ucapan nya, nampak ragu, tapi akhirnya melanjutkan ucapan nya, “aku Kaiden.”
Awal pertemuan yang cukup manis.
Namun perpisahan yang cukup menyakitkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kayshiel
Teen Fiction"buka selalu mata kamu, sampai aku dikebumikan." Kayshiel begitu mencintai Kaiden, tunangan hasil perjodohan orang tua nya. Mereka tidak saling membenci atau bahkan berusaha untuk memutuskan perjodohan itu, keduanya saling mencintai. Namun, itu semu...