Beberapa hari ini pekerjaan nya menumpuk, beberapa usaha miliknya baru buka cabang di beberapa daerah, sedikit banyak nya menyita waktu istirahat dan makan nya.
Saat ini Kayshiel sedang berada di rumah pribadinya yang baru saja ia beli setelah kepindahan nya dari apartemen dahulu.
Setelah mandi, Kayshiel dengan segera merebahkan diri nya di atas kasur, rasanya semua tulang nya perlahan mulai lepas dari tempatnya.
Perut nya berbunyi menandakan ingin segera memakan sesuatu, Kayshiel sebelum mandi sudah memesan makanan lewat aplikasi dan tinggal menunggu saja.
Suara notifikasi dari ponsel nya berbunyi, tanpa memeriksa siapa yang mengirim, dengan segera Kayshiel membuka pintu rumahnya.
“atas nama mbak Kayshiel?” seorang ibu-ibu menenteng satu plastik dengan senyum ramah.
“iya, dengan saya sendiri”
“ini pesanan nya, mbak” ibu tersebut menyodorkan plastik tersebut dan di terima dengan baik oleh Kayshiel.
“makasih bu–”
Ting!
Notifikasi dari handphone Kayshiel kembali berbunyi, pengantar pesanan yang ia tunggu-tunggu ternyata mengabarkan bahwa waktu pengantaran nya lebih lama karena terjebak macet, sontak saja Kayshiel menatap ibu-ibu di depan nya dengan pandangan kebingungan.
Ibu-ibu tersebut hanya tersenyum menatap nya dengan lama, “oh sudah ketahuan ya?”
Kayshiel yang merasa terancam pun dengan sigap berusaha mempertahankan dirinya, “anda siapa ya?!”
Wajah ibu-ibu tersebut agak nya sedikit panik saat melihat respon Kayshiel, “o-oh mbak jangan salah paham, saya memang pengantar pesanan kok, cuma pesanan ini di antar seseorang buat mbak nya” ucapnya terbata-bata saat melihat Kayshiel menatap nya begitu tajam.
“dari siapa?”
“o-oh itu mbak, di dalam plastiknya ada catatan nya, mbak bisa baca sendiri, kalo begitu saya permisi dulu” ibu-ibu itu lari terbirit-birit meninggalkan Kayshiel yang kebingungan.
Mengunci pintu rumahnya dan menuju ruang makan untuk melihat apa yang di kirimkan orang itu untuk nya.
Sebelum itu, ia memberi pesan untuk pengantar makanan agar makanan nya di berikan kepada si pengantar nya saja, daripada mubazir.
Alis Kayshiel menyatu saat melihat bermacam-macam isi di dalam plastik tersebut, mulai dari buah apel dan pisang, susu, coklat dan menu utama nya seblak dan ayam geprek.
Random banget.
Mengambil catatan yang terselip di antara coklat dan pisang, bola mata nya mengikuti tiap-tiap kata yang di rangkai si pengirim.
Wajah tenang nya seketika berubah saat membaca beberapa kata dari si penulis, Kayhsiel hanya bisa geleng-geleng kepala.
Not bad.
Entah apa maksud Kayshiel, ia merobek bagian isi dari tulisan itu lalu meninggalkan nama si pengirim tersebut di meja makan, yang terbang melayang akibat AC di ruangan itu, menampilkan Sederat nama si pengirim.
Dari Jean.
Gadis itu pun membawa makanan tersebut ke kamarnya.
Setelah beres makan, Kayshiel ingin segera merebahkan tubuhnya, sedaritadi kantuk menyerang namun ia tahan untuk makan sejenak.
Sebelum tidur, tangan nya membuka laci nakas di sampingnya dan mengambil beberapa botol obat, rutinitas akhir-akhir ini yang ia lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kayshiel
Teen Fiction"buka selalu mata kamu, sampai aku dikebumikan." Kayshiel begitu mencintai Kaiden, tunangan hasil perjodohan orang tua nya. Mereka tidak saling membenci atau bahkan berusaha untuk memutuskan perjodohan itu, keduanya saling mencintai. Namun, itu semu...