Gone

1 0 0
                                    

"Ndra.. Ibu meninggal"

Satu kalimat yang Malaka ucapkan di telpon lepas sholat subuh itu menggetarkan jiwa Andra.

"Aku ke rumah, tunggu." Beringsut dengan cepat Andra turun ke lantai 1 dan mengabari keluarganya.

Semua orang terkejut. Segera semua bergerak ke rumah Malaka. Terlebih Andra, lelaki itu tak sempat mengganti sarungnya atau sekedar memakai sandal. Pikirannya hanya satu, pada Malaka seorang. Bagaimana keadaan gadisnya itu sekarang.

Andra segera masuk ke rumah Malaka mendapati pintu tidak terkunci.

"Assalamualaikum, Malaka" lampu masih padam. Rumah masih hening. Hanya Ada suara lirih dari dalam Kamar ibu. Itu suara Malaka.

Andra mendorong pintu kamar dan mendapati Malaka yang memeluk tubuh ibu sambil menelpon seseorang. Raut muka gadis itu pias, namun tak ada air mata. Hanya ada wajah pucat dengan semburat khawatir dan kesedihan yang tertahan.

"Dra- ibu, t tadi aku jamaah subuh sama ibu, tapi ibu nggak bangun lagi. C coba kamu yang periksa ibu. Mungkin aku yang salah." Malaka beringsut minggir setelah menidurkan tubuh ibu yang masih berbalut mukena.

Seperti kata Malaka, Andra memeriksa ibu. Tapi nihil, memang benar ibu telah tiada. Ia telah pergi.

"Innalillahi wa innailahi ra ji'un. " Malaka memejamkan mata nya erat. Ia tak menyangka ini terjadi lagi padanya. Ia masih tak percaya meskipun telah menyaksikan sendiri Andra menyedekapkan kedua tangan ibu di atas dada. Disusul dengan kedatangan mama dan beberapa tetangga yang lain merawat jasad ibu.

Malaka beranjak meninggalkan Kamar ibu. Gadis itu berlari naik ke Kamarnya. Hal itu tak luput dari pandangan Andra. Jelas langsung saja Andra menyusul Malaka ke atas.

Malaka menutup pintu Kamar. Tubuhnya bergetar hebat. Rasa sakit bertubi menyerang tubuh dan batinnya. Tak mampu menahan diri, Malaka tersungkur ke lantai.

"Malaka!" Andra terkejut tentu saja melihat Malaka yang tergeletak di lantai.

"Malaka, hei. Malaka." Tak Ada sahutan, Malaka tak sadarkan diri.

***

Pemakaman selesai pukul 7. Semua berjalan lancar dan cepat. Dean datang 15 menit Usai Malaka hubungi bersama dengan istrinya dan mengurus pemakaman. Sedang Malaka tak banyak ikut serta karena kondisinya yang lemah. Namun Ia turut serta ke pemakaman.  Menyaksikan sendiri bagaimana Dean mengantar tubuh ibunya ke liang lahat. Ia lihat sendiri bagaimana adiknya yang seringkali menyebalkan itu menjadi sangat melankolis melebihi dirinya.

Sekarang Malaka sedang berada di kamarnya ditemani oleh mama dan Maya. Gadis itu kehabisan tenaga. Terlebih Ia belum sempat pulih sebelumnya. Gadis itu terbaring di tempat tidur sambil menutup mata.

"Gimana? Izin kamu diacc? " Tanya mama pada Andra yang baru masuk kamar.

"Engga, Ma."

"Ya sudah kamu kerja aja, Ndra. Malaka biar istirahat saja. Urusan di sini biar papa sama mama dan Dean yang handle." Ucap mama pada Andra yang baru masuk ke kamar Malaka.

"Iya. Ma. Titip Malaka ya, Ma. Kalau ada apa-apa hubungi aku."

"Iya. Hati-hati." Andra menyalimi mama dan menatap Malaka sebentar lalu beranjak pulang.

Hari ini sungguh tak Andra sangka. Malaka lagi-lagi harus kehilangan. Gadis itu betul tak menangis seperti Dean, tapi lukanya nampak begitu nyata di matanya.

Malaka yang malang. Malaka yang hinggap pada nestapanya. Malaka yang kehilangan pelitanya. Malaka yang remuk bersama penderitaan yang.

"Dra, mengapa harus ada jika ada apa-apa hubungi aku? " Batin Malaka selepas Andra meninggalkan kamar.

  Tbc

Waw setelah sekian lama.
Makasih udah setia ya.. ✨🙏

MALAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang