Fitting Baju Pengantin

119 15 0
                                    

.

__________________________________

*Malaka*

°
°
°

_______________________________
______________________
______________

Berasama dengan seorang asistennya Malaka merapikan gaun gaun yang sudah jadi ke dalam sebuah kotak persegi. Gaun gaun itu adalah sarimbit yang digunakan untuk bridesmaid kliennya. Delapan kotak persegi itu dimasukan ke kotak besar yang dan disertakan pula ke dalam kotak itu sebuah kotak persegi lainnya yang merupakan aksesori tambahan.

Saat ini pukul 20.00 wib atau jam delapan malam. Malaka masih belum terlihat akan menutup butiknya. Ya, Malaka adalah seorang desainer baju yang terkenal di kotanya. Dia saat ini dibantu oleh dua asisten, seorang pramuniaga merangkap admin medsos butik, dan seorang fotografer yang sering kali merangkap sebagai admin instagram butik. Butik Malaka berada di pinggir kota, namun letaknya sangat strategis. Bagunan yang digunakan Malaka sebagai butik adalah pemberian dari ayahnya. Tidak terlalu besar memang. Tapi sudah cukup untuk membuat dan memamerkan pakaian-pakaian yang ia labeli sebagai Bintang.

"Mbak, setelah simpan ini bisa pulang ya. Tolong kasih tahu ke yang lainnya." ujar Malaka sambil mengangkat pelan kotak baju sarimbit tadi bersama dengan Sarah, asistennya.

"Iya."

"Kamu mau tutup butiknya jam berapa?" tanya Sarah kepada Malaka setelah pesanan sarimbit tersimpan rapi di meja.

"Sebentar lagi mungkin. Aku mau rapihin kantor dulu. Berantakan parah, " jawab Malaka sambil menunjuk ke dalam ruang kantornya.

"Yeu... Berantakan dari mananya sih ya ampun." ucap Sarah jengah. Pasalnya ruangan bosnya itu sudah cukup rapi menurutnya. Semuanya tertata dengan indah dan sistematis.

"Hehe... Yaudah tolong nanti sekalian aja deh korden depan di tutup ya."

"Oke," Sarah berjalan menuju ke galeri depan untuk menjalankan amanah dari Malaka sambil mengacungkan jempolnya tinggi tinggi.

Sedangkan Malaka berjalan ke arah berlawanan setelah melihat tubuh Sarah berbelok ke kanan, ke galeri depan. Malaka menghela napas pelan. Dilihat setiap inci kantornya. Rapi. Benar kata Sarah, ruangannya tidak berantakan. Bahkan meja kerjanya pun sangat bersih. Kertas kertas berisikan desain desain baju tertumpuk rapi di sebelah kanan di belakang lampu baca dan gelas yang berisi beberapa alat gambarnya. Di sebelah gelas itu terletak sekotak tisu dan kotak tempat Malaka menyimpan beberapa kertas yang berukuran kecil. Dan di sebelah kiri meja terdapat bunga mawar merah dan segelas air putih juga semangkuk kecil permen berbagai rasa. Mejanya rapi. Tak berantakan sedikit pun.

Malaka beranjak duduk di kursinya. Menatap kosong ke arah sofa di depan, di sudut kirinya.

"Maafkan kami. Tapi perkiraan kami, sekeras apa pun kita berusaha untuk mengambil alih Ruri, bayi itu akan tetap jatuh ke tangan pasangan Atmaja. Karena mereka lebih unggul di beberapa bidang dan lebih diutamakan karena mereka sudah menikah,"

Perkataan pengacaranya tadi sore di telepon kembali terngiang di kepala Malaka. Membuatnya lagi lagi menghela napas lelah. Ia sudah mulai putus asa.

Tok tok tok

"Mbak!" suara pintu yang diketuk dan disusul suara Sarah mengembalikan Malaka dari lamunannya.

"Eh, iya. Ada apa, Mbak? " tanya Malaka sambil pura pura melihat lihat desainnya sendiri.

MALAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang