Tentang Marsya

15 6 0
                                    

Marsya adalah sepupu Malaka. Tidak dekat karena memang seperti sudah ada spasi semenjak kanak-kanak. Malaka cukup maklum dan tak ambil pusing. Toh ia tak begitu dirugikan oleh spasi itu.

Namun, spasi itu semakin besar saat mereka beranjak dewasa. Kealpaan Malaka dalam sebuag hubungan membuatnya lagi lagi harus menelan pil pahit. Laki-laki yang selama ini Malaka harapkan menjadi imamnya ternyata meminang Marsya di depan matanya. Lagi-lagi, Malaka harus memberikan yang ia punya untuk Marsya.

David adalah teman Malaka sewaktu SMP. Singkat cerita cinta pertama Malaka. Bodoh. Malaka yang bodoh. Sayang sekali, kebodohan Malaka tidak berbuah manis. David tidak mencintainya. Tidak pernah. Cintanya bertepuk sebelah tangan. Selama bertahun-tahun.

David menghabiskan waktu di pondok pesantren. Demikian pula dengan Marsya. Oh... Mungkin itu mereka berjodoh. Pikir Malaka.

" Bahkan aku lebih dulu mengenyam pendidikan pesantren daripada mereka." Pikir Malaka.

Malaka hanya tersenyum. Hanya itu saja yang bisa dilakukan gadis itu. Menunggu David bertahun-tahun terasa sia-sia. Amat sangat sia sia. Malaka tak habis pikir.

Hari itu, di Minggu pagi yang mendung. Malaka menjadi saksi dalam proses lamaran Marsya dan David. Malaka hanya tersenyum. David tak pernah mengatakannya, tak pernah bilang akan menikahi sepupunya sendiri. Jika ia mengatakannya pada Malaka jauh- jauh hari, mungkin Malaka akan mengerti lebih cepat. Mungkin, Malaka tidak akan berharap.

Bahkan setelah berbisah negara pun, Malaka tetap mencintai laki laki itu. Bahkan meskipun ada laki laki lain yang peduli pada Malaka, Malaka tetap mencintai David dan mengharapkan laki-laki itu yang kelak akan mempersuntingnya.

"Dra, Marsya bulan depan nikah." Ucap Malaka di telepon malam itu. Ia menelpon Andra tengah malam. Tentu saja Andra mau pun Malaka sama-sama belum tidur. Malaka baru selesai mengerjakan pekerjaannya dan Andra masih menonton pertandingan bola di ruang utama.

"Hm, terus kenapa. Pengin nyusul?" Canda Andra.

"Dengan David." Jawab Malaka ambigu.

"Maksudnya? Duh, lemot otakku. Kayaknya udah ngantuk nih gue," Andra bingung-tentu saja-dengan pernyataan Malaka.

"Marsya akan menikah dengan David bulan depan."

-

Beberapa detik setelahnya hanya diisi keheningan. Malaka maupun Andra sama-sama diam.

"Oh- ya mmm besok gue anter cari hadiah ya." Ucap Andra gagu. Laki laki itu khawatir.

"Nikahannya masih bulan depan, Nu." Ucap Malaka sambil terkekeh.

"Ya nggak apa apa dong hunting dari sekarang kadonya. Nyicil,"

"Emang mau ngado apa?"

"Mmmm gimana kalau ngado ranjau? ?"

"Hahaha boleh, besok kita hunting ya bahan bahannya. Lo yang ngrakit," ucap Malaka menyauti lelucon bodoh Andra.

"Nggak deh skip. Mending gue kerja aja besok. Masih takut hukum gue," ucap Andra membuat Malaka terkekeh.

"Katanya mau ngado ranjau. Cemen Lo boong sama gue,"

"Bercanda, Sayang. Gitu aja Lo seriusin. Ya kali gue ngado ranjau. Bukannya seneng malah yang ada mereka ngelaporin gue ke polisi. Kan ga lucu polisi dilaporin ke polisi. "

"Hahaha lagian lu bercanda mulu hidup. "

"Biar Lo nggak nangis. Gue nggak suka liat Lo nangis. Ya... Meskipun sekarang Lo emang udah nggak pernah nangis sih."

MALAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang