Lamaran

22 5 0
                                    

*
*
*

Malaka sedang berkutat dengan Veil pesanan kliennya. Sedari tadi gadis itu sibuk menyelesaikan satu setel pesanan gaun pernikahan. Sebenarnya hanya menambahkan beberapa aksen permata pada gaun yang sudah jadi sih. Tapi tetap saja butuh waktu yang cukup lama.

Saat ini sudah jam delapan malam. Waktunya butik tutup. Tapi Malaka masih belum mengakhiri kegiatannya mempercantik pesanan gaunnya.

"Ka, udah malem. Waktunya tutup." ucap Sarah tiba tiba. Membuat Malaka sedikit terkejut.

"Eh, iya ya? Kalau gitu ditutup aja. Aku beresin ini sebentar. " ucap Malaka sambil memotong benang terakhir.

Drt .. Drt... Drt...

Handphone Malaka yang ada di meja kerjanya berbunyi. Malaka meliriknya sebentar.

"Angkat aja dulu. Biar aku yang beresin ini, " ujar Sarah mengambil alih pekerjaan Malaka.

"Oke."

"Halo, ada apa, Dra?" yang menelpon Malaka adalah Andra.

"Kamu udah pulang?" tanya Andra.

"Belum. Ini masih ngeberesin pesenan. Kenapa?"

"Aku jemput ya. Nggak bawa kendaraan kan kamu?" Malaka terkejut. Tahu dari mana temannya itu.

"Oh, iya boleh,"

"Oke. Aku udah deket butik. Tunggu ya," pesan Andra.

"Oke."

Malaka memutuskan sambungan teleponnya dengan Andra. Gadis itu lantas beranjak membantu Sarah.

"Loh, udah selesai?" Malaka cukup terkejut melihat pekerjaan Sarah sudah beres. Gesit sekali wanita itu.

"Iya dong. Kamu seru banget sih teleponan sama Andra. Wah... Kayaknya bakal nyebar undangan nih..." goda Sarah.

"Undangan apaan? Undangan Aqiqahan anaknya .... ? Eh, tapi dia udah diakikahin deh," ujar Malaka sambil menggaruk dagunya.

Sarah memutar bola matanya ke belakang, "Undangan nikahan kamu sama Andra lah. Apalagi,"

"Nggak ada ya, Mbak." ujar Malaka sambil membereskan tasnya.

"Iya. Ditunggu kok, hihihi..." Sarah masih saja menggoda Malaka bahkan saat wanita itu sudah keluar dari ruangan Malaka.

"Ya deh terserah," ucap Malaka sambil geleng-geleng kepala. "Ada-ada aja deh,"

Setelah dirasa selesai semua dan barang barang sudah rapi di tempatnya masing masing, Malaka beranjak meninggalkan ruangannya. Tak lupa ia mengunci pintu ruangannya itu.

"Ada apa?" tanya Malaka saat berpapasan dengan Hana di lorong.

"Hehe... Kebetulan, Mbak udah ada disini. Itu di depan ada Mas Andra. " ucap Hana sambil cengengesan.

Malaka tersenyum, "Oh, iya. Udah ditutup semua?" tanya Malaka sambil berjalan ke galeri depan.

"Udah, tinggal pintu masuk aja. Lampu juga udah dimatiin semua. Tinggal nunggu mbak aja," terang Hana.

"Oke. Yaudah biar aku yang ngunciin. Kamu pulang aja duluan nggak apa apa," ucap Malaka.

"Oke." Hana berjalan cepat mendahului Malaka.

"Ayo pulang. Katanya Mbak Malaka yang ngunciin," ujar Hana pada Sarah dan juga Balqis.

"Oke. Yuk. Duluan ya, Dra." ucap Sarah sambil berjalan keluar.

"Duluan ya, Mas Andra." ucap Hana mengikuti langkah Sarah.

"Duluan ya, Mas Andra" ucap Balqis kemudian.

MALAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang