Rumah Malaka

61 13 2
                                    

MALAKA





"Baru pulang?" tanya ibu Malaka saat melihat putrinya meletakan sepatu di rak.

"Iya, Bu. Ko belum tidur?" tanya Malaka kemudian.

"Iya ini nyelesaiin kardus pesanan kue dulu tadi. Kamu pulang naik apa?"

"Dianter Andra. Yaudah aku mandi duluan ya, Bu. Gerah hehehe"

"Iya"

***

Usai mandi Malaka berkutat kembali dengan pekerjaannya. Ia melanjutkan desain tambahan pada baju Nabila. Ia baru saja mendapat kiriman gambar sepatu yang akan Nabila kenakan.

Pukul 00.03 terdapat pesan masuk di hape Malaka.

Andra👮
Belom tidur sih

Iya

Andra👮
Tidur gih

Iya

Andra👮
Jangan kerja mulu. Sakit ntar

Iya. Kamu juga belom tidur itu

Andra👮
Lagi nonton bola ini sama papa

Aku masih nyelesain gaunnya klien

Andra 👮
Kerja terosss

Read

Dari pada menanggapinya pesan dari Andra lebih baik ia menyelesaikan payetan kebaya kliennya yang lusa harus diantarkan bersama dengan gaun sarimbit yang tadi sudah dikemas di butik.


Kring...kring...kring...

Telepon rumah di kamar Malaka berdering. Malaka menunggunya selama tiga detik. Barang kali ada orang lain yang mengangkat. Ia cukup malas sekarang hanya untuk mengangkat telepon malam malam.

"Hh..." ternyata telepon itu masih berdering. Malaka meraih gagang telepon itu.

"Ya, selamat malam. Ada ya-" belum selesai Malaka mengucapkan salam.

"Eh, Malaka hape kamu kamu kemanain. Chat aku ga kamu bales. Telpon juga ga diangkat!" suara Andra menggelegar dari telepon.

Malaka memutar bola matanya jengah,"Dra, jangan ganggu deh. Lagi kerja aku,"

"Kerja teros kerja teros. Udah jam berapa itu kamu liat. Besok masih ada hari juga." hardik Andra di telepon.

"Iya. Bye aku tutup." Malaka menutup teleponnya.

Andra benar-benar kurang kerjaan. Padahal Malaka sedang sibuk. Minggu ini ada dua gaun yang harus diselesaikan olehnya. Belum lagi gaun Nabila yang mendadak tadi.

Kebaya yang saat ini ia kerjakan harus selesai malam ini. Agar besok ia tinggal membawanya ke butik dan di finishing di sana.

Besok ia lebih sibuk lagi. Harus ke pengadilan lalu mengambil kain untuk veil gaun Nabila di tempat neneknya. Karena Malaka lupa jika dulu ia menyimpannya di lemarinya yang berada di rumah neneknya. Sebelum itu ia juga harus mengantarkan mahkota Nabila yang akan dibenarkan ke partner kerjanya. Pasti akan menjadi hari yang panjang besok.

Tidak terasa sekarang sudah jam dua dini hari. Malaka menyudahi kegiatannya dan melihat hasilnya. Bagus. Indah sekali. Malaka juga ingin mengenakan kebaya itu.

"Ayolah Malaka, kau ini kenapa. " Malaka berujar pada dirinya sendiri.

"Lebih baik rapikan ini semua dan kau tidur agar besok bisa bangun pagi," ucap Malaka lagi sambil mengambil kotak persegi untuk meletakkan kebaya tadi.

"Eh, tapi ini sudah pagi haha" Malaka menertawakan kebodohannga sendiri. Malaka memang terlihat bodoh jika seperti ini.

Kring... Kring...kring...

Telepon rumah berdering lagi. Malaka segera mengangkatnya. Ia yakin tak ada yg akan mengangkat telepon mengingat sekarang sudah sangat larut.

"Halo. Ada yang-" lagi lagi belum selesai Malaka mengucapkan salam suara laki laki sudah menyaut dari dalam gagang telepon.

"Belum tidur juga kamu!" itu suara Andra berteriak di ujung telepon.

"Ya ampun, Nu. Kaget lo aku." kesal Malaka pada sahabatnya itu.

"Ngapain sih pagi pagi gini nelpon. Kurang kerjaan banget!" tambah Malaka menghardik Andra.

"Ya habisnya ruang kerja kamu masih terang gitu. Ternyata belum tidur beneran. Tidur sana,"

"Ya, pangeran. Yaudah dah..."

"Ya dah..."

Sambungan telepon terputus. Malaka dan Andra memang tinggal di satu perumahan. Malah rumah mereka berhadap hadapan. Kebetulan kamar Andra menghadap langsung ke ruang kerja Malaka di lantai dua.

Saat ini Malaka sedang berjalan turun ke lantai satu. Setelah menyelesaikan pekerjaannya ia merasa haus dan lapar. Akhirnya ia turun ke dapur untuk mencari pengganjal perut. Mungkin buah buahan.

Setelah mendapatkan buah apel dari kulkas dan segelas air putih Malaka duduk di meja makan. Sambil memakan buah apelnya, gadis itu membuka aplikasi pesan. Lalu kemudian dibuatnya sebuah status disana.

Gambar seorang bayi yang manis terpajang di snap whatsapp-nya. Bayi itu sedang tertawa dalam gendongannya. Di bawah gambar itu iya sertakan caption sederhana.

Doakan mama❤

****

Rencana Malaka untuk segera tidur setelah gaunnya selesai gagal. Gadis itu kembali mengerjakan gaun yang satunya. Malaka merasa bahwa mungkin esok tidak akan bisa mengerjakan gaun itu.

Jadilah ia tidak tidur sama sekali. Ini sudah beberapa kali pada Malaka. Ia sering kali tidak tidur untuk menyelesaikan pekerjaannya.

Kring...kring...kring...

Hape Malaka berdering. Ada telepon dari Andra. Membuat Malaka menghela nafas jengah. Ada apa lagi laki laki ini menelponnya pagi pagi begini. Ia harus bergegas.

"Halo," ucap Malaka malas.

"Mau berangkat?" tanya Andda.

"Iya,"

"Udah sarapan?" tanya Andra lagi.

"Ini lagi," ucap Malaka sambil menyendokan oatmeal yang ia seduh dengan buah kurma.

"Oh, oke. Bareng aku ya berangkatnya," tawar Andra.

"Hari ini sibuk banget. Riwa riwi. Aku bawa mobil sendiri aja." jawab Malaka. Mengingat kegiatannya hari ini cukup padat dan berpindah pindah tempat.

"Yah... Gapapa deh aku anterin sekalian." tawar Andra lagi.

"Situ ngga kerja emang? Nanti juga ada sidang soalnya,"

"Nah itu. Aku temenin sidangnya ya,"

"Nggak usah. Udah ya aku mau berangkat. Bye. Kerja yang bener," Malaka memutuskan panggilan teleponnya dan segera beranjak pamit kepada ibunya untuk berangkat ke Butik.

Sedang di tempat lain, Andra menatap kepergian Malaka dengan mobilnya dari Balkon kamarnya. Laki laki itu menatap iba kepada sang sahabat sejati. Kenapa temannya itu selalu mengambil jalan sulit dan tidak biasa.

Laki laki itu menghela napas. Kali ini doanya hanya satu. Semoga Malaka baik baik saja setelah sidang itu. Andra sudah dapat menebak kegagalan Malaka disana.

°
°
°
Tbc.

MALAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang