12. Insting?

3.6K 259 9
                                    

Brak!

Pukulan pada meja yang penuh makanan menarik perhatian orang-orang yang sedang berkumpul itu.

"Kenapa lu ta?" Tanya Darren yang heran, gak ada angin gak ada hujan tiba-tiba Leta memukul meja.

"Pengen ketemu Oliver, kangen..."

"Hahh, kenapa harus pukul meja segala? Ngagetin tau." Seru Deya.

Leta tersenyum lebar menyadari kebodohannya. "Ya maaf, gak tau juga gue. Reflek aja gitu. Ayo ah kita main ke rumah Oliver. Udah lama gue gak ngerampok rumah Oliver."

Deya menggelengkan kepalanya mendengar penuturan Leta. Sudah pasti kalau pulang dari rumah Oliver mereka akan membawa banyak makanan dari sana. Ah lebih tepatnya milik Leta saja.

"Eh tapi gue gak bisa ikut, ada urusan."

Leta menyipitkan matanya, kesal karena ucapan yang keluar dari mulut Darren. "Pacaran mulu lu! Mana gak dikenalin pacarnya ke gue." Sungut Leta.

"CK, gak bisa di tunda?" Tanya Deya.

Darren menggeleng. "Sorry, pacar gue agak sensi kalau gua gak batalin janji."

"Si paling tepatin janji." Ujar Deya seraya merotasi kan bola matanya.

"Yaudahlah lu nyusul aja."

***

Tak sesuai ekspektasi, Leta dan Deya tidak bisa bertemu dengan Oliver. Oh astaga rasanya ingin Leta pukul Oliver. Kemana dia? Tak biasanya Oliver pergi di hari Minggu. Leta tahu betul jadwal Oliver.

Hari Minggu bukankah jadwal untuk Oliver menjadi penguntit.

"Emangnya Oliver kemana tan?" Tanya Deya pada Inez.

"Di kasih tugas sama ayahnya, ke apartemen Eros. Anaknya temen tante." Jawab Inez.

Reaksi berlebihan diberikan dari Deya dan juga Leta. "Ohh sia sia sekali kita kesini. Oliver nya tidak ada." Ucap Leta dengan mimik wajah sedihnya.

Inez hanya bisa tertawa kecil melihat kelakuan kedua sahabat anaknya. 11 12 kelakuan nya dengan Oliver.

"Sudah-sudah jangan sedih gitu. Ayo makan, Tante masak banyak terus tadi juga bikin cookies. Tadinya buat Oliver, cuma anaknya belum pulang-pulang."

"Tenang aja Tante! Kita yang akan habisi masakan Tante, ya gak ta?" Tanya Deya dengan semangat.

"Yoi, Leta juga laper nih Tan."

Pada akhirnya, mereka hanya mempedulikan makanan di rumah Oliver. Bahkan sahabatnya itu belum pulang-pulang padahal hari sudah gelap.

****

****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Nyanyian dari seorang pemuda mengalun merdu di dalam kamar nya. Dengan seorang pemuda manis di pelukannya yang menjadi pendengar setia sedari tadi. Dengan paksaan dari sang dominan.

Sasaeng | Nomin AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang