"SIALAN! KENAPA BEGINI SIH!" Teriak Oliver untuk melampiaskan rasa kesalnya. Dirinya takut, sangat takut jika harus ke jenjang pernikahan dengan lelaki yang bernama Eros itu.
Sifat obsesi Eros tak bisa Oliver terima. Baginya, Eros lebih gila daripada dirinya. Sungguh Oliver takut dengan orang yang seperti Eros. Semua kegiatannya di foto dan di pantau.
Oliver menatap tajam ke arah langit yang bertaburan bintang dan sebuah bulan menghiasi langit malam. Mencoba mencari solusi agar perjodohan ini batal.
Srek.
Deg.
Mata Oliver membulat saat merasakan ada yang memeluk nya dari belakang. Ya back hug. Lalu dapat ia rasakan wajah orang yang memeluk nya menelisik ke leher nya sampai Oliver bisa merasakan hawa panas menerpa lehernya.
"Jangan takut." Lirih-an itu menyadarkan Oliver kalau seseorang yang sedang memeluknya itu adalah Eros.
"Saya akan menjagamu. Tenang saja."
Oliver diam bergeming. Dirinya tak bisa berkata-kata atas ucapan Eros. Seakan ada sihir yang menyuruh nya untuk tak memberontak.
"Saya mencintai mu Alen, Jay mencintai Alen." Eros semakin menyembunyikan kepalanya di leher Oliver. Menghirup dalam dalam aroma tubuh lelaki kesayangannya. Sedangkan Oliver masih mencerna ucapan Eros.
"Tapi Xel gue mau tanya. Lu beneran gak ingat Eros di masa lalu. Atau orang yang bernama Jay?"
Seketika pertanyaan Darren beberapa hari lalu terlintas dalam pikirannya. Jay? Yang Oliver ingat hanya nama itu pemberian nya untuk Eros saat dirinya mendapat nomor teleponnya dan Eros memberikan nama panggilan khusus untuk Oliver yaitu Alen.
"Apa hubungannya dengan Jay?" Pertanyaan itu terucao tanpa sadar oleh Oliver karena sang pelaku terlalu fokus dalam pikirannya.
"Jay itu saya, bukankah itu panggilan yang kau berikan, sweetie? Saat kecil kau lebih memilih memanggil saya Jay lalu saat kita pertama kali bertukar pesan, kamu juga ingin memanggil saya Jay."
Cup.
Sebuah kecupan mendarat di leher Oliver yang membuat sang empu merasa merinding. Eros melepaskan pelukannya lalu berpindah tempat ke samping Oliver. Dirinya menatap langit malam seperti Oliver yang lakukan sebelumnya.
"Kau lupa ya tentang kita? Lupa dengan anak kecil yang selalu menemani mu bermain di taman saat kau sendirian karena orang tua mu terlalu sibuk? Kau melupakan Jay mu Alen. Itu sangat menyakitkan."
...
"Kau terlihat murung, bukankah kemarin kalian bertemu dan membahas perjodohan?"
Eros melirik sekilas ke sang penanya. Memgehela nafas sebelum menjawab pertanyaan dari Jefran. "Tidak apa apa hanya masalah kecil." Jawab Eros
'Kecil namun besar dampaknya' lanjut nya dalam hati.
Jefran tersenyum kecil karena peka bahwa anak dari paman nya ini tidak mau menceritakan masalah nya secara terbuka. "Baiklah, jangan terlalu memikirkan nya. Ingat, impian mu akan tercapai sebentar lagi Eros."
"Kau benar. Hah... Cukup melelahkan beberapa hari ini." Keluh Eros lalu menyenderkan tubuhnya pada sofa.
"Hahahaha, bertahan lah untuk menjadi idol." Semangat Jefran.
"Ah iya aku ingin memberi tahumu, lusa agensi ku ulang tahun, Ezza ingin mengadakan perayaannya seperti konser. Dan dia juga mau kau dan Oliver untuk menjadi MC nya.
Lagipula jika kau berinteraksi lebih pada Oliver di publik mulai dari sekarang, mungkin suatu saat jika mereka melihat mu bersama Oliver tak akan terlalu kaget."
Eros menganggukkan setuju, dia harus memperlihatkan kedekatannya terhadap Oliver agar di masa mendatang tak akan terlalu sulit jika ia ketahuan berhenti menjadi idol karena pernikahan nya.
....
"APA? MC BARENG DIA? AYAH!!"
"Kenapa respon mu seperti itu? Bukankah ini bagus jika kalian ada project bareng?"
"Ayah bercanda? Tapi ini di depan publik, pasti fans nya Eros akan menyerang ku!" Oliver masih berusaha mencari alasan agar terbebas dari pekerjaan MC itu.
"Nana dengarkan ayah, kalia menjadi MC saat bagian terakhir dan itu hanya sebentar. Karena kalian hanya membaca penutupan saja."
Kening Oliver mengkerut, "lalu sebelumnya aku menjadi apa?"
"Kau hanya duduk di bangku tamu khusus saja." Jawab Varen.
"Hah, baiklah. Awas saja jika aku menjadi MC dari awal sampai akhir, aku akan mendiami ayah!"
Selepas mengatakan itu Oliver pergi dari ruang kerja Varen dengan meninggalkan suara bantingan keras dari pintu untuk melampiaskan kekesalannya.
Dan Varen hanya terkekeh geli setelah melihat perilaku anaknya. Sama saja, Nana nya masih kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sasaeng | Nomin AU
Fanfiction"Eros, lu milik gue pokoknya!" "Good sweetie, saya menyukai caramu." [Nomin AU]