17. Plot twist

2.9K 168 1
                                    

Oliver terheran-heran dengan kedua orangtuanya. Ya bagiamana tidak heran jika Oliver disuruh ber-rias. Sejak dirias oleh sang bunda, Oliver terus menggerutu dan terkadang menolak keras jika ada makeup yang ia tak sukai atau berlebihan. Contohnya saat ini, Oliver menolak keras memakai tambahan makeup. Cukup bedak dan lipblam saja yang berada diwajahnya.

"Enggak mau pake eyeshadow bundaa!!"

"Yaudah pakai blush on saja."

"ENGGAK JUGAA!"

"Astaga Nana, jangan teriak. Ini juga biar Nana gak kumel."

"Iiihh bunda jahat ngatain Nana kumel! Gak like. Nana tanpa make up juga udah bisa narik perhatian orang! Udah ah Nana gak mau pake itu."

"Dasar sombong, mentang mentang punya wajah imut nya gak ketolongan."

Inez mencubit batang hidung Oliver yang mungil. Merasa gemas dengan anak kesayangannya itu. "Bundaa sakit!" Pekik Oliver manja.

"Lebay nya kumat nih anak bunda." Ejek Inez pada anaknya.

Oliver memajukan bibirnya. Merasa sakit hati diejek oleng bundanya. Inez yang melihat itu malah semakin gemas, rasa takrela melepaskan Oliver makin naik. Bisakah anaknya itu kembali menjadi anak kecil lagi? Sehingga tak ada yang bisa mengambil Oliver dari Inez dengan alasan hubungan pernikahan.

Inez akan merasakan kesepian jika tak ada Oliver di mansion ini.

***

"Tersenyumlah, jangan merenggut. Tidak enak nanti dengan teman ayah." Titah Varen pada Oliver.

Oliver yang masih sebal menunjukkan senyuman terpaksa nya pada Varen. Yang mengundang tawa Varen dan Inez yang melihatnya.

"Sudah-sudah ayo masuk. Pasti mereka sudah menunggu lama." Ucap Inez yang menghentikan tawanya.

Keluarga kecil itu pun memasuki sebuah restoran mewah karena ada agenda makan bersama. Dan Oliver menebak itu adalah keluarga Eros. Ya, karena hanya Om Endra yang bisa membuat sang ayah melupakan kesibukannya untuk bertemu.

Tebakan Oliver tak meleset. Saat sampai di ruang VVIP resto ini, ia melihat Eros beserta kedua orang tuanya yang sudah menunggu kehadiran keluarga kecil Varen.

Endra dan Sherly menyapa Varen dan Inez dengan ramah, seperti sudah tak bertemu bertahun-tahun lamanya. "Apa kabar Ren?" Tanya Endra berbasa-basi pada sahabatnya.

"Seperti yang kamu lihat. Aku baik."

Berbeda dengan kedua orangtuanya, Oliver dan Eros menatap tak penuh minat ke orang tuanya. Tunggu, seperti nya hanya Oliver saja karena sejak Oliver datang, Eros sudah memperhatikan nya.

Makan malam bersama pun sudah mulai. Keluarga kecil Varen dan Endra makan dengan diselingi obrolan ringan. Sesekali Varen dan Endra mengajak ngobrol Oliver dan Eros yang sejak tadi tak berbicara kecuali ada yang mengajak.

Oliver memakan puddingnya dengan hikmat. Memakan makanan penutup itu sambil menatap empat orang yang sudah berumur di hadapannya mengobrol. Sesekali Oliver melihat Eros, dan tak ada perubahan dari pria yang Oliver cap sebagai lelaki gila itu untuk berhenti menatapnya kecuali jika ia sedang diajak mengobrol oleh kedua orang tua mereka.

"Sepertinya sudah sangat malam, bagaimana kita mulai saja pembahasan nya?" Tanya Endra pada orang-orang yang berada di ruangan itu.

Setelah mendapatkan anggukan dari istri dan sahabatnya barulah Endra mulai berbicara. Dan Oliver masih tak minat untuk masuk ke obrolan mereka. Dalam pikirannya dia hanya ingin segera pulang dan bermesraan dengan kasur empuknya.

Sasaeng | Nomin AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang