14. Seminggu

3.1K 214 2
                                    

Cahaya matahari pagi yang lembut menyinari interior apartemen, menciptakan efek kilau dan bayangan yang menarik di dinding dan permukaan yang berkilauan.

Juga menyinari dua sosok adam yang sedang tertidur dengan tubuh yang saling memeluk lewat celah-celah tirai jendela.

Oliver yang memang sangat senang untuk melakukan kegiatan tidur tak terganggu dengan keadaan kamar yang mulai terang. Sedangkan Eros mulai terbangun untuk kedua kalinya setelah tadi pagi menelpon Erick.

Eros sedikit menurunkan posisi tubuhnya agar wajahnya sejajar dengan wajah Oliver. Untuk sekian kalinya ia jatuh dalam jurang kesempurnaan yang Oliver buat. Tak ada kata bosan untuk ia memandangi wajah yang selama ini ia puja.

"Alen... Alenku.. cantik.... sangat.... cantik... Miliku... Punyaku..." Gumam Eros sembari mengelus lembut pipi Oliver dengan punggung tangannya.

Cup!

Morning kiss Eros berikan untuk kesayangannya itu.

Cup

Cup

Tak hanya satu ternyata kecupan yang Eros berikan. Eros mengecup seluruh wajah Oliver sampai sang empu terganggu dari tidurnya dam membuka mata.

"Eunghh..." Perlahan Oliver membuka matanya, menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam indra penglihatan nya.

Oh astaga, Oliver seperti berada di alam mimpi lagi saat melihat tampang Eros yang sedikit acak-acakan khas orang bangun tidur.

"Ku pikir aku sudah bangun," lirih Oliver yang nyeleneh.

"Kamu memang sudah bangun sayang."

Oliver tertawa kecil dengan suara seraknya, "jangan bercanda, mana ada orang setampan ini selain di mimpi." Oliver membingkai wajah Eros dengan kedua tangannya.

Eros tersenyum mendengar pujian Oliver, ribuan kupu-kupu terbang begitu saja di perut nya. Bisakah ia memutar waktu?

Cup

Eros mengecup kening Oliver untuk yang sekian kalinya. "Ini bukan mimpi Alen. Ayo bangun, ini sudah siang." Eros menepuk pelan pipi Oliver.

"Eh?" Akhirnya Oliver sadar. Dengan cepat ia merubah posisinya menjadi duduk sampai membuat kepalanya pusing.

"Ssshh.." Oliver memegangi kepalanya yang terasa pusing.

"Jangan terburu-buru untuk bangun." Eros menyusul Oliver untuk duduk, dirinya memeluk tubuh kecil si submissive lalu memijit kepalanya untuk menghilangkan rasa pusing yang menyerang Oliver.

Saat sudah tak merasakan pusing, Oliver mendorong pelan tubuh besar Eros. "Minggir, gue-"

"Jangan kasar sayang." Sela Eros.

"Ck, aku mau ke kamar mandi. Awas!"

Setelah Eros melepaskan pelukannya, Oliver segera berlari ke kamar mandi. Dirinya malu memperlakukan wajah bangun tidurnya, apalagi tadi dirinya berbicara yang melantur.

***

Dengan jantung yang berdebar dan kegugupan yang mendera, dengan hati-hati Oliver mengungkapkan keinginan yang sama seperti kemarin. Tetapi kali ini berbeda. Perbedaannya terletak pada nada bicara yang lembut dan penuh hati-hati.

"E-eros aku ingin kembali ke rumah."

Fokus Eros teralihkan dari makanan nya. Satu alisnya terangkat dengan mata yang menatap tajam ke depannya.

"Astaga, bisa gak sih natepnya biasa aja?! Kalau matanya bisa keluarin laser, gua udah kebelah ini mah." Batin Oliver menjerit.

"Saya antarkan."

Sasaeng | Nomin AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang