Hal yang Oliver tunggu telah tiba, yaitu pulang. Namun sialnya ia harus semobil dengan laki-laki yang ia hindari. Ya siapa lagi jika bukan Eros?
Jarak antara keduanya cukup jauh di mobil. Lebih tepatnya Oliver yang memojokkan dirinya agar tidak dekat dekat dengan Eros.
Oliver menatap lekat jalanan diluar sana melalui jendela. Dirinya melamun sambil menikmati pemandangan kota di pagi hari. Tak terlalu ramai karena ini masih jam tiga pagi. Hanya ada beberapa orang saja yang seperti nya sedang jogging.
Setiap detik mata Oliver terasa berat untuk terbuka. Padahal sang empu hanya ingin tidur jika sudah sampai di mansion nya. Atau paling tidak ketika supirnya sudah memulangkan Eros terlebih dahulu. Ya ini untuk keamanan Oliver sendiri.
Tapi matanya benar benar tak bisa menahan lagi. Pada akhirnya Oliver tertidur dengan kepala yang menyender di jendela sehingga beberapa kali terpantul karena pergerakan dari mobil.
Eros yang sedari tadi memperhatikan laki-laki manis disampingnya sedang menunggu sampai Oliver benar-benar sudah tertidur pulas. Karena Eros akan menggeser tubuh Oliver agar bersandar di tubuhnya, ia tak mau kepala Oliver terus membentur kaca mobil.
"Emhh.." Oliver melenguh pelan saat badannya digeser oleh Eros. Dengan refleks Oliver memeluk Eros yang ia kira sebagai guling. Wajahnya pun ia sembunyikan di ceruk leher Eros.
Eros yang mendapatkan perlakuan seperti itu tak bisa menahan senyumnya. Ah, Oliver jika sedang tertidur sangat manis sikapnya.
***
Oliver menggeliat dari tidurnya, matanya perlahan terbuka. Menyesuaikan cahaya yang masuk ke indera penglihatan nya. Sampai dirinya tersadar jika ini bukan kamar miliknya.
"Hah?!" Oliver langsung terduduk saat tahu ini kamar Eros. Dirinya langsung menyesal karena membiarkan kantuknya tadi pagi menguasai dirinya. Lihat sekarang ia berada di kandang singa!
Tak lama kemudian pintu kamar terbuka, memperlihatkan Eros yang rapih dengan pakaian santai. Berbeda dengan Oliver yang penampilannya masih berantakan khas orang bangun tidur.
"Sudah bangun rupanya, tadinya mau saya bangunkan." Eros tersenyum kecil melihat penampilan berantakan Oliver. Sangat menggemaskan.
"Cuci muka lalu ke ruang makan, saya sudah masak tadi." Lanjut Eros.
"Tunggu, ini jam berapa?" Oliver menahan Eros yang hendak pergi dengan menanyakan jam. Padahal di kamar ini sudah ada jam yang terpasang di dinding dekat dengan televisi atau di hadapan Oliver langsung.
"Sudah jam 12 lewat, kenapa?"
Oliver hanya menggeleng pelan. Setelahnya Eros pergi keluar dari kamar itu. "Ck, sial. Lagi-lagi aku terjebak disini!"
Eros menyambut kedatangan Oliver di meja makan dengan senyum tampannya. Dia menarik salah satu kursi untuk Oliver. "Em, terimakasih." Ucap Oliver untuk memecahkan keheningan.
"Sama-sama sweetie."
Oliver tak terlalu mengambil pusing panggilan Eros untuknya. Dia sedang tak ada tenaga untuk berdebat. Oliver butuh asupan makan!
Harumnya nasi goreng menyeruak ke indra penciuman Oliver. Matanya berbinar melihat hidangan di hadapan nya. Nasi goreng dengan telur mata sapi.
"Makanlah." Titah Eros saat melihat Oliver yang begitu excited dengan masakannya.
"Selamat makan!" Seru Oliver senang. Ia mulai memasukan sesendok penuh nasi goreng itu. Sampai membuat Eros menggeleng pelan karena tingkah kelaparan si manis.
"Mmm, ini enak." Ucap Oliver saat mulutnya sudah kosong.
"Habiskan dengan pelan pelan." Ucap Eros yang takut Oliver tersedak. Namun di hiraukan oleh Oliver.
"Hahh, kenyang." Lirih Oliver yang sudah selesai makan. Dirinya melirik Eros yang sepertinya juga sudah selesai.
"Kau yang membuat nya?" Tanya Oliver setelah melihat ke arah dapur yang masih ada bekas memasak. Tanpa ragu Eros menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
Astaga Oliver jadi minder, soalnya ia hanya bisa masak air dan mie instan saja.
"Saya juga masih belajar, jadi tidak usah minder."
Oliver menggerutkan kening nya, "kau bisa membaca pikiran ku?!"
"Hanya menebak lewat ekspresi mu."
Lantas Oliver memegang wajahnya. Eros hanya tersenyum tipis melihat itu.
"Ah iya, pukul dua siang kita ke butik." Ucap Eros memberitahu informasi yang hampir ia lupa.
"Hah? Untuk apa?!"
"Tentu saja untuk mengukur tubuhmu, dan berdiskusi tentang baju pernikahan kita pada desainer disana."
"Yak! Kan aku tidak menerima nya!" Teriak Oliver.
"Jangan berteriak ke saya." Tatapan Eros berubah tajam, tanda ia marah.
Namun Oliver tak peduli, dia terus mengungkapkan kekesalannya dengan berteriak di hadapan Eros sampai sang dominan memukul keras meja makan sehingga alat makan disnaa bergeser.
"Nakal." Ucapnya dingin lalu menghampiri Oliver dan meraih pinggang si manis yang begitu pas di dekapan nya.
Dengan kasar Eros mencium Oliver, melumat bibir manis itu dan juga mengigit kecil sampai mulut Oliver terbuka dan Eros bisa menjelajah disana.
Bukan Oliver namanya jika ia diam saja. Dengan acak Oliver bergerak untuk membebaskan diri. Sayangnya sia sia saja. Karena Eros makin mempererat pelukannya. Dan juga tangan nya yang menganggur meraih tengkuk Oliver guna memperdalam ciuman panas mereka.
"Akhh.. hen..mmmhh, tikanhh.."
Eros tak menggubris sama sekali. Dia asik dengan kegiatan nya mencicipi bibir manis Oliver sebagai dessert nya. Sampai ia merasa kalau si manis kehabisan nafas barulah Eros melepaskan pangutan mereka tanpa melepaskan pelukan.
Dengan ganas Oliver menghirup oksigen. Hampir saja ia pingsan jika saja Eros tak melepaskan ciuman nya.
"Kau, hah hah gila!" Seru Oliver dengan nafas yang masih beraturan.
"Ya, this is me, sweetie. Masih ingin meneriaki saya? Lihat bibir mu makin sexy setelah saya cicipi." Eros terkekeh geli karena lawan bicaranya memasang raut kekesalannya.
"Jadilah kelinci penurut jika tak mau hukuman yang lebih dari ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sasaeng | Nomin AU
Fanfiction"Eros, lu milik gue pokoknya!" "Good sweetie, saya menyukai caramu." [Nomin AU]