03. Mulai bertindak

4.5K 251 1
                                    

"kemarin kan lu habis foto bareng sama fans lu. Kok gak di post?" Tanya Zeline dengan rasa penasarannya.

"Tidak, itu bukan hal baik jika saya posting foto tersebut."

Eros membuka ponselnya dan menunjukkan hasil foto semalam. Zeline tertawa saat tahu maksudnya. Oh ayolah ini sangat lucu baginya! Eteam mengacungkan jari tengah saat foto bersama Eros. Sungguh langka menurut Zeline.

"Gue suka gaya itu cewe." Ujarnya merasa bangga.

"Freak." Gumam seorang pria manis di samping Zeline.

"Apaan sih? Lu tuh gak di ajak cil!" Seru Zeline pada pria disampingnya itu.

"Zeline yang sopan dengan Rain! Dia lebih tua." Tegur Erick.

"Memang yah, anak zaman sekarang tidak ada sopannya." Ucap Rain sembari menggeleng pelan.

"Yeuh, tadikan cuma bercanda. Aslinya mah enggak kok! Jangan baper dong kak. Lagian cuma beda sebulan aja."

Zeline merangkul Rain tanpa aba-aba, membuat Rain sedikit terhuyung. Dengan kesal Rain menampar bahu Zeline. "Sialan!" Zeline tertawa puas melihat wajah marah Rain.

Baginya sehari tidak menjaili Rain, sama saja seperti tidak makan seharian. Erick terkekeh kecil melihat pemandangan yang disuguhi oleh Zeline dan Rain yang masih sibuk adu mulut. Rasanya seperti live streaming drama.

Sedangkan Eros masih setia memainkan iPad nya dengan headphone yang menghiasi kepalanya. Entah apa yang ia lakukan. Sepertinya menulis lagu.

***

"Aish, Aaaayyyaahh!!" Teriakan frustasi dari Oliver memenuhi ruangan.

"Aku ingin risign saja sebagai pewaris mu." Keluh Oliver yang hampir menyerah dengan mengurusi permasalahan yang ada di perusahaan Evan.

Sementara Evan hanya bisa tertawa melihat keaadan anak tunggalnya yang manis itu. "Kalau begitu cepatlah mencari pasangan yang pandai dunia bisnis. Nantinya pekerjaan kamu bisa berkurang karena dia yang akan mengerjakan."

"Masalahnya yang Nana incar bukan seorang pembisnis ayah!" Seru Oliver.

"Lalu apa pekerjaannya? Apakah bisa memenuhi kebutuhan hidup mu setiap hari nya?" Evan mulai membuka sesi wawancara dengan sang anak.

"Rahasia~ pokoknya dia mampu kok nunjang kebutuhan Nana! Ayah jangan khawatir." Jawaban Oliver membuat Evan semakin penasaran dengan pria yang dibicarakan anaknya.

"Ayah bebaskan kamu memilih pasangan. Asalkan dia tidak merugikan kamu maupun keluarga kita."

Oliver hanya mengangguk setelah mendengar tuturan dari Evan. Matanya mulai menatap Evan dengan penuh harapan.

"Ayah.. Nana cape. Ayah saja ya? Yang mengerjakan ini?!" Oliver menaruh beberapa map ke atas meja kerja Evan.

Karena tak tega melihat wajah lelah sang anak, Evan hanya mengangguk pasrah. "Iya sudah, biar ayah yang mengejarkanya. Kamu istirahat saja sana." Usir Evan dengan halus.

"Dengan senang hati!" Dengan riang Oliver keluar dari ruangan ayahnya. Akhirnya ia bisa bebas dari jeratan kertas-kertas dan juga laptop. Dia merasa sehabis berselingkuh dengan barang-barang itu.

"Saatnya menyusul pacarku~"

****

****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sasaeng | Nomin AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang