2

3.5K 142 22
                                    


"Aku akan mengantarmu. Tidak ada penolakan!" ucap Jeno mutlak.

Jia yang mendengar hal tersebut hanya bisa tersenyum penuh kemenangan. Tidak sia-sia ia ikut lembur hingga larut jika ganjarannya ia bisa di antar pulang oleh Jeno.

"Baiklah.."

Jeno kini mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Jia yang duduk tepat di samping Jeno tampak percaya diri.

Namun sebuah gantungan berbentuk hati yang terpasang cantik di dashboard mobil Jeno membuat kepercayaan diri Jia menciut seketika.

Di sana ada sebuah potret keluarga kecil Jeno saat berlibur ke Jeju dua tahun lalu.

"Kalian tampak sangat bahagia" ujar Jia sambil mengusap gantungan tersebut.

"Ah, itu foto keluargaku. Apa kau merasa terganggu, cantik?"

"Kau mencoba merayuku. Apa kau tertarik padaku?"

Dengan lancang, Jia menyatukan jemari Jeno dengan jari lentiknya. Ajaibnya Jeno tidak menolak. Malah ia semakin mengeratkan genggaman tangan mereka.

"Bukankah jarimu begitu pas dengan jariku?" Jawab Jeno tidak nyambung.

"Ya, sangat pas. Lalu? Apakah.."

"Bisakah kita tidak membahas keluargaku saat hanya ada kita berdua?" sela Jeno memandang manik mata Jia sesaat setelah ia mematikan mesin mobilnya. Ah, mereka sudah sampai rupanya.

"Baiklah jika itu maumu"

Cup!

Satu kecupan berhasil mendarat di pipi kanan Jeno.

"Jangan memancingku cantik. Kau bisa membangunkan singa yang sedang tertidur" cicit Jeno seduktif lalu ia pun membalasnya dengan mencium pipi kiri Jia dengan singkat.

"Kau tidak ingin masuk?"

"Tidak sekarang ya, aku harus pulang. Ini sudah hampir jam dua belas malam. Aku takut jika Anton masih menungguku. Dia tidak bisa tidur tanpa aku"

"Huh, baiklah. Aku masuk dulu. Kau hati-hati di jalan"

"Eum, masuklah!"

.
.

Sedangkan di sisi lain kini Karina tengah kerepotan mengurus Leon dan Anton.

Anton sedari tadi merajuk karena sang ayah tidak kunjung pulang. Ia sudah mengantuk tapi ia tidak mau tidur sebelum sang ayah pulang.

Leon pun sedang sakit sejak pulang dari TK tadi. Badannya demam dan sempat mimisan sebentar. Karina sudah memeriksakannya pada dokter, di antar oleh Minjeong, sahabat Karina.

Karina sudah menghubungi Jeno sejak petang tadi. Namun hanya sia-sia saja.

"Mungkinkah ponselnya mati? Atau mungkin dia terlalu sibuk sampai tidak sempat mengangkat teleponku?" monolog Karina sambil termenung menatap layar ponselnya.

"Appa kapan pulang eomma?" tanya Anton lemas sambil bergelayut pada lengan sang ibu.

Leon yang baru saja tertidur pulas di atas paha Karina pun nampak tidak terganggu dengan rengekan sang kakak.

"Mungkin seben.."

"Appa pulang!"

"Appa!!!! Huaaaa"

Anton yang melihat sang ayah akhirnya pulang pun langsung menangis meraung pada sang ayah.

"Hey.. Mengapa menangis? Maafkan appa ya. Appa harus lembur hingga larut hari ini"

"Hiks.. Hiks.. Appa jahat!" cicit Anton sambil mendusel di leher Jeno.

"Iya iya. Appa memang jahat. Yuk kita tidur!"

Faithful I Jeno X Karina ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang