"Cepat angkat istrimu ke mobil!. Kita ke rumah sakit sekarang!" ucap Donghae setengah kesal melihat Jeno yang terlalu lamban dalam bertindak.Jeno pun bergegas mengangkat tubuh lemah Karina yang pingsan setelah berdebat singkat dengannya.
"Hati-hati ya. Cepat jalankan mobilnya!" perintah Tiffany memandang Karina dengan khawatir.
Donghae pun mengangguk dan langsung menjalankan mobilnya menuju rumah sakit terdekat.
Tiffany memang tidak ikut karena ia harus menemani Leon di rumah. Anton juga belum pulang sekolah. Mereka mungkin akan menyusul nanti saat Anton sudah pulang.
Di sisi lain kini Jeno tengah berdoa dalam hati. Berharap agar sang istri cepat sadar.
"Sayang.. Kau mendengar ku? Tenang ya.. Sebentar lagi kita akan sampai" ucap Jeno sambil mengusap surai Karina dengan sayang.
Dalam pangkuan Jeno, Karina tampak menggeliat kecil. Rupanya ia telah sadar.
"Eungh" lenguh Karina sambil memijat pelipisnya yang terasa pening.
"Sayang? Kau mendengarku? Di mana yang sakit hm? Katakan padaku sayang"
"Shhh aw peturku rasanya sangat sakit Jen. Huh.. Sakit sekali" keluh Karina sambil meremas telapak tangan Jeno dengan kuat.
"Kita sudah sampai. Jeno-ya cepat angkat Karina!" titah Donghae lalu bergegas membukakan pintu untuk anaknya.
Setelah melalui berbagai proses pemeriksaan kini Jeno tengah berhadapan dengan seorang dokter muda bernama Mark.
"Apa sebelumnya anda sudah mengetahui jika istri anda tengah mengandung?"
"A.. Apa? Mengandung? Istri saya hamil dok?" tanya Jeno dengan wajah syok yang tidak bisa ia kondisikan.
"Rupanya anda belum mengetahuinya. Sebelumnya saya ingin mengucapkan selamat kepada anda karena istri anda sedang hamil, dan usianya baru menginjak dua minggu"
"Lalu bagaimana kondisi istri saya dan juga bayi kami dok?"
"Syukurlah semuanya tidak ada masalah yang serius. Semuanya sehat dan mungkin untuk Nyonya Karina dapat lebih berhati-hati dalam mengatur pola makan dan juga kegiatannya. Sebisa mungkin hindari untuk mengangkat beban berat dan juga stres yang mendalam. Hal itu dapat mengganggu emosi istri anda dan itu dapat mempengaruhi kandungannya"
"Baik dok. Mulai sekarang saya akan lebih memperhatikan istri saya"
"Dan ini adalah resep obat yang bisa anda tebus di apotek. Istri anda bisa pulang setelah infusnya habis" jelas dokter Mark dengan senyum ramahnya.
"Baik, terimakasih dok" ucap Jeno lalu menjabat tangan sang dokter lalu bergegas keluar ruangan.
Setelah menebus obat, Jeno berjalan menuju ruang rawat Karina. Di sana Karina tengah memakan buah jeruk yang baru saja di kupaskan oleh Donghae.
Sebenarnya Karina masih malas untuk sekedar makan dan minum. Namun ia tidak enak jika menolak pemberian sang ayah mertua. Setidaknya Karina selalu menghargai pemberian orang lain, apalagi itu adalah mertuanya sendiri.
"Bagaimana Jen? Apa kata dokter?" tanya Donghae saat melihat Jeno memasuki kamar rawat Karina.
Karina pun diam-diam mendengarkan meskipun ia enggan menoleh pada suaminya. Ingat, ia masih kecewa.
"Karina baik-baik saja appa. Dia hanya kelelahan dan itu semua karena ia tengah mengandung" jelas Jeno sambil mendudukkan dirinya di kursi sebelah tempat tidur Karina.
"Wah benarkah? Aigoo aku akan punya cucu lagi. Selamat sayang" ucap Donghae lalu menghampiri Karina dan memeluknya dengan sayang.
Sedangkan Karina masih terdiam mencerna kata-kata Jeno yang terasa masih berdengung di telinganya.
Ia hamil? Bagaimana bisa ia tidak menyadarinya?.
"Appa akan keluar sebentar menelepon ibumu. Dia pasti sangat senang. Anton dan Leon juga pasti senang! Sebentar lagi mereka akan mempunyai seorang adik" ucap Donghae antusias dan langsung bergegas keluar dan mengotak atik ponselnya untuk menghubungi sang istri.
Kini tinggal lah Karina dan Jeno yang masih terdiam di sana.
Dengan lembut, Jeno memberanikan diri untuk mengusap perut Karina. Melihat tidak ada penolakan dari sang istri membuat Jeno tersenyum haru.
"Selamat sayang. Sebentar lagi kita akan menyambut bayi ke tiga kita. Aku sangat bahagia" ucap Jeno sambil memandang wajah sayu Karina.
Namun nampaknya Karina masih enggan membalas setiap perlakuan manis Jeno hari ini. Bayang-bayang pengkhianatan sang suami masih hangat di ingatannya.
Tidak mudah memaafkan perbuatan sang suami yang begitu tega berselingkuh di belakangnya. Jujur, Karina merasa menjadi gadis paling menyedihkan sekarang.
Namun Tuhan mungkin masih sayang padanya dengan mengirimkan malaikat kecil yang bersemayam di perutnya. Tapi apakah ini waktu yang tepat untuk hamil anak ke tiga di saat rumah tangganya berada di ujung tanduk?.
"Tolong tinggalkan aku sendiri" ucap Karina sambil memindahkan telapak tangan Jeno yang masih di perutnya.
"Tapi .."
"Aku ingin istirahat. Ku mohon"
Melihat sang istri yang memohon padanya membuat hati Jeno bagai tersayat sembilu. Hatinya sakit melihat sang istri tidak lagi seceria biasanya. Tapi ia mencoba mengerti dan tidak mementingkan egonya.
"Baiklah, jika kau butuh sesuatu aku ada di depan. Ah, dokter bilang setelah infusnya habis kau bisa pulang"
Tidak ada balasan dari Karina yang saat ini sudah berbaring memunggungi Jeno.
Cup!
"Istirahatlah. Aku mencintaimu sayang" bisik Jeno tepat di telinga Karina setelah ia berhasil mencium kening sang istri beberapa saat.
Jeno pun berlalu dan keluar dari kamar Karina. Meninggalkan sang istri yang lagi lagi menangis tersedu tanpa ada seorang pun yang tahu.
.
.Hingar bingar club malam membuat para pria dan wanita yang asik bergoyang mengikuti irama musik sang DJ kian menggila.
Seorang gadis dengan pakaian ketat berwarna hitam tampak asik menghabiskan lebih dari dua botol vodka sendirian.
Jaemin yang saat itu sedang pening memutuskan pergi ke club untuk mencari pencerahan tampak tertarik dengan gadis berwajah cantik itu.
Di hampirinya sang gadis yang sudah sangat mabuk itu. Beberapa kali gadis itu meracau tidak jelas. Namun ketika sebuah nama terucap dari mulut manis sang gadis membuat senyum di wajah Jaemin hilang.
"Lee Jeno bajingan! Lihat saja! Aku akan membunuh istri dan juga anak-anakmu jika kau tidak mau kembali padaku. Hahaha" ucap sang gadis yang ternyata adalah Song Jia.
"Nona, sudah cukup! Kau sudah sangat mabuk!" ucap Jaemin sambil meraih botol vodka Jia yang ke empat.
"Yak! Siapa kau berani beraninya merebut minumanku!"
"Kemari! Aku akan mengantarmu pulang!"
Jaemin menyeret tubuh lunglai Jia menuju mobilnya. Ia tahu jika gadis ini adalah sekretaris Jeno karena ia sempat bertemu beberapa kali.
Ia tidak tahu ada hubungan apa antara Jeno dengan sekretarisnya. Namun sejak pembukaan cabang perusahaan Jeno memang sudah beredar desas desus yang mengatakan jika Jeno sedang menjalin kasih dengan sekretaris barunya.
Mungkinkah selama ini gosip itu benar adanya? Pikir Jaemin dalam hati.
"Aku tidak mau pulang!!!" teriak Jia sambil berusaha membuka pintu mobil Jaemin.
"Diam dan jangan melawan jika kau masih ingin selamat. Kau mau menjadi mangsa bara pria bejat di sana hah?"
Jia terkesiap mendengar bentakan Jaemin. Dengan sekuat tenaga ia mencoba meneliti setiap inci wajah rupawan di hadapannya. Nampak tidak asing.
"Bukankah kau Tuan Jaemin? Kau yang.. Argh!"
Cup!
"Berhenti mengoceh atau aku akan kembali menciummu!"
.
.TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Faithful I Jeno X Karina ✔
Fanfiction[END] Perselingkuhan membuat rumah tangga mereka berada di ujung tanduk. Apakah Karina dan Jeno bisa bersatu hingga maut memisahkan?. . . ©Dmalevolus