27

2.5K 75 60
                                    


"Leon mau pulang eomma" keluh Leon untuk sekian kalinya.

"Sabar, nanti sore Leon baru boleh pulang. Nanti appa dan Anton hyung akan menjemput Leon" ucap Karina sambil menyuapi sang anak buah kiwi.

"Sudah eomma, Leon sudah kenyang" sergah Leon saat Karina hendak mengupas buah lain.

"Tapi dari tadi Leon belum makan nasi loh. Ini eomma sudah buatkan nasi capcay kesukaan Leon. Eomma suapi ya?" ucap Karina mencoba merayu Leon untuk makan.

"Ya sudah jika eomma mau menyuapi Leon" ujar Leon pasrah. Sejujurnya Leon hanya tidak ingin membuat ibunya bersedih karena tidak memakan masakan ibunya.

"Anak pintar, habiskan ya?"

Leon meringis dalam hati. Sejujurnya pengaruh obat membuat lidahnya terasa sedikit pahit, apalagi saat ia memakan sayuran-sayuran itu, hah! Leon rasanya ingin muntah.

Namun dengan senyum tipisnya Leon mengangguk pada sang ibu dan tidak sampai lima belas menit makanan Leon sudah habis.

"Aigoo, uri Leon makan dengan baik. Besok pasti Leon akan kembali sehat seperti biasanya dan bermain dengan hyung lagi" ucap Karina sambil membereskan kotak bekal Leon.

"Leon ingin tidur saja eomma"

"Ya sudah, Leon sekarang tidur ya"

Dan tidak lama Leon pun tertidur pulas hingga tanpa ia sadari sore pun telah tiba. Jeno dan Anton sudah tiba sedari tadi dan mereka kompak membereskan semua barang bawaan mereka karena Leon akan pulang sore ini.

"Eunghhh. Appa!" panggil Leon yang membuat Jeno menoleh dan menghampiri sang anak.

"Leon sudah bangun? Mau minum?" tawar Jeno yang di angguki Leon.

"Kau pasti senang kan bisa pulang hari ini?" tanya Anton sambil menghampiri ranjang sang adik.

Leon tidak langsung menjawab karen ia sedang minum.

"Tentu saja hyung! Aku sudah rindu bermain dengan hyung dan juga rindu bersekolah"

Tentu saja Leon sangat rindu bersekolah karena ia harus menginap dua hari di rumah sakit.

"Ya sudah kalau begitu jangan nakal ya. Kalau minum obat jangan menangis! Obat itu akan membuat jahitan mu cepat kering dan tentu akan cepat sembuh. Kau mengerti?" lagi-lagi Anton menasehati.

"Iya hyung, Leon tidak akan cengeng lagi saat minum obat" jawab Leon dengan bibir yang di tekuk ke bawah.

"Semuanya sudah beres kan? Ayo kita pulang!" ucap Karina pada suami dan kedua anaknya yang sudah siap.

Dan akhirnya mereka pun keluar dari rumah sakit menuju rumah mereka yang sudah Leon rindukan.

"Ah, aku rindu menonton kartun dengan hyung!"

"Kau berlebihan sekali, padahal di sana kau juga bisa nonton TV" sahut Anton yang membuat Leon tertawa kecil.

"Leon kalau masih pusing tiduran saja di kamar ya. Eomma mau masak untuk makan malam dulu"

"Iya eomma" sahut Leon patuh.

.
.

Dua bulan kemudian.

Saat ini Karina dan Jeno sedang berbaring di ranjang dengan Karina yang memeluk erat dada bidang sang suami.

"Aku tidak mau tahu pokoknya aku ingin liburan!" ucap Karina mutlak pada sang suami.

Jeno di buat pusing dengan permintaan Karina yang ingin menagih rencana liburan mereka ke Mokpo saat akhir musim panas.

Sungguh Jeno tidak menyangka jika akhir musim panas akan bertepatan dengan bulan HPL sang istri. Ia hanya takut jika sang istri terlalu kelelahan mengingat tinggal dua mingguan lagi Karina mungkin akan melahirkan.

"Tapi sayang, aku takut kau akan kelelahan. HPL mu sudah semakin dekat. Sebaiknya kita di rumah saja ya?" bujuk Jeno sehalus mungkin berharap sang istri dapat mengerti kekhawatiran nya.

"Tidak mau! Aku sudah terlanjur bilang pada anak-anak kalau akhir pekan ini kita akan memancing ikan di Mokpo dan makan bersama di sana"

Jeno menepuk jidat nya frustasi. Jika anak-anak sudah tahu maka dapat di pastikan ia akan di teror jika tidak menuruti kemauan mereka.

"Hah, baiklah kalau begitu. Tapi sebelumnya aku ingin tanya. Kau sungguh merasa baik-baik saja kan? Kau belum merasakan kontraksi atau apa pun itu?" tanya Jeno ingin memastikan keadaan sang istri.

"Hanya kontraksi palsu beberapa kali dan itu sangat wajar Jen. Jadi kau tenang saja! Aku yang tahu bagaimana kondisi tubuhku. Yang jelas aku dan baby sehat dan siap untuk liburan!"

Hah, kalau sudah seperti ini Jeno harus bagaimana?. Ia sudah terpojok dan tidak ada pilihan lain selain mengiyakan kemauan Karina.

"Baiklah, tapi kita tidak menginap ya?"

"Ah! Mana boleh begitu!. Ini kan liburan dua hari, kalau tidak menginap ya bukan liburan namanya!" rengek Karina yang tidak setuju dengan usulan sang suami.

"Oke, kita menginap! Janji hanya dua hari ya?"

Karina akhirnya dapat tersenyum penuh kemenangan. Jurus memelas dan merengek memang andalan wanita bukan?.

"Yes, janji!" seru Karina sambil memeluk erat sang suami yang kini dalam keadaan shirtless.

Jeno pun ikut senang saat sang istri begitu bahagia hanya dengan liburan sederhana mereka. Ia harap liburan kali ini akan menyenangkan.

"Jeno-ya, tiba-tiba aku ingin menjilati penismu" bisik Karina yang entah sejak kapan sudah meraba penisnya yang masih berbalut celana pendek.

Jeno pun di buat merinding mendengar bisikan sensual dari sang istri. Di raih nya jemari lentik Karina dan ia masukkan ke dalam celananya.

Karina yang paham dengan maksud sang suami pun langsung bergerak cepat menarik celana Jeno dan terpampang lah penis berurat sang suami yang selalu menjadi candunya.

Dengan tubuh semoknya, Karina mulai mengatur posisi menungging dengan mulut yang tepat berada di depan penis Jeno.

"No sayang. Aku ingin posisi 69!" cicit Jeno yang mampu membuat suasana kian memanas.

Dengan tak sabaran, Jeno membaringkan sang istri dan menarik penties Karina. Ia pun meminta Karina menempatkan vaginanya tepat di atas mulut Jeno dan Karina kini di hadapkan dengan penis Jeno yang sudah tegak.

"Arghh.." desah Karina lolos begitu saja saat lidah panas Jeno mulai menjilati bibir vaginanya.

Karina pun tidak mau kalah, ia mulai memasukkan penis Jeno dan menyepongnya hingga membuat Jeno keenakan.

"Perhatikan gigimu sayang!" ucap Jeno saat Karina tidak sengaja menggigit penis Jeno.

"Arghh.. Jenhh.. Aku ingin keluar!!" pekik Karina saat gelombang pelepasannya hampir tiba. Dan tidak lama ia pun mencapai pelepasannya.

Cairan kenikmatan Karina membanjiri wajah rupawan Jeno. Jeno pun menyambutnya dengan senang hati karena ini lah yang ia nantikan. Cairan cinta sang istri begitu nikmat dan terasa manis di lidahnya.

Setelah sang istri sudah merasa tenang, kini Jeno beralih memeluk sang istri dari belakang.

Penisnya yang masih tegak berdiri ia selipkan di dalam vagina sang istri yang masih sangat licin. Jeno memompa kejantanannya dengan tempo cukup lamban karena ia tidak ingin membuat bayinya tergoncang di dalam sana.

"Eumm.. Ah.. Nikmatnyahhh" desah Jeno saat merasakan penisnya kian terjepit oleh dinding vagina sang istri.

Namun saat penisnya mulai terasa membengkak dan berkedut, ia semakin memompa vagina sang istri lebih cepat hingga akhirnya mereka sama-sama keluar dan mengerang nikmat.

"Arghh.."

Dan mereka pun tertidur pulas dengan penis Jeno yang masih menancap di sarangnya.

.
.

TBC

Faithful I Jeno X Karina ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang