"Kau mau pergi ke mana?" tanya Jeno memandang penampilan sang istri dengan bingung.Tidak biasanya sang istri berdandan dan mengenakan pakaian cukup sexy di pagi hari.
"Mengantar Leon tentu saja" jawab Karina setelah ia berhasil menata bekal untuk Anton dan Leon.
"Aku berangkat dulu eomma, appa!" pamit Anton pada kedua orang tuanya.
"Hati hati di jalan sayang.. Jangan lari-larian ya" ucap Karina setelah berhasil mencium kening Anton dengan sayang.
"Jangan nakal di sekolah ya" nasehat Jeno sambil mengusap belakang kepala Anton.
Sang anak pun mengangguk dan begegas pergi karena ia sudah hampir terlambat. Sekolah Anton sangat dekat dari rumah sehingga Anton memilih jalan kaki saja.
"Kau yakin mau memakai baju itu untuk mengantar Leon?" tanya Jeno memandang penampilan Karina yang terlalu cantik pagi ini.
"Hah, bukan urusanmmu" balas Karina lalu menghampiri kamar Leon untuk membantunya bersiap-siap untuk sekolah.
Jeno yang melihat Karina masih sangat cuek terhadapnya pun di buat maklum. Mungkin Karina masih belum bisa memaafkannya.
Karina sendiri tidak tahu mengapa ia sangat ingin tampil cantik pagi ini di hadapan Jeno. Mungkinkah ini karena hormon kehamilannya?. Atau Karina sendiri yang ingin mendapat perhatian dari sang suami?. Seolah olah ia ingin memperlihatkan bahwa tubuh Karina masih sangat bagus dan cukup menggoda.
Jujur saja, Karina tidak ingin kalah dari selingkuhan Jeno. Semalam suntuk Karina merenung untuk memikirkan ini semua. Ia memang belum memaafkan Jeno namun ia akan mempertahan pernikahannya sampai kapan pun.
Selagi Jeno masih mau bertahan di sisinya maka ia akan bertahan juga. Ia akan menyerah jika Jeno sendiri yang memintanya untuk mundur.
"Sudah siap? Yuk kita berangkat!" ajak Karina yang di sambut anggukan semangat dari Leon.
"Sayang.. Bisakah kau menggunakan jaket? Di luar cukup dingin, aku takut jika kau dan baby akan kedinginan" cegah Jeno saat melihat Karina hendak berangkat.
"Leon harus berangkat sekarang. Jangan membuang-buang waktuku Jen" balas Karina enggan mengindahkan saran sang suami.
Biasanya Karina selalu menggunakan taxi untuk mengantar Leon ke sekolah. Namun kali ini Jeno yang akan mengantar mereka karena Jeno berencana masuk siang.
"Ya sudah kalau begitu pakai jaketku saja!" ucap Jeno final lalu menyampirkan jaket yang sedari tadi ia kenakan ke bahu mulus Karina yang terekspos karena gaunnya yang di desain tanpa lengan. Dengan potongan leher rendah membuat siapa saja bisa melihat belahan payudara indah sang istri.
Karina ingin protes dan mengembalikan jaket sang suami. Namun pergerakan Jeno yang dengan cekatan memakaikan jaketnya dan mengancingkan seluruh kancing jaketnya hingga menutupi dada sang istri membuat Karina mematung.
"Nah, begini lebih baik. Ayo kita berangkat Leon-ah" ucap Jeno setelah puas melihat penampilan sang istri yang jauh lebih tertutup.
Karina mengalah, dengan cepat ia menyusul Jeno dan Leon lalu mengunci pintu kemudian langsung bergegas menuju TK Leon.
"Dadah.. Nanti appa yang jemput!" teriak Jeno pada Leon.
"Jangan memberikan harapan palsu padanya!" sindir Karina sambil berjalan menuju mobil.
Jeno yang paham dengan sindiran Karina pun merasa sedih. Ia jadi teringat hari di mana pertunjukan Leon berlangsung. Ia masih ingat saat ia lebih mementingkan Jia yang sedang sakit dari pada anak dan istrinya sendiri.
Sungguh, Jeno sangat menyesal. Jika waktu dapat di ulang kembali maka ia ingin menghadiri pertunjukan Leon dan tidak membuat mereka kecewa.
"Maaf, maaf karena hari itu aku lebih memilih menemani Jia yang sedang sakit dari pada menghadiri pertunjukan Leon" ucap Jeno mengakui perbuatan jahatnya.
Mereka kini sudah di dalam mobil dan hanya berdua. Karina tidak sanggup melihat sang suami saat Jeno secara gamblang mengakui kesalahannya.
Ini semua terasa jauh lebih menyakitkan saat mendengarnya langsung dari mulut sang suami. Luka di hatinya yang belum kering seakan di bubuhkan dengan garam. Sangat perih dan sakit rasanya.
"Sebenarnya apa yang membuatmu sampai melakukan hal ini pada kami Jen?" tanya Karina dengan pandangan lurus ke depan. Ia tidak mau menatap mata suaminya.
"Aku.."
"Apa selama ini kami masih belum cukup untukmu? Apa kami belum bisa membuatmu bahagia hingga kau sampai mencari kebahagiaan lain di luar sana?!"
"Karina.."
"Ah, atau aku yang sudah tidak menarik lagi? Kau sudah bosan padaku kan? Karena aku sudak tidak cantik lagi. Jia memang sangat cantik dan mempunyai tubuh yang bagus. Tidak sepertiku yang.."
Grep!
Jeno memeluk Karina dengan erat.
"Cukup! Jangan bicara apa pun lagi!" tukas Jeno yang kesal mendengar sang istri merendahkan dirinya sendiri.
Suara isakan kecil mulai terdengar. Karina menangis di pelukan sang suami tanpa memberontak sekali pun.
Jeno sendiri merasa marah pada dirinya sendiri. Wanita yang begitu ia cintai kini menangis tersedu akibat perbuatan bodohnya.
Mungkin dulu Jeno sempat merasa bosan dengan sang istri. Kala itu mungkin ia khilaf dan tergoda dengan kecantikan Jia yang semu.
Kini ia terlambat menyadari bahwa Karina dan kedua buah hatinya adalah satu satunya sumber kebahagiaannya. Kekecewaan istrinya sudah terlalu dalam. Tanpa sadar air mata Jeno juga mulai jatuh. Isakan nya jauh lebih nyaring dari Karina.
"Maaf.. Maafkan aku sayang. Maafkan suamimu yang sudah membuat kalian semua kecewa. Tapi ku mohon, beri aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya. Aku berjanji akan menjadi suami dan ayah yang jauh lebih baik untuk keluarga kita" ucap Jeno dengan hati yang menggebu-gebu berharap sang istri akan memaafkan nya.
Karina masih saja menangis. Ia masih bungkam dan bimbang dengan keputusannya.
"Aku akan mencoba menerimamu lagi. Jika bukan demi anak-anak mungkin aku sudah menceraikanmu di hari itu, saat dimana Jia mengungkap perselingkuhan kalian berdua di rumah kita. Tapi untuk memaafkanmu, aku masih belum bisa. Ku harap kau bisa menerima keputusanku" ujar Karina sambil melepaskan pelukan suaminya.
"Terima kasih sudah memberikan aku kesempatan yang ke dua. Aku janji tidak akan mengulangi kesalahan yang sama lagi" ucap Jeno sambil menggenggam jemari sang istri dengan erat.
Meskipun Jeno sempat tersentak saat ia mengetahui jika sang istri sempat berniat menceraikannya. Namun ia tetap bersyukur setidaknya anak-anaknya sudah menyelamatkan rumah tangganya secara tidak langsung.
Jika bukan karen kedua putranya mungkin Jeno sudah tidak bisa melihat Karina lagi.
"Eum. Karina?"
"Hm?" balas Karina sambil memandang wajah sembab sang suami.
Wajah Karina masih saja datar. Dan hal itu membuat nyali Jeno menciut untuk sekedar mengutarakan keinginannya.
"Bolehkah.. Bolehkah aku menciummu?" tanya Jeno sambil menunduk takut.
Jika hubungan mereka masih harmonis mungkin Karina akan memberikan sebuah ciuman manis untuk sang suami tanpa di minta.
Namun sekarang keadaannya sudah berbeda. Karina nya sudah berubah, dan itu semua karena ulah nya sendiri.
"Jalankan mobilnya. Kau bisa terlambat berangkat ke hmmpptt!!"
Hah, Jeno benar-benar mencium istrinya dengan paksa karena ia sangat merindukan keintiman bersama sang istri.
Karina pun di buat pasrah. Tak bisa di pungkiri jika ia pun sebenarnya merindukan sang suami.
Ciuman lembut itu berlangsung cukup lama hingga Jeno menyudahi ciuman itu lantaran Karina sudah kehabisan napas.
"Aku mencintaimu, istriku"
.
.TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Faithful I Jeno X Karina ✔
Fanfiction[END] Perselingkuhan membuat rumah tangga mereka berada di ujung tanduk. Apakah Karina dan Jeno bisa bersatu hingga maut memisahkan?. . . ©Dmalevolus