48. KISAH SEBUAH AKHIR

455 34 110
                                    

"Terima kasih telah memberi waktu untukku merasakan keindahan alam, meski pada akhirnya, aku harus menghindar sangat jauh demi semua orang yang membenciku."

__________________________________________
__________________________________________

Jingshi - jam 03.45 dini hari

SUDAH hampir pagi, tapi si kecil Hui tidak mau tidur. Anak manis itu terus berceloteh menanyakan banyak orang. Tidak heran jika dia mencari Yibo karena Papanya belum terlihat seharian penuh. Namun akan aneh ketika bungsu Wang tersebut menanyakan semua penghuni Jingshi.

 Namun akan aneh ketika bungsu Wang tersebut menanyakan semua penghuni Jingshi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mah Mah! Mimih nana?"

Inilah yang membuat Zhan heran sekaligus cemas, Hui berkali-kali menanyakan tentang Junda. Tidak sekali dua kali, Hui berkata ingin dibuatkan boneka rusa lagi.

"Jejek nau luca aji, Ibuh nau incinin Jejek luca aji! (Dedek mau rusa lagi, Ibu mau bikinin Dedek rusa lagi!)"

Zhan meraih si gembul, kemudian membaringkannya dengan posisi ternyaman.

"Dedek kesayangannya Mama, ini hampir pagi. Matahari nanti datang, terus marahin Dedek karena belum mau bobok. Bobok dulu, ya, Sayang. Biar Mama nyanyiin lagu, mau?"

"Nau lucana Ibuh, yeh? Mamah oyehin Jejek nain luca yeng Tatak Ua (Mau rusanya Ibu, boleh? Mama bolehin Dedek main rusa bareng Kakak Hua)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nau lucana Ibuh, yeh? Mamah oyehin Jejek nain luca yeng Tatak Ua (Mau rusanya Ibu, boleh? Mama bolehin Dedek main rusa bareng Kakak Hua)."

Zhan tersenyum mendengar sebutan 'Ibu' tadi, dia mencium bibir basah anaknya lalu berbaring miring bertopang tangan. Zhan menyusui si kecil seraya menggenggam tangan mungil Hui.

"Mama akan mintain boneka rusa ke Mimih untuk Kak Hua juga, tapi Dedek harus bobok dulu."

"Manyak-manyak, oce Mamah?"

"Iya, anakku. Banyak-banyak. Dedek bobok, ya. Nanti Abang Yi datang ke sini, ngomelin Dedek yang nakal."

Hui tertawa lucu sampai gigi-gigi mungilnya terlihat. "Ang Yi jujak nacal, Mamah?"

"Abang Yi nakal kalau liat pantatnya Dedek. Suka digigit, iya?"

Hui mengangguk cepat-cepat lalu menepuk pantat montoknya, "jijit inih cama Ang Yi, jijitna manyak-manyak! Mamah nau jijit jujak?"

TELUR CEPLOK 🍳(JackFei) Ekstra fiksi MAMA KELINCI🐇S2✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang