Chapter 1

95.1K 1.6K 7
                                    

Kalo kalian ada nemu cerita ini di akun @Trii92 itu memang akunku juga, guys. Dan ini adalah aku keduaku krna yg Trii92 aku lupa password dan emailnya. Jdi pindah up disini, ya!😭

•••

Pagi-pagi buta Shiena harus terbangun dari tidur lelapnya ketika ada rasa aneh yang menjalar dari perut hingga tenggorokan. Semakin di tahan, gejolak itu semakin memaksa keluar hingga membuat Shiena mau tak mau menyeret kakinya dengan setengah sadar menuju kamar mandi.

Huek huek

Suara muntahan Shiena menggema di segala penjuru kamar mandi. Shiena merasa ada yang sedikit aneh dengan yang di muntahkan. Hanya berupa cairan bening saja yang keluar, bukan bekas makanan yang bergerombol seperti pada umumnya.

Lima menit lamanya Shiena masih betah membungkuk di depan wastafel, cairan bening itu tak kunjung berhenti hingga menimbulkan rasa perih di kerongkongannya. Juga otot perutnya terasa sakit karena ikut tertarik ketika memaksakan muntahnya keluar.

Tak cukup sampai disitu, Shiena berinisiatif memasukkan jari telunjuknya ke rongga mulut. Mencongkel apapun yang bisa telunjuknya jangkau. Namun tindakan itu masih belum mempan untuk mengeluarkan semua rasa yang mengganjal itu.

Tak kehabisan akal, Shiena akhirnya melingkarkan kedua jari tangannya di depan leher dan mulai mengurut dari bawah ke atas. Benar kata pepatah bahwa usaha tidak akan mengkhianati hasil. Cairan itu akhirnya keluar mengikuti pergerakan tangannya, meski tak seberapa namun itu cukup membuat Shiena lega dan merasa lebih nyaman.

Merasa cukup dan tak ada lagi tanda-tanda ingin muntah, Shiena akhirnya membasuh mulut dan wajahnya. Sekilas dia memerhatikan penampilannya di cermin. Pucat. Itulah yang ada di benaknya ketika pertama kali melihat wajahnya.

Setelahnya Shiena kembali menyeret kakinya keluar kamar mandi. Tujuannya hanya satu, yaitu kasur. Tak tahu kenapa, pasca muntah-muntah Shiena ingin sekali berbaring dan melanjutkan tidurnya. Energi yang sebelumnya sudah terisi penuh kini kembali ke titik awal. Muntah membuat energinya habis terkuras.

“Kenapa?” Diandra, sahabat Shiena bertanya dengan suara seraknya bangun tidur.

“Gak tau. Mual, muntah doang,” sahutnya.

Tak menghiraukan kondisi Diandra yang menatapnya heran, Shiena kembali merebahkan tubuhnya di bad single miliknya.

Sekedar informasi tambahan, Diandra ini adalah sahabatnya dari kecil. Ibarat kata mereka sudah seperti saudara kandung yang kemana-mana mesti berdua, mau apa-apa selalu bersama. Seperti sekarang merantau jauh dari orang tua menempuh pendidikan pun keduanya sudah berjanji untuk kuliah di universitas yang sama. Yang berbeda hanya jurusan mereka.

“Kok bisa? Gak salah makan kan? Makan apa kemarin?” tanya Diandra beruntun.

“Seblak. Masa makan seblak doang bisa sampe mual, muntah begini?” Shiena jadi bingung sendiri.

“Ya, bisa jadi kalau seblaknya yang level tinggi.”

“Gak. Aku makan level yang biasa aku makan, Di. Pedesnya juga masih bisa terkontrol.”

“Berarti kenapa tuh bisa sampe mual, muntah gitu?” nada suara Diandra perlahan melemah. Kedua matanya sudah terpejam, tapi masih sempat menimpali Shiena.

“Itu juga aku gak tau, Di. Ampun deh. Berapa kali harus aku ngomong sih,” gerutu Shiena dengan posisi yang sama. Tinggal menunggu siapa duluan yang hilang kesadaran baru obrolan mereka bisa berhenti. Sepertinya!

“Hm.”

•••

“Berangkat jam berapa, Di?” tanya Shiena. Kini jarum jam sudah menunjuk pukul sepuluh dan Diandra maupun Shiena masih goleran di atas tempat tidur.

Pregnant Still VirginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang